Home / Romansa / TERAPIS MUDA SANG NYONYA / MENGENAL TANTE LEBIH DALAM

Share

MENGENAL TANTE LEBIH DALAM

Author: Agus Irawan
last update Last Updated: 2023-08-09 03:05:39

Dua hari kemudian semenjak Roman tinggal di apartemen dan dijadikan simpanan tante Silvia, dia hanya bisa melakukan aktivitas seadanya.

Silvia melarangnya bekerja. Padahal, Roman tidak mau hidup dibawah aturan sang pacar.

Meskipun, secara finansial Roman jauh dibawah Silvia dia tidak ingin hanya berdiam diri tanpa bekerja seperti biasanya.

Jadi, pagi itu, Roman bangun lebih dulu dari sang pacar, dan menyiapkan segala sesuatu yang di butuhkan kekasihnya.

Semua itu tentu saja bukan karena keinginannya melainkan cara ini ia gunakan supaya bisa ikut dengan Tante Silvia untuk bekerja.

"Apa yang kau lakukan, Roman?" tanya Silvia berdiri di ambang pintu kamar saat mengetahui Roman tengah menyiapkan sarapan pagi itu.

Roman tersadar, ia menoleh dan tersenyum menyambut Silvia. "Akhirnya kau bangun juga Silvia," ucapnya seraya mengulurkan tangan, "Kemarilah, lihatlah aku siapkan semua ini untukmu."

Silvia datang mendekat, "Ya, aku tahu kau menyiapkan semua ini untukku, tapi untuk apa kau melakukan semua ini?"

"Ini bukti cintaku padamu," balas Roman.

"Tidak perlu Roman, kalau kau melakukan semua ini. Lalu apa gunanya Pembantu di sini?"

"Sttt ... Silvia ayolah, biarkan para Pembantumu beristirahat. Mari kita nikmati masakan yang susah payah aku masak ini," bujuknya agar Silvia mau.

Melihat ketulusan Roman, Silvia pun tidak banyak bicara lagi, dan ikut duduk bersama menyantap makan pagi itu.

Namun, tiba-tiba Roman teringat keinginannya untuk ikut bekerja bersama sang kekasih.

"Ehmmm ... Silvia." Roman terlihat gugup.

"Kenapa Roman? Apa ada yang ingin di bicarakan?" tanya Silvia meneliti raut wajah pria mudanya.

"Ya, Silvia."

"Katakanlah," pinta Silvia supaya Roman mengatakan apa yang akan di utarakan padanya.

"Kau tidak melupakan poin terakhir dari perjanjian kita kan?"

Dengan memberanikan diri, Roman menyinggung perihal isi surat perjanjian yang telah di sepakati.

DEG.

Silvia langsung meletakkan sendok--garpu, lalu menatap pada Roman yang tepat berada di depannya.

"Maksudnya apa menyinggung hal itu, apa kau ingin bekerja?" Silvia seolah kesal saat itu.

"Ya, aku ingin bekerja. Bukankah kau sudah sepakat waktu itu?!" Roman tidak ingin kalah dari Silvia. Lantaran, dia tidak mau hidup dalam kekangan perempuan.

"Kamu mau kerja apa memang, kamu tidak memiliki keahlian selain memijat kan?" ujar Silvia begitu meremehkan Roman.

Saat itu Roman segera bangkit, karena merasa harga dirinya terinjak.

"Jadi, kau melarangku untuk bekerja Tante Silvia?" suara Roman terdengar bergetar. "Aku cukup tahu saja ternyata Tante Silvia ini begini Orangnya ya?"

Roman berjalan meninggalkan meja makan itu.

Melihat Roman kecewa, Silvia merasa bimbang. Harus memberi pekerjaan kepada kekasihnya itu, atau harus rela reputasinya tercoreng karena telah memelihara berondong di apartemennya.

'Sial! Kenapa harus di hadapkan dengan situasi seperti ini?' batinnya kesal.

Kendati demikian Silvia tidak ingin Roman marah padanya, dan takut ditinggalkan oleh sang berondong.

"Tunggu Roman!" serunya menghentikan langkah pria muda yang kini telah jadi kekasihnya.

Roman menghentikan langkahnya, dan balik menatap pada Silvia.

