Share

SIAPA DIA?

Author: Agus Irawan
last update Last Updated: 2023-08-22 19:03:01

"Sangat penting bagimu dan juga penting bagi kita," Fred tersenyum menatap Silvia.

Merasa jadi orang ketiga di antara keduanya, Roman sedikit mundur berniat pergi dari ruangan tersebut. Namun, Silvia melarangnya.

"Kau mau ke mana Roman? Jangan pergi jika bukan aku yang meminta," cegah Silvia.

Sedangkan Fred menginginkan Roman pergi dari sana. "Pergilah! Jangan mengganggu kami yang akan rujuk, kau hanya seorang simpanannya, sedangkan aku masih suaminya."

"Tutup mulutmu Fred!" sentak Silvia marah. "Kenyataannya kau dan aku bukan siapa-siapa lagi Fred, berhentilah mengharapkan aku, karena aku sama sekali sudah tidak memiliki perasaan sedikitpun!"

"Tapi aku masih cinta sama kamu Silvia."

"Aku sudah tidak mencintaimu Fred, aku membencimu!" kesal Silvia terhadap Fred, yang tidak mau mengerti.

Melihat situasi yang semakin pelik antara Silvia dan mantan suaminya. Roman memutuskan pergi dari sana. "Cukup! Lebih baik kalian selesaikan masalah kalian, aku tidak ingin ikut masuk dalam drama Rumah tangga kalian," ucapnya seraya melangkah.

"Tunggu! Kau jangan pergi Roman, tetap Temani aku di sini!" cegah Silvia tidak mau di tinggalkan.

"Biarkan dia pergi Silvia, marilah kita perbaiki hubungan kita."

"Tidak Fred, aku sudah tidak memiliki perasaan apapun padamu," Silvia melepaskan tangan mantan suaminya, dan berusaha menghadang Roman agar tidak pergi.

Silvia menyusul Roman yang sudah meninggalkan ruangan itu.

"Roman," panggil Silvia mengitarkan pandangan ke sekeliling. Namun, Roman begitu cepat meninggalkannya.

"Kamu di mana Roman?" lirihnya terlihat sangat lelah.

"Apa gunanya kau mengejarnya Silvia, aku di sini setia padamu." suara seorang mantan itu membuat Silvia kesal.

Dia menoleh dengan cepat, "Semua ini gara-gara kamu! Pria bajingan!" umpatnya memaki Freed.

Silvia mengayun tangannya hendak menampar wajah Freed. Tetapi, di saat yang bersamaan seseorang memanggilnya.

"Mom?"

Silvia menarik kembali tangan yang sudah mengudara, dan hampir mendarat di wajah mantan suaminya.

"Selina?" Silvia menangis melihat seorang perempuan remaja seumuran dengan Roman memanggil ibu padanya.

"Ya, aku. Selina Anakmu," lirih seorang perempuan itu datang pada ibunya--Silvia.

"Aku merindukanmu Selina," ucap Silvia dengan Isak tangisnya. Keduanya saling berpelukan melepaskan rasa rindu yang terpendam selama ini.

"Aku juga merindukanmu, Mom."

Saat Silvia memeluk mesra putrinya, tatapannya beralih pada Roman yang berdiri jauh di belakang Selina.

"Roman," ujar Silvia, lalu melepaskan pelukannya.

Selina pun ikut menoleh pada arah pandangan ibunya, gadis belia itu tersenyum menatap pada Roman.

"Siapa dia Mom?" Selina merasa tertarik pada pria muda yang di panggil ibunya itu.

"Dia Teman Momy," ucap Silvia berbohong.

Selina mengerutkan dahinya tidak percaya atas ucapan ibunya. "Dia seumuran denganku, mana mungkin berteman dengan Mommy, katakan sebenarnya dia siapa?" selidik Selena masih belum mempercayai ibunya.

Roman lantas menghampiri Silvia untuk menjelaskan pada Selina.

"Aku Roman, dan Tante Silvia ini Temanku. Kamu siapa?" tanya Roman berpura-pura tidak tahu hubungan Selina dengan Silvia.

"Kamu percayakan kalau Roman ini Teman Mommy?"

