Share

Bab 7. Rencana Axel

last update Last Updated: 2025-10-02 11:45:53

Di tempat yang berbeda, Axel tengah duduk di kursi yang ada di balkon kamarnya, dengan memandang kegelapan malam, sedangkan istrinya sudah terlelap dalam tidurnya. 

Ia melamun memikirkan bagaimana caranya bisa membuat Giselle menerima cintanya dan mengandung darah dagingnya.

“Aku pikir dia gadis yang mudah aku dapatkan, tapi ternyata tidak dan dia selalu menolak jika aku ingin melakukan hal itu. Ini sudah terlalu lama. Aku tidak bisa terus seperti ini. Aku harus melakukan sesuatu, tapi apa?” gumam Axel, yang merasa bingung, karena rencananya ternyata tidak semulus yang dibayangkan.

Ia berpikir keras mencari cara bagaimana bisa membuat Giselle segera mengandung darah dagingnya.

Setelah sekian lamanya akhirnya ia menemukan ide. Ia yakin dengan ide yang tersimpan rapi di dalam memori ingatannya itu bisa memperlancar semua rencananya.

“Oke, besok aku akan mencobanya.” Axel tersenyum mengangguk-anggukkan kepalanya penuh kelicikan.

Kini ia tidak sabar menunggu hari esok dan bertemu dengan Giselle untuk melakukan rencananya. Bahkan ia berpikir akan segera tidur supaya lebih cepat pagi dan tidak terlalu lama  menunggu  pergantian dari malam menjadi pagi.

Ia beranjak dari duduknya dan melangkah masuk dalam kamarnya. Ia merebahkan tubuhnya di samping Alina dengan pelan supaya tidak mengusiknya.

Bukanya langsung memejamkan matanya dan tidur, tapi ini justru matanya terbuka lebar. Ia juga mulai senyum-senyum sendiri membayangkan tingkah laku Giselle setiap kali bersamanya.

***

Sepulang sekolah, Giselle tidak menunggu sopirnya datang menjemputnya, tapi ia justru cepat-cepat naik taksi menuju apartemen milik Axel. 

Ia masih kesal dengan ayahnya yang melarangnya keluar rumah, meskipun sebenarnya dirinya sangat menyadari jika keluyuran hingga tengah malam itu tidaklah baik bagi anak gadis seperti dirinya. 

Namun ia hanya ingin mencari kesenangan, supaya bisa mengusir rasa kesepiannya dan kegundahan hatinya, karena tidak mendapatkan perhatian dari orang tuanya.

Tidak lupa ia juga mengirimkan pesan pada Axel agar segera datang ke apartemen, karena ia yakin pria yang dicintainya itu masih sibuk bekerja.

Tidak terasa taksi yang ditumpanginya telah sampai dan dengan cepat Giselle keluar. Dengan santainya telah berjalan menuju unit apartemen milik Axel.

Meskipun Axel belum sampai, tapi Giselle bisa masuk dalam apartemen tersebut, karena ia memiliki kuncinya, sehingga sewaktu-waktu ingin datang kesitu tidak perlu menunggu Axel.

Ia duduk di sofa ruang tamu dengan menyandarkan kepala disandarkan sofa. Ia segera mengambil ponselnya, ketika mendengar ponselnya berbunyi.

Dibiarkannya ponsel itu berbunyi, setelah mengetahui jika yang meneleponnya adalah sopirnya yang pasti sudah sampai sekolah.

“Huh, biar aja dia kebingungan cari aku, siapa suruh ngadu-ngadu sama Papa. Dasar cepu!” gumam Giselle, yang masih merasa marah terhadap sopirnya. Setelah beberapa kali ponselnya berbunyi, ia pun mematikannya.

Tidak lama, Axel datang menghampirinya, ia tersenyum melihat Giselle menunggunya sambil melamun.

“Sorry, aku datang terlambat,” ucap Axel yang langsung duduk di samping Giselle.

Seketika lamunan Giselle buyar dan langsung menoleh memandang pria yang ditunggunya. 

“Nggak apa-apa, aku ngerti Om sibuk bekerja, tapi aku senang Om selalu ada waktu buat aku disela-sela kesibukan Om.” 

“Ya iya dong, Beb. Aku pasti meluangkan waktu buat kamu kapanpun kamu ingin ketemu. Aku kan cinta banget sama kamu.” Axel tersenyum meraih tubuh Giselle dan membawanya ke dalam pelukannya.

Ia berpikir inilah waktu yang tepat menjalankan misinya yang tadi malam telah direncanakannya dan ia tidak boleh gagal atau melewatkan kesempatan ini.

Giselle tidak menjawab dan justru pelan-pelan telah memejamkan matanya menikmati dekapan hangat Axel, meskipun tidak tidur. Ia merasa nyaman dengan posisinya sekarang ini.