"Ada apa, bukankah sudah jelas kau tidak mengizinkan aku bekerja kan? Aku terhina oleh sikap semena-mena kau Silvia!" tandas Roman marah.

Silvia segera berdiri--menghampiri Roman. "Aku mengizinkanmu, tapi di mana kau akan bekerja?"

Roman tersenyum ketika Silvia memberikan izin padanya. "Benarkah yang aku dengar ini Tante?"

Silvia menganggukkan kepalanya. "Ya, aku mengizinkan kamu, tapi kau mau kerja apa?"

"Bisakah aku kerja di Perusahaanmu, bukankah kau seorang pengusaha? Masa tidak ada pekerjaan untukku di Kantormu?" Roman kembali membujuk Silvia, dengan sikap melunaknya.

"A--apa kau serius dengan Ucapanmu Roman? mau bekerja di Perusahaanku?" Silvia gagap saat itu.

"Ya, aku ingin bekerja di perusahaanmu! Apa bisa?"

"Bisa, tapi--,"

"Aku tidak mau kau mencari alasan Silvia, yang aku ingin hanya kepastian." cetus Roman menyela ucapan Silvia.

Silvia mengusap wajahnya, dan lantas pergi lebih dulu.

"Baik, ayo bersiap. Aku akan ajak kamu ke kantorku!" Silvia segera berjalan menuju lift.

"Tidak bisakah kau menungguku untuk bersiap?"

"Aku tunggu kau di mobil!" ujar Silvia segera menekan tombol lift.

"Baiklah," ucap Roman mengganti pakaian dengan setelan Kantoran.

Setelah itu ia pun menyusul Silvia yang sudah menunggunya di mobil, tetapi saat ia berjalan di koridor apartemen tidak sengaja bertemu dengan gadis belia yang terus menatapnya. Ia pun menyapa gadis itu.

"Hai," sapanya hangat.

Akan tetapi, gadis itu tidak merespon melainkan hanya menatap dengan tatapan yang sama sekali tidak dapat di artikan.

'Kenapa dengan Wanita itu? Ekspresinya seperti tidak menyukaiku?' ucapnya dalam hati tanpa rasa curiga. Roman pun lantas bergegas menuju basemen parkir gedung itu.

"Hai Roman ... kenapa kau masih berdiri di sana? Cepatlah, kemari!" pinta Silvia melambaikan tangannya terhadap Roman.

Roman segera datang, dan memasuki mobil tante-tante itu.

"Apa kau sudah siap bekerja di Perusahaanku Roman?" Silvia kembali memastikan jika Roman ingin bersungguh-sungguh dalam bekerja.

"Tentu saja aku siap bekerja, untuk apa aku meminta pekerjaan padamu kalau tidak siap Tante," ucapnya seraya duduk di samping Silvia.

Kemudian, Silvia meminta sang sopir untuk segera bergegas menuju kantornya.

Kurang lebih memakan waktu perjalanan sekitar satu jam, Silvia telah sampai bersama Roman di perusahaannya. Dia di sambut hangat oleh para pegawainya, tetapi semua orang bingung dengan adanya Roman di samping Silvia.

"Kenapa kalian melihat kami seperti itu?" tanya Silvia melirik pada salah seorang karyawan yang terlihat tampak heran.

"Tidak Buk, tidak kenapa-kenapa," salah seorang karyawan menyahutinya.

Tidak mau Roman jadi pusat perhatian para karyawannya, ia pun segera mengajak Roman menuju ruangannya.

"Ayo Roman, aku akan memberitahumu bagaimana pekerjaanmu di sini," Silvia menggenggam tangan berondong itu.

Ceklek!!!

Sungguh tidak menyangka ketika Silvia membuka pintu ruangannya, ia di pertemukan dengan mantan suaminya yang saat ini sedang duduk di kursi kebesarannya sambil menatap, kemudian tersenyum menyeringai.

Silvia tercengang melihat mantan suaminya, yang tiba-tiba berada dalam ruangan. "Mau apa kau datang kemari? Ada urusan apa hah?"

Silvia memelototi mantan suaminya.

Mantan suami Silvia pun lantas bangkit, dan melirik dari ujung kaki hingga ujung kepala Roman yang dia curigai sebagai kekasih baru mantan istrinya itu.

"Apa dia mainan barumu Silvia? Kulihat dia jauh lebih muda darimu?" cibirnya terhadap Silvia.

