All Chapters of TEMAN TAPI MESRA: Chapter 1 - Chapter 10
137 Chapters
Si Tulang Punggung
Sasha menghela nafas panjang, menatap dengan gusar catatan keuangan pengeluaran keluarga yang baru saja dikirimkan Omanya. Keningnya berkerut menghitung dalam hati total tagihan yang harus dibayarkannya. Emosinya langsung tersulut kala melihat satu garis catatan dengan tulisan, Arisan Mama: Rp. 2.200.000,-Jarinya otomatis menekan tombol hijau di ponselnya dengan gusar, menghubungi Mamanya. "Ya Sha?" suara Mama terdengar tidak bersemangat seperti biasanya. "Ma, ini dua juta dua ratus arisan apaan?!" tanya Sasha sewot, ia menghentak-hentakan ujung sepatunya dengan cepat, cara yang biasa ia lakukan untuk menenangkan diri di saat gugup atau emosi. "Ya biasalah Sha arisan sama temen-temen Mama," Mama Sasha menjawab dengan nada datar, tanpa rasa bersalah. Sasha menjadi semakin gusar, "PENTING YA? Harus banget? Gak usah ikutan dulu deh Ma, aku kan mesti bayar uang pangkal Katia masuk SD! Cicilan
Read more
Si Supir Taxi Online
"Goodie Bag buat Media aman semua kan Mbak Sha?" suara Vero Staf Marketing Communication mengagetkan Sasha yang sedang sibuk memeriksa kesiapan Konferensi Pers di Ballroom Hotel Kencana Dharmawangsa yang baru saja diresmikan. "Aman, anak-anak gue udah cek semua satu persatu," jawab Sasha sambil mengintip kedalam salah satu goodie bag yang tertata rapi di atas meja penerima tamu. Anak-anak yang dimaksud oleh Sasha adalah tiga staf Public Relation yang bekerja dibawahnya langsung, ada Gita, Stevi dan si ceroboh Lala. "Mbak Sha, udah denger gosip terbaru belum?" tanya Vero sambil sedikit terkekeh.Sasha menggeleng,"Gossip apaan?" tanyanya sambil lalu. Vero mendekat ke arah Sasha, lalu menjawab dengan suara agak berbisik "Bu mirza mendadak resign!" Sasha terkejut, Bu Mirza adalah General Manager Marketing Communication yang membawahi seluruh marketing team termasuk didalamnya Public Relation. "Menurut lo siapa yang bakal gantiin posisi bu Mirza Ver?" tiba-tiba Gita staf Public Relat
Read more
Si Orang Asing
Hujan lebat di pagi hari ini menyisakan hawa dingin yang menusuk tulang.Suara tukang roti keliling terdengar lantang menawarkan dagangannya kepada para penghuni perumahan.Sasha mematut diri di kaca, melihat bayangan yang menatap balik ke arahnya. Terlihat disana gadis cantik tinggi semampai dengan setelan kerja yang modis menyapa. Rambut panjang lurusnya yang sudah ditata rapi ia biarkan tergerai begitu saja membuat aroma wangi shampo dan kondisioner dapat tercium siapapun yang berada di dekatnya. "Kamu mau sarapan dulu gak Sha?" teriak Oma dari ruang makan. "Gak Oma, aku sarapan di mobil aja," jawab Sasha sambil berjalan ke ruang makan menghampiri Omanya.Ruang makan tampak sepi, hanya ada Oma yang sedang mengoleskan selai cokelat crunchy di atas roti panggang yang akan dibawa Sasha. Sasha celingak - celinguk mencari penghuni rumah lainnya."Pada kemana Oma?" tanyanya penasaran."Jasmine sama Katia udah berangkat, tadi jemput
Read more
Interaksi Pertama