“Beb, kamu kenapa?” tanya Axel, yang menyadari jika Giselle kali ini hanya diam saja dan tidak seperti biasanya yang selalu ngoceh setiap kali ada dalam dekapannya.

“Tidak apa-apa,” jawab Giselle, masih dengan memejamkan matanya.

Axel tersenyum membelai rambut Giselle dengan lembut dan yakin kalau Giselle sedang ada masalah.

“Kalau kamu lagi ada masalah cerita aja sama aku. Aku akan mendengar apa yang kamu ceritakan.”

Giselle melepaskan pelukan Axel dan memandang dengan diam, ia ragu menceritakan tentang ayahnya yang melarangnya pergi kemana-mana.

“Ayo cerita aja, siapa tau aku bisa bantu.” Axel sedikit mendesak supaya Giselle mau bercerita padanya.

“Mungkin mulai sekarang kita bakalan sulit ketemu,” jawab Giselle dengan wajah yang terlihat sangat sedih.

Axel sangat terkejut dengan apa yang dikatakan Giselle. “Loh kenapa?” 

“Papa melarangku kemana-mana dan pulang sekolah harus langsung pulang. Ini semua gara-gara sopir aku yang ngadu sama Papa kalau aku sering jalan sama Om,” jawab Giselle, memaparkan apa yang membuatnya sedih.

“Ah, masa belum jadian udah nggak bisa ketemu lagi?” keluh Axel.

“Ya mau gimana lagi? Jujur aja aku juga nggak mau seperti itu.” 

Axel tidak mau kehilangan Giselle sebelum apa yang diinginkannya terwujud. Ia akan melakukan berbagai cara supaya tetap bisa bertemu dengan Giselle.

“Kamu tenang aja, biar aku urus sopirmu itu dan kita pasti akan tetap bisa bertemu.”

Giselle mengerutkan keningnya memandang Axel. “Om nggak akan melakukan sesuatu yang membuat dia celaka kan?” 

Axel tersenyum menggelengkan kepalanya, saat Giselle menanyakan hal itu padanya. 

“Tenang aja, aku tidak akan bertindak sekejam itu. Aku cuma ingin dia tidak lagi ikut campur urusan kita. Kamu nggak usah berpikir yang aneh-aneh. Sekarang aku buatin kamu jus biar kamu sedikit rileks.”

Giselle hanya mengangguk dan percaya dengan apa yang telah dikatakan oleh pria yang diam-diam sudah mengisi ruang hatinya itu.

Axel beranjak dari duduknya dan melangkah menuju dapur yang ada di apartemennya. Disana ia mencoba menghubungi asisten pribadinya supaya mengurus sopir Giselle yang secara tidak langsung akan menggagalkan semua rencananya.

“Halo, David. Aku ingin kamu mengurus sopirnya Giselle. Buat dia tidak lagi bekerja dengan orang tuanya, tapi jangan melukainya!” titah Axel.

“Lalu Anda ingin saya melakukan apa?” tanya David dari seberang telepon sana.

“Berikan uang yang banyak dan suruh dia mengundurkan diri jadi sopirnya Giselle. Kalau itu tidak berhasil baru lakukan sesuatu, tapi tetap jangan melukainya.” Axel tidak ingin mengambil resiko jika melukai orang lain yang nantinya urusannya jadi panjang.

“Baik, Tuan. Saya mengerti!” 

Kini panggilan telepon telah berakhir dan Axel segera menyimpan ponselnya dari balik jas putih yang dipakainya. Ia membuat jus jeruk dan menaburkan serbuk yang akan membuat Giselle  kepanasan dan melayang-layang ingin terus disentuh.

Selesai membuat jus, ia kembali menghampiri Giselle yang menunggunya di sofa ruang tamu.

“Minumlah supaya kamu lebih tenang dan tidak usah memikirkan apapun,” ujar Axel, yang telah memberikan segelas jus jeruk buatannya.

Giselle tersenyum menerimanya tanpa menaruh curiga, kemudian meminumnya hingga hampir habis. Namun sepuluh menit kemudian, ia mulai merasa kepanasan dan ingin sekali membuka pakaiannya.

“Sayang kamu kenapa?” tanya Axel yang mengusap lembut paha Giselle agar bereaksi.

“Rasanya tubuhku panas.”

“Mungkin disini AC-nya kurang dingin.” 

Giselle tidak menjawabnya dan justru memeluknya. Melihatnya seperti itu Axel pun tidak menyia-nyiakan kesempatan dan ia melepaskan pelukannya, kemudian mencium bibirnya dengan lembut, sedangkan tangan menyentuh bagian dada Giselle.

Semua yang dilakukan Axel tidak mendapatkan penolakan dan justru Giselle membalas sentuhan demi sentuhan yang dilakukan Axel.