"Bukan urusanmu! Cepatlah pergi dari Ruanganku, jangan pernah kau menampakkan wajahmu lagi!" ujar Silvia mengusir Freddy--mantan suaminya.

"Oughhhh." Freddy malah tersenyum meremehkan. "Jadi, seleramu kini berubah Silvia?"

"Sama sekali bukan urusanmu Fred!" tukasnya geram. "Cepat pergi!"

Namun, mantan suaminya membebal tidak mau pergi dari ruangan itu.

"Aku tidak akan pergi sebelum mempertemukan kamu dengan seseorang Silvia, kau harus bertemu dengannya!"

"Siapa? Apa Orang itu penting bagiku?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • TERAPIS MUDA SANG NYONYA   Hari Pernikahan

    "Tapi... restu Kakek adalah segalanya bagiku," suara Roman bergetar, menahan emosi. "Aku ingin membangun keluarga dengan keyakinan bahwa aku tidak mengkhianati harapan Kakek. Silvia... dia mungkin belum sempurna di mata Kakek, tapi aku percaya, bersama aku, dia akan menjadi lebih baik." Rezenzo menghela napas panjang. Matanya menatap dalam ke arah cucunya, mencoba membaca ketulusan di balik sorot mata Roman. Rezenzo menunduk sejenak. Hening menyelimuti ruangan, hanya suara detak jam tua yang terdengar samar. Perlahan, ia mengangkat pandangannya, menatap wajah cucunya yang penuh harap. "Aku... tidak buta terhadap perasaanmu, Roman," ucapnya pelan. "Dan aku tahu, jika kau sudah berbicara sejauh ini, itu berarti kau benar-benar serius." Ia mengalihkan pandangannya ke jendela, melihat hujan gerimis yang mulai turun. "Aku hanya takut kau akan terluka. Tapi mungkin... mungkin aku juga harus belajar percaya. Percaya bahwa kau bisa membuat keputusan yang benar." Roman hampir tak p

  • TERAPIS MUDA SANG NYONYA   JATUHNYA FRED

    "Kalian akan menerima balasannya, aku tidak akan pernah bisa menerima semua ini!" Fred mengumpat. Roman beralih menatap wajah pesaingnya, "Oh ya? Kalau begitu aku tunggu!" dengan nada mencemooh. Fred kesal dan berusaha memukul, tapi di cegah oleh anak buah Roman. "Jangan sentuh Tuan kami, ayo cepat pergi!" salah seorang anak buah Roman mengusir paksa Fred keluar dari gedung perusahaannya sendiri. "Brengsek!" Fred berjalan dengan diseret oleh sekuriti dan anak buah Roman, sementara Shania hanya bisa mengikuti papanya dari belakang. Shania tidak banyak bertingkah, saat ini ia berusaha mencari aman supaya Roman tidak bertambah membencinya. "Pergi kalian jangan pernah menginjakan kaki di perusahaan ini lagi!" seorang pria yang bertugas mendampingi Roman berkata dengan angkuh terhadap Fred dan Shania. Dian kini merasa bahagia, akhirnya perusahaan yang di bangun oleh kedua orangtuanya kini kembali ke tangannya, Dian tersenyum dan berkata dalam hati. 'Ibu... aku telah membalas

  • TERAPIS MUDA SANG NYONYA   PERTEMUAN SANIA DAN DIAN

    "Daddy akan secepatnya mengabulkan permintaanmu Nak, tenang saja," Fred merangkul putrinya berusaha menenangkan Sania agar tidak menangis lagi. Dalam hati Sania berbicara, "Yes semoga kali ini Daddy benar-benar mengabulkannya," Lalu ia mengusap air mata kepura-puraannya, "Baiklah Dad's terima kasih, kalau begitu aku pergi dulu ya," pintanya. "Ya sayang..." Sejak pertama kedua ayah dan anak itu sedang berbicara, Dian diam-diam mengamati percakapan mereka ia tahu apa yang harus ia lakukan kali ini. "Nona kau sedang apa di sini?" tanya Antonio yang tiba-tiba saja muncul tanpa ia sadari. "Astaga Pak Anton, kamu membuatku kaget saja. Ada apa Pak?" Antonio gugup pada saat itu, lantaran jarak wajahnya dengan wajah perempuan di depannya terasa sangat dekat sekali. "A-aku..." "Baiklah kalau kau tidak mau bicara, aku pergi!" dengan cepat Dian pergi demi menghindari Antonio. "Nona Dian aku..." ucapan pria itu kembali terpotong, ia hanya berdiri di depan Dian. Dian menggelen

