Share

Bab 3 Sarah Mengamuk

Sarah mengamuk di kamar hotel, tidak hentinya ia menampar Adipati dan Gunawan hanya duduk menyaksikan saja sambil merokok didekat pintu balkon. Gunawan tersenyum miring melihat anaknya yang memang tidak menyukai pengkhianatan.

“Kau sudah tidur dengannya? Kalian berdua sudah berbuat apa saja?” teriak Sarah lalu mengambil kursi dan hendak menghantam Adipati. Namun Gunawan mencegahnya.

"Cukup, Sarah! Papa sudah pastikan gadis itu dan Adipati tidak akan pernah lagi berhubungan. Besok kalian pulang ke Surabaya. Papa akan menangani perusahaan di sini.” Gunawan kemudian Keluar dari kamar Sarah dan melihat sinis menantunya yang duduk diam di atas tempat tidur.

Adipati tidak berdaya karena yang mempunyai kuasa adalah istrinya. Tanpa Sarah mungkin ia masih menjadi orang biasa.

“Katakan, Mas! Kau sudah tidur dengannya!” teriak Sarah yang masih dikuasai emosi.

“Tidak, Sarah! Aku tidak pernah tidur dengannya,” tegas Adipati memegang tangan Sarag yang hendak memukulnya lagi.

“Dasar pembohong, mana mungkin kamu tidak meniduri perempuan murahan itu, hah!”

“Cukup! Aku tegaskan padamu, aku tidak merusak dirinya dan dia bukan wanita murahan! Dia wanita baik-baik!” teriak Adipati menggema di kamar hotelnya.

Sarah tertawa, merasa lucu mendengar ucapan Adipati yang membela Nesya.“ Kamu bilang wanita baik-baik, hah? Tidak ada wanita baik-baik yang mau dengan suami orang! Bagiku dia tetap murahan!” teriak Sarah tidak mau kalah.

"Lalu apa maumu saat ini, Sarah?” tanya Adipati sudah lelah dengan semua intimidasi dari sang istri.

“Tinggalkan wanita murahan itu atau kamu tinggalkan semua fasilitas yang sudah papa berikan padamu dan kita bercerai, anak akan bersamaku.” Sarah menatap tajam kearah suaminya yang diam memikirkan sesuatu.

Bagaimanapun ia tidak bisa berpisah dengan sang istri tetapi ia juga sudah terlanjur jatuh cinta dan nyaman dengan kelembutan Nesya.

Adipati merasa terjebak dengan situasi yang rumit, antara istri dan wanita yang ia cintai. Sungguh pilihan yang sangat membuat Adipati delema.

“Baiklah, aku akan meninggalkan Nesya demi anak kita. Aku tidak bisa jika harus berpisah dengan anak kita, maafkan aku,” ucap Adipati ragu karena di dalam hatinya hanya Nesya tetapi ia juga tidak ingin Sarah membawa anaknya.

Sarah menatap Adipati dengan ragu, ia tidak percaya begitu saja dengan ucapan suaminya. Tetapi ia berusaha percaya.

“Baiklah, malam ini kita kembali ke Surabaya,” ujar Sarah tidak mau dibantah.

“Baik, tapi izinkan aku malam ini bertemu Nesya untuk meminta maaf, atas segala kesalahanku yang sudah berbohong padanya.”

Ucapan Adipati sukses membuat Sarah naik darah, sontak Sarah pun menampar pipi Adipati.“ Kamu minta izin mau menemui wanita murahan itu? Kamu itu sudah kepergok selingkuh dan sekarang terang-terangan mau bertemu dia malam ini juga? Kamu sudah gila? Seharusnya yang meminta maaf itu dia, bukan aku ataupun kamu, gila ya!”

Adipati semakin tertekan dan sangat merasa bersalah pada Nesya yang tidak tahu apa-apa tentang statusnya terkena amukan sang istri. Sudah pasti saat ini Nesya begitu terluka.

“Bukan seperti itu, Sarah … kamu tahu sendiri. Nesya pasti syok dengan semuanya, apalagi kamu mengamuk menghancurkan seisi apartemennya," jelas Adipati begitu pelan.

Namun, Sarah tidak terima.“Aku tetap tidak mengizinkan kamu bertemu dengannya sebelum kamu jujur sudah pernah berbuat apa saja kamu dengannya.” tegas Sarah menarik kerah kemeja sang suami.