Selina menganggukkan kepalanya, "Ya, aku percaya." ucapnya lalu mengulur tangan. "Senang berkenalan denganmu, namaku Selina Putrinya Mommy Silvia."

"Sudah kuduga, kalian berdua begitu mirip bagai pinang di belah dua, sama-sama cantik," puji Roman supaya Selina tidak mencurigai kedekatannya dengan Silvia.

"Terima kasih atas pujianmu, padahal aku biasa saja enggak secantik yang kau katakan. Kau Temannya Mommy berarti kau juga mau berteman denganku kan?" Selina tersenyum pada Roman.

Sementara Silvia merasa cemburu, pasalnya Selina berusaha dekat dengan Roman--pacarnya. "Em ... Selina, tidak semua Teman Mommy kau anggap Temanmu Nak, Roman tidak akan nyaman bila berteman dengan kamu, karena Roman hanya Teman Mommy."

"Loh, kok begitu? Apa masalahnya?" gerutu Selina, karena Silvia tidak mengizinkan ia berteman dengan Roman.

"Enggak ada masalah apa-apa sayang, hanya saja tidak pantas saja kau berteman dengan Temannya Mommy, dia jauh lebih Dewasa darimu."

"Tidak pantas bagaimana? Yang ada Mommy tidak pantas berteman dengan Orang yang jauh lebih muda dari Mommy, dia hanya pantas jika memiliki Teman sebaya dengannya. Seperti aku!" Selina bersama tatapannya tidak beralih sedikit pun dari Roman.

Tidak mau hubungannya terbongkar di depan putrinya, Silvia segera mengalihkan pembicaraan. "Oh, iya Nak ... bukankah hari ini kamu ada les musik ya?"

"Em, iya memangnya kenapa? Mom mau mengantar Selin?"

"Ya kalau kamu mau."

"Ayo kalau begitu kita pergi!" ajak Selina, lalu pamit pada Roman. "Aku pamit ya, lain kali kita ngobrol ya?"

Roman hanya tersenyum tanpa membalas Selina. Ia terus menatap pada dua wanita yang perlahan menjauh darinya.

***

Saat Silvia dan Selina pergi dari tempat itu, Fred datang melabrak Roman pria brondong yang telah menjadi simpanan mantan istrinya.

"Hei, pemuda murahan!" 

Roman menoleh dengan cepat. "Siapa ya?" tanya Roman yang memang tidak mengenal Fred.

BUGH!

Tanpa aba-aba, Fred menghajar wajah Roman hingga jatuh terhuyung.

"Apa-apaan ini Om?" Roman bangkit hendak membela diri. Namun, Fred menarik kerah kemejanya.

"Ayo ikut denganku, ada yang harus diperhitungkan denganmu! Pria murahan!" umpatnya kesal.

Fred memaksa Roman naik ke mobil, tapi Roman menolak.

"Siapa kau sebenarnya? Kenapa tiba-tiba marah pada saya?" Roman bingung.

"Masuk, saya akan jelaskan siapa saya dan kau akan tahu siapa saya sebenarnya!"

"Tidak! Saya tidak akan ikut dengan Anda!" tolak Roman.

Penolakan itu membuat Fred murka, dia meraih kembali tangan Roman hingga masuk secara terpaksa ke dalam mobil itu.

"Om!" Roman terhuyung masuk dalam mobil. Fred lantas segera menutup pintu mobilnya, dan segera bergegas masuk ke pintu kemudi membawa Roman ke suatu tempat.

'Aku akan menyingkirkanmu sebelum kau terlalu jauh menjalin hubungan dengan Silvia,' batin Fred terus mengemudikan mobilnya.

Roman perlahan bangkit, ia berusaha mengambil kendali kemudi itu.

"Hentikan mobilnya!" paksa Roman mengambil kendali.

Cittt.

Mobil itu terlihat oleng, jalan ke kiri dan ke kanan saat setir itu di perebutkan oleh dua pria yang mencintai perempuan yang sama.

"Berhenti bodoh! Atau kita akan mati bersama!" tukas Roman terus memaksa Fred agar menghentikan mobilnya.

"Kau pikir aku akan menghentikan mobilnya hah! Jangan harap, sebelum di tempat tujuan aku tidak akan berhenti!"

