Roman menelan salivanya, dan segera membukakan pintu mobil pura-pura tidak melihat ke arah perempuan yang saat ini menatapnya dari kejauhan.
"Ayo Selina," sambil membuka pintu."Terima kasih Roman," Selina menapakkan kaki jenjangnya, keluar dengan elegan dari mobil dibantu oleh Roman."Kalau begitu aku langsung pamit ya," ucapnya, "Eh, iya ini kunci mobil kamu."Roman menyerahkan kunci mobil, dan segera berpamitan dari hadapan Selina. Namun, Selina kembali menghentikannya. "Tunggu Roman," cegah Selina.Roman kembali berhenti dan menatap Selina lagi, "Ada apa Sel?""Apa kau tidak ingin menjenguk Daddy? Ayolah Rom," pinta Selina agar Roman mau menemaninya ke tempat Fred dirawat.Roman mencari cara untuk menolak, tapi saat itu juga Silvia datang menghampiri mereka berdua."EKHEM!"Silvia berdeham menatap pada Roman, dan Selina putrinya. "Kalian dari mana saja, Selina maafkan Mommy ya ... sebenarnya Mommy"Kau salah paham Silvia! Mana mungkin aku mencintainya? Sementara kau saja bisa membuatku nyaman," Roman berusaha meyakinkan Silvia yang di selimuti rasa cemburunya."Kau bohong!" tukas Silvia masih tidak percaya pada Roman."Terserah kau saja, jika masih tak percaya padaku. Yang jelas aku tidak ada perasaan apapun padanya, mana mungkin aku mencintai Putrimu!" tegas Roman memperjelas pengakuannya.Silvia masih marah padanya, dia tidak gampang percaya pada seseorang semenjak pernikahannya dengan Fred berantakan, "Semua lelaki ternyata sama saja, kupikir kau berbeda dengan yang lainnya. Tapi, kau bahkan jauh lebih buruk dari Fred!"Silvia melengos pergi dari hadapan Roman, "Aku sadar aku ini sudah Tua, mana mungkin kau mencintaiku sepenuhnya." Roman sudah kehabisan kata-kata untuk meyakinkan Silvia, hingga memilih pasrah dengan hubungannya ini.Malam itu adalah malam pelik bagi Roman, lantaran Silvia tidak kunjung percaya pada perkataannya yang sudah jelas berbicara apa adanya tentang
"Apa kau berniat mengambil ponsel Daddy, Selina?"Fred menatap putrinya dengan tajam, sorot matanya seolah tidak mengizinkan Selina untuk mengambil ponselnya itu."Bisakah aku meminjam ponselmu Dad's? Selina ingin tahu kenapa Daddy melarang Selina memeriksa ponsel ini?" "Sekali tidak di izinkan seharusnya kamu jangan melanggarnya. Ponsel adalah barang pribadi itu kurang sopan namanya!" Selina mengurungkan niatnya, dia kesal karena di Katai kurang sopan oleh Fred."Baiklah-baiklah, Selina enggak akan mengambil ponsel Daddy!" kesalnya karena tidak dibiarkan melihat isi ponsel itu. Padahal, Selina hanya ingin tahu siapa yang sedang berusaha di hubungi oleh Daddynya itu."Bagus, jadilah Putri yang baik penurut, dan tidak ikut campur pada urusan Orang Tuamu!" ujar Fred bersedekap tangan saat diperiksa dokter.Selina kecewa pada Fred, dia meninggalkan Daddynya."Kalau begitu untuk apa aku di sini, lebih baik Selina
"Jadi benar kalian ini diam-diam menjalin hubungan?" Selina sangat geram pada Roman, dan Silvia.Selama ini Selina tidak menyangka pria yang dia sukai, adalah calon suami dari ibunya. Namun, harus kecewa dengan sebuah perasaan yang terlanjur dilabuhkan pada hatinya."Aku benci Mommy! Aku juga benci sama kamu Roman!" Selina berbalik pergi, dia sangat marah pada mereka berdua."Selin, tunggu! Kamu harus dengarkan penjelasan Mommy Nak!" Silvia menatap nanar pada sang putri, yang telah tahu hubungannya dengan Roman. "Kamu kenapa diam saja? Kejar dia, tolong Roman jelaskan padanya." Silvia menangis saat itu juga, ia khawatir karena hubungan baru saja membaik dengan sang putri. Tapi, harus hancur lagi dengan cara seperti ini."Apa yang harus dijelaskan padanya? Kita memang menjalin hubungan ini. Sudah, mulai sekarang kita tidak perlu menyembunyikan hubungan kita!" ujar Roman menggenggam tangan Silvia."Tapi aku tidak bisa Roman, jika hubungan kita terpublikasi hancur sudah Karier yang sela
"Kenapa kau malah bicara seperti itu?" kesal Silvia memasang raut wajah tidak senang.Roman langsung mengutarakan keinginannya untuk memutuskan hubungannya dengan Silvia, lantaran ia merasa bersalah dengan kejadian ini."Aku merasa aku ini salah jika terus mempertahankan hubungan ini Silvia ... aku ini hanya orang ketiga di antara kamu dengan mantan Suamimu, Fred.""Jadi?""Aku ingin kita udahan!"Silvia membentak Roman, pasalnya setelah dia berkorban banyak untuk hubungan ini, Roman malah menyerah begitu saja."Kenapa Roman? Apa justru kamu lebih memilih Selina, iya?""Tidak Silvia, bukan seperti itu maksudku. Alangkah baiknya kau perbaiki hubunganmu siapa tahu Fred tidak akan seperti dulu, mungkin saja dia akan mengubah sikapnya,""Sampai kapanpun aku akan tetap bersamamu, kecuali kau sudah tidak Cinta. Apa rasa Cintamu mulai memudar padaku? Apa iya begitu Roman?""Silvia, bukan karena cintaku padamu pudar. Tapi, ada Anakmu! Dia terluka karena hubungan kita ini, apa kau paham?" deng