“Aku tidak melakukan apapun dengannya, Sarah. Kalaupun aku melakukan hal seperti itu tentunya pasti dengan istriku sendiri.” Adipati mulai mencium bibir Sarah.

Awalnya Sarah menolak dan memberontak tetapi ia juga tidak bisa melawan tenaga sang suami. Akhirnya Sarah pasrah dan melayani hasrat sang suami.

Begitulah cara Adipati meluluhkan hati Sarah jika sedang bertengkar. Sarah juga tidak bisa menolak karena baginya Adipati hebat saat di ranjang.

Setelah selesai memuaskan Istrinya, Adipati tersenyum melihat Sarah berjalan ke kamar mandi. Tetapi pria manipulatif dan licik seperti Adipati tidak akan tinggal diam. Ia mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi Nesya. Akan tetapi, sambungan ponselnya tidak aktif. Kemudian ia menghubungi bintang, sahabat Nesya untuk memastikan keadaan pujaan hatinya.

“Halo, Bintang,” sapa Adipati saat Bintang mengangkat sambungan ponselnya.

“Ada, Dip? Tumben kamu menghubungiku, ada perlu apa?”

“Aku butuh bantuanmu saat ini, Bin. Tolong kamu datang ke apartemen Nesya, dia habis dilabrak istriku,” jawab jujur Adipati karena selama ini Bintang juga tidak tahu jika Adipati mempunyai istri.

“Apa, gila kamu! Jadi selama ini kamu bohong sama Nesya?” tanya Bintang tidak percaya.

Adipati Pun menceritakan semuanya tentang statusnya dan itu sukses membuat Bintang begitu marah, Bintang memaki-maki Adipati habis-habisan bankan sumpah serapah pun tidak luput terlontar dari bibir Bintang untuk pria seperti Adipati.

“Terserah kamu mau memakiku, tapi tolong lihat kondisi Nesya, aku minta tolong padamu, Bintang,” mohon Adipati lalu secepat kilat menutup ponselnya karena sang istri sudah keluar dari kamar mandi.

“Kamu telepon siapa?” tanya sang istri penuh selidik saat melihat Adipati meletakkan ponselnya di meja nakas.

“Temen," jawab Adipati santai.

Sarah kemudian meriah ponsel Adipati lalu melihat riwayat panggilan telepon milik sang suami.“ Bintang? Siapa Bintang? Laki-laki atau selingkuhan barumu?” tanya Sarah dengan tatapan tajam kearah suaminya.

Adipati meraih tangan sang istri dan mendudukkannya di atas pangkuannya.“ Itu teman, Sayang. Bukan wanita lain.” Adipati mencium pipi Sarah.

Sarah tak lantas percaya begitu saja, Sarah kemudian menghubungi nomor telepon tersebut.

“Ada apa lagi, Dip. Ini aku baru mau kesana,” jawab Bintang.

Sarah melihat kearah sang suami yang tersenyum padanya.“ Aku Sarah, istri adipati.”

Bintang terkejut dan beruntung ia tidak menyebut nama Nesya.“Oh iya, maaf. Ada apa ya?”

“Tidak ada, hanya memastikan suamiku tidak menghubungi wanita lain.” Sarah kemudian memutuskan sambungan ponselnya.

“Sekarang kamu percaya?” tanya Adipati melihat Sarah yang masing memasang wajah dingin.

“Hem, ya sudah. Kita siap-siap pulang ke Surabaya,” ujar Sarah yang tidak mau berlama-lama di Jakarta karena takut suaminya bertemu dengan Nesya

Sementara itu Gunawan saat ini sedang duduk santai sambil minum wine di kamarnya. Ia menyewa kamar hotel yang sama dengan Sarah. Gunawan saat ini merasa puas dengan apa yang sudah ia lakukan pada Nesya. Andai ia tahu siapa Nesya yang sebenarnya, sungguh ia akan sangat menyesal dengan perbuatannya.

"Dengan aku menodaimu, sudah aku pastikan, kau tidak bisa berkutik dan tidak akan pernah bisa dekat lagi dengan Adipati. Aku akan melakukan apapun untuk demi kebahagiaan putri semata wayangku.” Gunawan meminum wine-nya kembali.

Gunawan tidak tahu siapa sejatinya Nesya Cantika. Ia adalah putri dari istri kedua almarhum Abi Sanjaya, pengusaha yang begitu berpengaruh di kalangan bisnis.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Safiiaa
semangat ngetiknya Kak ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status