Jakarta yang selalu macet dan semrawut di pagi hari bertambah kacau karena hujan yang tak kunjung reda. Beberapa pengendara motor tampak meneduh dibawah jembatan penyeberangan untuk mengenakan jas hujan yang baru dikeluarkan dari bagasi motor mereka. Sasha menguap dibalik kemudinya, membunyikan klakson berkali-kali agar mobil di depannya maju walau selangkah. Dengan gelisah ia melihat jam digital di ponselnya yang sudah menunjukan pukul 09.02 pagi. Hari ini tepat satu bulan sejak Sasha dipromosikan menjadi Manager Public Relation di kantornya. Ia dijadwalkan untuk menghadiri rapat internal rutin pada pukul 9.30 pagi ini. Rapat tersebut akan dihadiri oleh seluruh manager dan direktur Kencana Hotel Group termasuk Sasha. Dengan tergesa Sasha berlari ke lift segera setelah mobil pinjamannya terparkir di parking area. Ia membuka ponselnya dan mengirim pesan singkat ke Caroline Manager Marcom untuk menyampaikan keterlambatannya. Hari ini
Read more
Getaran Aneh
Food court di lantai dasar tampak sepi, hanya ada beberapa orang yang nampak sedang menikmati makan siang mereka yang terlambat. Sasha dan Daniel memilih tempat duduk diluar ruangan karena mereka sama-sama perokok. Baik Sasha maupun Daniel sama-sama terlihat agak canggung, tidak seperti tadi saat membahas urusan pekerjaan. "Sasha, kamu gak kelihatan seperti orang Indonesia pada umumnya, kamu ada turunan luar ya?" Daniel memulai percakapan, berusaha memecah kecanggungan antara mereka.Sasha mengangguk, "Indonesia - Rusia sir!" jawab Sasha dengan nada pasukan yang melapor pada komandannya, membuat Daniel tertawa kecil."Ah, tebakan saya benar! I thought you were Ukrainian!" cetus Daniel bangga pada tebakannya. "Tetap beda Pak, Russian is not Ukrainian!" ujar Sasha sambil mematikan rokoknya yang sudah habis terbakar. "Well they look the same though hahaa!" Daniel membela diri yang dibantah habis-habisan oleh Sasha. 
Read more
Rasa Yang Berbeda
"Kak Sha! Banguuuuuun! Alarm nya bunyi melulu tuh berisik!!!" Katia menepuk-nepuk pipi Sasha dan menggoyangkan tubuh Sasha yang tertidur pulas dengan mulut setengah terbuka.Sasha membuka mata dengan enggan, tangannya meraba-raba kasur mencari ponsel yang masih meneriakkan alarm bangun paginya. "Lagian hari Sabtu gini mau kemana sih Kak? udah nyalain alarm pagi aja! Kakak mau kerja?" Katia dengan cerewet menginterogasi Sasha.Cahaya matahari pagi menelusup masuk lewat jendela kamar Sasha yang sudah dibuka lebar oleh Katia si gadis kecil 6 tahun dengan rambut kriwil yang cerewet minta ampun. Katia yang perkataannya selalu lebih dewasa dari usianya. Katia si adik bungsu kesayangan Sasha, yang setiap Sasha pulang kerja selalu minta oleh-oleh dari Sasha. Walau kadang oleh-olehnya hanya berupa permen kaki yang murah harganya."Bawel banget sih kriwil!" Sasha mencubit pipi Katia yang belakangan mulai berkurang bobot badannya karena mulai padat
Read more
Hati Ke Hati
Puncak bogor di malam minggu pukul 01.00 pagi terlihat masih agak ramai. Raga menepikan mobilnya, mencari tempat yang strategis untuk melihat pemandangan lampu-lampu yang terlihat indah dari Puncak Pass. Ia menoleh dan mendapati Sasha masih tertidur pulas dengan mulut setengah terbuka, nampak begitu kelelahan. Raga enggan membangunkan Sasha dan memilih untuk keluar dari mobil. Ia menghirup nafas dalam-dalam, merasakan hawa segar pegunungan memenuhi dadanya yang belakangan sering sesak tanpa sebab. Sesak bukan karena penyakit dalam, namun sesak karena seorang Sasha. Entah sejak kapan rasa dihatinya berubah, tapi semenjak Raga menyadari rasa itu ada, dadanya jadi sering sesak saat memikirkan perasaannya pada Sasha. Mungkin sesak karena dia sadar rasanya tak akan berbalas rasa yang sama. Karena Raga terlalu mengenal Sasha, lebih dari siapapun di dunia. Raga menghembuskan nafasnya keras-keras melepas rasa sesak aneh yang tidak ia pahami. 