Fred menyikut wajah Roman.

BUGGG.

"ARGHHH!" Roman memekik kesakitan.

Merasa tidak punya pilihan lain, akhirnya Roman menendang pintu mobil yang sedang melaju kencang dengan sekuat tenaga.

Hingga pintu itu terbuka, dan Roman melompat keluar dari mobil itu.

"Aaaaaaaaa."

Roman berguling-guling di tengah jalan aspal hingga membuat dia terluka, apalagi di bagian wajahnya yang diparut jalanan itu.

Meskipun dengan lemah, ia mencoba bangkit agar lolos dari cengkraman Fred yang berusaha menyingkirkannya dari hidup Silvia.

"Aku tidak boleh menyerah."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • TERAPIS MUDA SANG NYONYA   Hari Pernikahan

    "Tapi... restu Kakek adalah segalanya bagiku," suara Roman bergetar, menahan emosi. "Aku ingin membangun keluarga dengan keyakinan bahwa aku tidak mengkhianati harapan Kakek. Silvia... dia mungkin belum sempurna di mata Kakek, tapi aku percaya, bersama aku, dia akan menjadi lebih baik." Rezenzo menghela napas panjang. Matanya menatap dalam ke arah cucunya, mencoba membaca ketulusan di balik sorot mata Roman. Rezenzo menunduk sejenak. Hening menyelimuti ruangan, hanya suara detak jam tua yang terdengar samar. Perlahan, ia mengangkat pandangannya, menatap wajah cucunya yang penuh harap. "Aku... tidak buta terhadap perasaanmu, Roman," ucapnya pelan. "Dan aku tahu, jika kau sudah berbicara sejauh ini, itu berarti kau benar-benar serius." Ia mengalihkan pandangannya ke jendela, melihat hujan gerimis yang mulai turun. "Aku hanya takut kau akan terluka. Tapi mungkin... mungkin aku juga harus belajar percaya. Percaya bahwa kau bisa membuat keputusan yang benar." Roman hampir tak p

  • TERAPIS MUDA SANG NYONYA   JATUHNYA FRED

    "Kalian akan menerima balasannya, aku tidak akan pernah bisa menerima semua ini!" Fred mengumpat. Roman beralih menatap wajah pesaingnya, "Oh ya? Kalau begitu aku tunggu!" dengan nada mencemooh. Fred kesal dan berusaha memukul, tapi di cegah oleh anak buah Roman. "Jangan sentuh Tuan kami, ayo cepat pergi!" salah seorang anak buah Roman mengusir paksa Fred keluar dari gedung perusahaannya sendiri. "Brengsek!" Fred berjalan dengan diseret oleh sekuriti dan anak buah Roman, sementara Shania hanya bisa mengikuti papanya dari belakang. Shania tidak banyak bertingkah, saat ini ia berusaha mencari aman supaya Roman tidak bertambah membencinya. "Pergi kalian jangan pernah menginjakan kaki di perusahaan ini lagi!" seorang pria yang bertugas mendampingi Roman berkata dengan angkuh terhadap Fred dan Shania. Dian kini merasa bahagia, akhirnya perusahaan yang di bangun oleh kedua orangtuanya kini kembali ke tangannya, Dian tersenyum dan berkata dalam hati. 'Ibu... aku telah membalas

  • TERAPIS MUDA SANG NYONYA   PERTEMUAN SANIA DAN DIAN

    "Daddy akan secepatnya mengabulkan permintaanmu Nak, tenang saja," Fred merangkul putrinya berusaha menenangkan Sania agar tidak menangis lagi. Dalam hati Sania berbicara, "Yes semoga kali ini Daddy benar-benar mengabulkannya," Lalu ia mengusap air mata kepura-puraannya, "Baiklah Dad's terima kasih, kalau begitu aku pergi dulu ya," pintanya. "Ya sayang..." Sejak pertama kedua ayah dan anak itu sedang berbicara, Dian diam-diam mengamati percakapan mereka ia tahu apa yang harus ia lakukan kali ini. "Nona kau sedang apa di sini?" tanya Antonio yang tiba-tiba saja muncul tanpa ia sadari. "Astaga Pak Anton, kamu membuatku kaget saja. Ada apa Pak?" Antonio gugup pada saat itu, lantaran jarak wajahnya dengan wajah perempuan di depannya terasa sangat dekat sekali. "A-aku..." "Baiklah kalau kau tidak mau bicara, aku pergi!" dengan cepat Dian pergi demi menghindari Antonio. "Nona Dian aku..." ucapan pria itu kembali terpotong, ia hanya berdiri di depan Dian. Dian menggelen