  • TERAPIS MUDA SANG NYONYA   MEMBUJUK SANG KAKEK

    Langkah Silvia terhenti ketika mendengar suara lantang dari pria yang tidak lagi muda, dan tidak mengharapkan kedatangannya. "Kakek, aku datang..." "Diam Roman! Bawa pergi Wanita ini, aku tidak mau ditemui kau dengan dia!" Rezenzo memotong ucapan Roman. Mata Silvia terlihat berkaca-kaca, ia merasa sedih karena kehadirannya tidak di harapkan. Ia berniat kembali tapi dihentikan oleh Roman. "Tidak Silvia, kau jangan pergi!" larang pria itu. "Tapi aku tidak di harapkan di sini Rom, untuk apa aku berada di sini," lirihnya. "Ya bagus kau tahu diri," Rezenzo mengumpat. Akan tetapi Roman tetap memegang erat tangan perempuan yang ia cintai dan tidak membiarkannya pergi. "Roman aku," "Sstt sudahlah! Jangan bicara lagi, tetaplah di sini bersamaku," Meski dengan enggan Silvia menuruti permintaan kekasihnya, walaupun Rezenzo tidak menyukai keberadaan dirinya di sana. "Kalian pergi! Aku tidak ingin melihat kalian di sini!" usir pria yang tidak lagi muda itu. Namun, kali ini Sil

  • TERAPIS MUDA SANG NYONYA   DINAMIKA KEHIDUPAN

    Sorot mata Silvia semakin tajam ketika melihat Fred dan Selena bertengkar di hadapannya, pasalnya ia meminta bertemu dengan Fred bukan ingin melihat pertengkaran mereka tapi ingin menuntut Fred mengakui di hadapan publik kalau sebenarnya mereka telah bercerai jauh sebelum ia mengenal cucu pengusaha terkenal kaya raya itu. "Hentikan!!!" Silvia berteriak demi menghentikan pertengkaran di antara mereka. "Kedatanganku kemari bukan untuk melihat perkelahian kalian, aku hanya minta kau klarifikasi di depan publik!" tukasnya geram. Namun, permohonan Silvia mendapatkan penolakan. Karena Fred bersikukuh masih ingin Silvia kembali seperti dulu. "Klarifikasi? Tidak akan ada Silvia! Aku hanya ingin kita kembali seperti dulu!" Silvia mengepalkan tangannya ia merasa frustasi. "Kita tidak akan pernah bisa Fred, kau mengerti? Seandainya dulu kau tidak melakukan hal bodoh, mungkin aku masih mau bertahan denganmu tapi kau berkhianat dengan jalang ini!" "Aku bukan jalang, Kau yang tidak

  • TERAPIS MUDA SANG NYONYA   Rumor dan Fitnah

    "Tuan, saya mohon berikan saya kesempatan," Dian memohon tatkala ia dipecat oleh Rezenzo "Tuan..." Tok! Tok! Tok! Perempuan itu terus mengetuk pintu supaya si pemilik rumah itu mau membukakan pintu untuknya, namun usahanya itu nihil. Malah yang keluar menemuinya bukanlah Rezenzo tetapi dua orang ajudan yang bersiap mengusirnya secara paksa. "Tolong pergi Dian! Kau sudah diperingatkan sejak awal bukan? Tapi, kenapa kau malah melanggarnya?" salah seorang dari dua orang itu menatap Dian, ia merasa kasihan namun tidak mungkin menolong perempuan itu. "Saya tahu saya salah, tapi..." "Pergilah, kami mohon jangan persulit pekerjaan kami!" usir pria itu dengan suara baritonnya. Dian menunduk pasrah, ia pun segera pergi meninggalkan rumah itu, bahkan dia di larang untuk memberi tahu Roman soal pemecatan ini. Sementara ketika dia pergi, Roman masih dalam perjalanan pulang, Pemuda itu sangat bahagia sekali setelah sekian lama ia bertemu kembali kekasihnya. "Aku bersumpah... kali

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status