Read more
Di Bawah Hujan
Gedung Kencana Hotel Group terletak di kawasan perkantoran Jl. Jend Sudirman Jakarta Pusat. Gedung setinggi 56 lantai itu dilantai bagian bawahnya difungsikan untuk ballroom, restaurant dan coffee shop, sementara seluruh lantai sisanya digunakan untuk kegiatan perkantoran Kencana Hotel.Lantai paling tinggi, yaitu lantai 56 ditempati oleh CEO, komisaris dan Direktur Utama. Sementara Departemen Marketing tempat Sasha bekerja berada di lantai 45.CEO Kencana Hotel yang bernama Muchtar Hartono adalah seorang pria keturunan tionghoa yang sudah berusia 61 tahun. Ia adalah seorang pria yang rendah hati dan sering menyapa para karyawannya walaupun ia seringkali tidak dapat mengingat nama karyawan yang ia sapa.Daniel Park, Direktur Utama yang baru saja bergabung di perusahaan Kencana Hotel Group dirumorkan memiliki hubungan yang sangat baik dengan CEO Kencana Hotel Group Muchtar Hartono. Rumor mengatakan bahwa Daniel Park merupakan anak angkat dari Muchtar Hartono, bah
Read more
Pangeran Negri Dongeng
Hujan deras masih mengguyur Jakarta, angin bertiup kencang menggoyangkan pohon-pohon yang tertata rapi di tepi jalan. Sasha meringis merasakan kesakitan di kakinya. Daniel meraba jok belakang mengambilkan handuk kecil lalu menyodorkannya pada Sasha membiarkan dirinya sendiri kebasahan. "Kaki kamu gimana Sha?" tanyanya khawatir sambil melirik kaki Sasha. "Agak sakit sedikit pak, cuma keseleo kayaknya," jawab Sasha sambil mengeringkan rambutnya yang basah. "Saya antar kamu pulang ya," tukas Daniel tanpa menoleh pada Sasha. Ia juga tidak bertanya kenapa Sasha berada di trotoar dan tidak mengendarai mobilnya. Membuat Sasha jadi malu sendiri karena telah berbohong. "Saya turun di stasiun MRT depan aja pak," ujar Sasha sambil menunjuk stasiun yang terlihat tidak jauh dari mereka. "No way, pertama kaki kamu sakit, kedua kamu basah kuyup, there's no way kamu pulang naik MRT with that condition!" Daniel menggelengkan kepalanya sa
Read more
Lagi-lagi Hutang
Pagi yang mendung, langit tampak gelap dengan yang angin dingin berhembus kencang. Sasha meringkuk dibalik selimutnya, merasakan keinginan kuat untuk kembali memejamkan mata. Suara ketukan diluar membuatnya terjaga. "Sha... Shaa.." panggil Oma sambil mengetuk pintu kamar Sasha. Sasha membuka selimutnya, nampak Oma yang masih mengenakan daster tidur berdiri di pintu kamarnya. "Hai Oma!" Sapa Sasha sambil mengucek matanya. Ia duduk bersandar pada dipan mencoba untuk mengumpulkan nyawa. Oma masuk kedalam lalu duduk di ranjang tempat tidur Sasha. "Oma mau ngomong," tukas Oma sambil memegang tangan Sasha. Sasha menatap Omanya penasaran. "Sha, kemarin sore ada yang dateng..." terang Oma, ia berhenti sebentar sebelum melanjutkan. "Cari mama mu..." lanjut Oma. Sasha yang sudah mengerti arah pembicaraan Oma menghela nafas. Ia menegakkan tubuhnya segera, "Pasti tukang tagih deh!" serunya kesal. 
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status