  • TERAPIS MUDA SANG NYONYA   MEMBUJUK SANG KAKEK

    Langkah Silvia terhenti ketika mendengar suara lantang dari pria yang tidak lagi muda, dan tidak mengharapkan kedatangannya. "Kakek, aku datang..." "Diam Roman! Bawa pergi Wanita ini, aku tidak mau ditemui kau dengan dia!" Rezenzo memotong ucapan Roman. Mata Silvia terlihat berkaca-kaca, ia merasa sedih karena kehadirannya tidak di harapkan. Ia berniat kembali tapi dihentikan oleh Roman. "Tidak Silvia, kau jangan pergi!" larang pria itu. "Tapi aku tidak di harapkan di sini Rom, untuk apa aku berada di sini," lirihnya. "Ya bagus kau tahu diri," Rezenzo mengumpat. Akan tetapi Roman tetap memegang erat tangan perempuan yang ia cintai dan tidak membiarkannya pergi. "Roman aku," "Sstt sudahlah! Jangan bicara lagi, tetaplah di sini bersamaku," Meski dengan enggan Silvia menuruti permintaan kekasihnya, walaupun Rezenzo tidak menyukai keberadaan dirinya di sana. "Kalian pergi! Aku tidak ingin melihat kalian di sini!" usir pria yang tidak lagi muda itu. Namun, kali ini Sil

  • TERAPIS MUDA SANG NYONYA   DINAMIKA KEHIDUPAN

    Sorot mata Silvia semakin tajam ketika melihat Fred dan Selena bertengkar di hadapannya, pasalnya ia meminta bertemu dengan Fred bukan ingin melihat pertengkaran mereka tapi ingin menuntut Fred mengakui di hadapan publik kalau sebenarnya mereka telah bercerai jauh sebelum ia mengenal cucu pengusaha terkenal kaya raya itu. "Hentikan!!!" Silvia berteriak demi menghentikan pertengkaran di antara mereka. "Kedatanganku kemari bukan untuk melihat perkelahian kalian, aku hanya minta kau klarifikasi di depan publik!" tukasnya geram. Namun, permohonan Silvia mendapatkan penolakan. Karena Fred bersikukuh masih ingin Silvia kembali seperti dulu. "Klarifikasi? Tidak akan ada Silvia! Aku hanya ingin kita kembali seperti dulu!" Silvia mengepalkan tangannya ia merasa frustasi. "Kita tidak akan pernah bisa Fred, kau mengerti? Seandainya dulu kau tidak melakukan hal bodoh, mungkin aku masih mau bertahan denganmu tapi kau berkhianat dengan jalang ini!" "Aku bukan jalang, Kau yang tidak

  • TERAPIS MUDA SANG NYONYA   Rumor dan Fitnah

    "Tuan, saya mohon berikan saya kesempatan," Dian memohon tatkala ia dipecat oleh Rezenzo "Tuan..." Tok! Tok! Tok! Perempuan itu terus mengetuk pintu supaya si pemilik rumah itu mau membukakan pintu untuknya, namun usahanya itu nihil. Malah yang keluar menemuinya bukanlah Rezenzo tetapi dua orang ajudan yang bersiap mengusirnya secara paksa. "Tolong pergi Dian! Kau sudah diperingatkan sejak awal bukan? Tapi, kenapa kau malah melanggarnya?" salah seorang dari dua orang itu menatap Dian, ia merasa kasihan namun tidak mungkin menolong perempuan itu. "Saya tahu saya salah, tapi..." "Pergilah, kami mohon jangan persulit pekerjaan kami!" usir pria itu dengan suara baritonnya. Dian menunduk pasrah, ia pun segera pergi meninggalkan rumah itu, bahkan dia di larang untuk memberi tahu Roman soal pemecatan ini. Sementara ketika dia pergi, Roman masih dalam perjalanan pulang, Pemuda itu sangat bahagia sekali setelah sekian lama ia bertemu kembali kekasihnya. "Aku bersumpah... kali