Silvia merasa kesal pada ibu mertuanya, lantaran seperti mengojok-ojok kedua orang tuanya untuk tidak menyukai Roman, dan seperti ingin menghancurkanny.Padahal, selam ini Silvia selalu menghormati sang mertua walaupun sudah berpisah dengan Fred.Dengan rahang mengang Silvia mencoba meredam rasa marahnya."Ya, memang tidak salah sih Buk. Tapi, kan sebenarnya Fred tidak perlu membicarakan tentang saya, ataupun Roman pada Orang Tua saya. Karena dulu kan Fred sendiri bersikukuh ingin memisahku. Sekarang aku sudah mendapatkan Cintaku melalui Roman, apa dia tidak punya malu? Dulu dia mencampakkan Saya begitu saja." dengan bibir gemetar Silvia tetap berusaha tenang. Meski rasa amarahnya sudah ingin membludak."Ya untuk itu juga Fred tidak sepenuhnya salahkan? Bisa jadi pada saat itu kamu juga sudah berselingkuh?""Jaga bicaramu Ibu!" sentak Silvia marah saat dituduh selingkuh selama menjalani biduk pernikahan dengan Fred. "Kalau aku berselingkuh, mana mungkin aku melahirkan Putriku?!" tanda
"Akan apa, Tuan?"Bibir Roman gemetar saat menanggapi Fred, yang menginginkan dia meninggalkan Silvia."Aku akan memberimu Uang yang sangat fantastis, yang tidak pernah kau miliki sebelumnya. Bagaimana apa kau setuju dengan tawaranku?"Namun, sayangnya Roman menolak tawarannya. "Aku bukan Pria yang suka dengan harta pasanganku, jadi maaf sampai kapanpun aku tidak akan meninggalkan Silvia!" tegas Roman menolaknya.Fred semakin kesal pada Roman, bahkan ia menebar ancaman pada kekasihnya dari perempuan yang sangat dia cintai."Baiklah, jika ini pilihanmu ... jangan salahkan aku untuk membuatmu menyesal selamanya!" ancamnya seraya tersenyum menyeringai.Roman tidak goyah sama sekali dia tetap pada pendiriannya, dia akan mempertahankan hubungannya dengan Silvia."Apapun rintangannya aku akan menghadapinya, termasuk ancaman Anda!" sinisnya menatap pada Fred."Bocah kemarin sore! Berani rupanya kau sama aku hah?""Jika demi kebahagiaan Silvia, aku akan melakukan apapun demi Silvia, dan cinta
"Naima bukan seperti ini caranya, kau boleh marah pada Putriku. Tapi, jangan tanamkan kebencian pada Putramu."Sivanya kembali mengingatkan besannya untuk tidak memperkeruh keadaan rumah tangga anaknya. Tapi, Naima sudah terlanjur kecewa pada Silvia--menantunya itu.Tanpa basa-basi Naima segera mengajak Fred meninggalkan perusahaan itu. "Ayo Fred kita pulang, percuma keberadaan kita tak di harapkan lagi di sini," ajaknya pada sang putra.Fred masih bersikap baik pada Sivanya, lantaran ia masih sangat berharap bisa kembali bersama dengan Silvia, membina rumah tangga untuk kehidupan yang lebih baik. Namun, sayangnya semua itu tidak mungkin karena kini cinta Silvia hanya untuk Roman. Pemuda yang mampu menggetarkan hatinya."Baik, ayo kita pulang." ucap Fred menuruti, dan tidak lupa pamit pada Sivanya, ibu mertuanya. "Mom, saya pamit yah.""Silakan Fred, maafkan Putri Mommy ya," Sivanya meminta maaf atas nama putrinya. "Tidak apa-apa Mom, sudah biasa." balasnya lalu beranjak bersama Naim
Silvia yang mulai tenang dengan sikapnya, saat itu pula Roman telah pergi darinya. Silvia merasa menyesal karena dengan secara tidak langsung dia mengusir Roman dari apartemen tempat tinggalnya."Roman," panggil Silvia berjalan keluar dari kamarnya, dan mencari Roman di kamar yang lainnya. "Roman, apa kau di dalam?"Dia terus mengulang memanggil Roman, tapi sayang Roman sudah tidak ada di sana, dan sialnya dia tidak tahu ke mana perginya Roman saat ini.Ceklek!!!Silvia membuka pintu kamar itu, demi memastikan pemuda pujaannya masih berada dalam kamar itu. Wajahnya terlihat gusar saat melihat satu lemari pakaian itu kosong, dia tahu Roman pergi meninggalkannya."Tidak, ini tidak mungkin?" paniknya Silvia saat itu, dan langsung menghubungi Bimo-asistennya.'Halo, Bim. Kamu bisa ke apartemen saya sekarang?' pintanya melalui sambungan telepon.'Tentu bisa Nyonya, saya akan ke sana sekarang juga,' Bimo menuruti perintah bosnya itu.'Baiklah, aku tunggu kau sekarang,' Silvia kembali meneka