  • TERAPIS MUDA SANG NYONYA   Pergi Menuju Tempat yang Lain

    "Aaaa... ayolah beritahu aku," Silvia bersikap manja pada Roman, meski usianya jauh lebih tua dari kekasihnya tapi jika saat bersama pria yang dicintainya ia akan jauh lebih manja. "Sudahku bilang kalau sekarang aku beritahu, namanya bukan kejutan. Makanlah terlebih dahulu setelah ini kita akan pergi..." Dengan sedikit memoncongkan bibirnya perempuan mengangguk, "Hm... baiklah," Roman meraih kedua tangan Silvia ia berbicara dengan bersungguh-sungguh sambil menatap wajah perempuan itu. "Aku ingin, kau dan aku secepatnya menjadi kita," "Hah? Gimana-gimana maksudnya?" Silvia masih heran dengan kalimat yang ambigu itu. "Aku ingin secepatnya kita Menikah." ucap Roman memperjelas. "Kau serius, dalam waktu dekat ini?" Silvia meneliti wajah kekasihnya yang justru terang-terangan mengajak nikah. "Apa kau tidak percaya padaku?" tanya Roman malas saat tanggapan Silvia tidak sesuai harapannya. "Iya percaya, maaf... aku hanya kaget saja." balas Silvia lembut. "Iya aku ingin menik

  • TERAPIS MUDA SANG NYONYA   Pertemuan Setelah Lama Terpisah

    "Bagaimana apa kau masih akan mengundurkan diri dari kerja sama ini?" ejek Roman kembali dengan senyuman. Dengan terpaksa Fred tetap bertahan dengan kerja sama yang telah berlangsung itu,"Tentu saja aku akan bertahan, aku bukan Orang bodoh!" ujar Fred menyombongkan diri. Kemudian ia menoleh pada sekretaris dan tangan kanannya, "Ayo kita pergi dari sini!" ajaknya dengan penuh kekecewaan. Mereka pun mengangguk lalu bangkit menyalim tangan Roman sebagai bentuk penghormatan terhadap tuan rumah yang mengadakan rapat itu, sedangkan Fred hanya diam dengan sikap angkuhnya dia sangat tidak menyukai suasana ini. Pada saat Fred dan karyawannya akan keluar dari ruang rapat itu, pria muda itu kembali mengejeknya, "Apa begini caramu? Sopan kah meninggalkan rapat penting yang belum usai?!" Fred tiba-tiba menghentikan langkahnya, "Sit!" sambil menepuk tangannya di udara menandakan kalau ia sangat marah. Sementara Roman bersedekap tangan sambil tersenyum licik menikmati rasa kesal musuhny

  • TERAPIS MUDA SANG NYONYA   Keadaan telah Berubah

    Silvia teramat sangat senang setelah mendapatkan kabar baik ini ia bahkan ingin secepatnya bertemu dengan kekasihnya. Namun, Silvia masih terhalang restu dari kakek Rezenzo, ia kembali dengan raut wajah sedih setelah mengingat soal Rezenzo menentang hubungan itu. "Sampai kapan Tuan Rezenzo akan seperti ini? Memandang aku dengan sebelah mata... aku harus melakukan sesuatu agar pria itu mau merestui hubungan ini," gumam Silvia merasa sesak. Mengingat pria kaya yang ternyata kakek dari kekasihnya itu sangat tidak menyukai Silvia, tapi bukan karena ia miskin namun karena perbedaan umur yang cukup sangat jauh. Akan tetapi... semua ini tidak akan menyurutkan semangat Silvia begitu saja. *** Hari ini perintah yang diterima Dian berjalan dengan baik, bahkan ia pun kembali ke kantor dengan berita yang menggembirakan, Roman memberikan Dian apresiasi berupa hadiah uang tunai dengan dalih untuk diberikan kepada orang tua Dian. "Kau hebat Dian, saya senang dengan keberhasilan mu. Tapi ti

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status