Hingga akhir Axel membawanya ke kamar, karena ia tidak mungkin melakukannya di sofa.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • TERJEBAK CINTA DALAM KEBOHONGAN    Bab 23 Menyusun Sandiwara

    Sepulang sekolah, Giselle langsung pergi ke apartemen milik Axel dan tidak memintanya untuk menjemputnya. Disanalah ia baru memintanya agar segera datang menemuinya.Sambil menunggu Axel datang, Giselle terus saja kepikiran tentang perkataan Kiara. Awalnya ia tidak mau mengambil pusing tentang hal itu, tapi lama-lama menganggu pikirannya dan akhirnya memutuskan buat menanyakan siapa wanita yang dilihat Kiara di mall kemarin.Lima belas menit kemudian, pintu apartemen telah terbuka, tampaklah Axel masuk dengan bibir yang menyunggingkan senyum manisnya memandang Giselle yang sedang duduk di sofa.“Baby, kamu kenapa tumben banget nggak mau di jemput dan pengen aku datang kesini?” tanya Axel, yang telah membelai lembut kepala Giselle.“Maaf, aku telah menganggu pekerjaanmu, tapi ada sesuatu yang ingin aku bicarakan padamu dan ini penting supaya aku tidak kepikiran.”Axel mengerutkan keningnya menatap Giselle, sambil d

  • TERJEBAK CINTA DALAM KEBOHONGAN    Bab 22. Takut Kehilangan

    Di dalam kelas, sambil menunggu guru masuk dalam ruangan, mereka semua ngobrol bersama teman-temannya masing-masing, termasuk Giselle dan Kiara.Mereka berdua ngobrol dengan santai, sampai akhirnya Kiara mengingat sesuatu yang dilihatnya kemarin sore saat berada di mall.Sesaat ia ragu untuk mengatakan semua itu, tapi sebagai sahabat ia tidak bisa diam saja.“Oh, iya. Kamu kan udah pacaran sama Om Axel nih, apa kamu pernah dikenalkan sama keluarganya atau kakaknya gitu?” tanya Kiara, yang menyipitkan matanya penuh selidik.Giselle merasa aneh karena tiba-tiba saja sahabatnya itu menanyakan hal tersebut padanya. “Memangnya kenapa?”“Nggak ada apa-apa, cuma penasaran aja,” jawab Kiara yang tersenyum tipis.“Aku memang belum pernah diperkenalkan sama orang tuanya, tapi dia pernah bilang anak tunggal.” Kiara mengangguk pelan dan kembali merasa ragu untuk memberitahu kalau kemarin sore diri

  • TERJEBAK CINTA DALAM KEBOHONGAN    Bab 21. Akal Bulus Axel

    Kali ini Axel tidak menyetir mobilnya sendiri, sehingga ia bisa leluasa memeluk Giselle yang tengah menyandarkan kepalanya di bahunya.“Baby, maaf kalau hari ini kita hanya bisa makan siang dan tidak bisa menghabiskan waktu bersama seperti biasanya, soalnya Papa aku memintaku segera pulang. Katanya ada hal penting yang ingin dibicarakan,” ucap Axel, yang membelai lembut kepala Giselle.“Tidak apa-apa, Sayang. Aku juga pengen istirahat, rasanya badanku capek semua setelah pulang dari bandung kemarin,” jawab Giselle, yang semakin mengeratkan pelukannya.“Oke, kita makan siang dulu setelah itu kamu pulang dan istirahat.”“Ya.”Kali ini Axel berbohong dengan Giselle, karena akan cepat pulang supaya bisa mematahkan kecurigaan dan dugaan Alina tentang  perselingkuhannya.Dengan demikian Alina berhenti mencurigainya dan hubungannya dengan Giselle tetap aman. Bukan karena ia takut kehilangan A

  • TERJEBAK CINTA DALAM KEBOHONGAN    Bab 20. Mulai Mengetahui

    Setelah kepergian David, Alina kembali ke kamarnya. Meskipun ia merasa sakit hati atas kabar perselingkuhan suaminya, tapi ia masih menyiapkan baju ganti buat suaminya seperti biasanya.Sepuluh menit kemudian, Axel keluar dari kamar mandi hanya dengan memakai handuk yang dililitkan di pinggangnya.“Mas, kamu malam ini mau makan apa?” tanya Alina, duduk di sofa tunggal yang ada dalam kamarnya.“Aku ikut apa yang kamu inginkan,” jawab Axel, sambil memakai bajunya.Alina mengangguk dan tidak berbicara apapun lagi, ia masih berpikir bagaimana caranya mengetahui wanita simpanan suaminya itu.‘Oke, daripada pusing-pusing mendingan aku ikuti saja kemanapun dia pergi. Setelah aku tau siapa dia, awas aja. Bakal aku labrak tuh anak ingusan yang berani-beraninya menggoda suamiku!’ batin Alina dengan tekad yang kuat, sedangkan kedua tangannya mengepal.Selesai ganti baju, Axel menghampiri Alina dan duduk disampi

  • TERJEBAK CINTA DALAM KEBOHONGAN    Bab 19. Cepat Atau Lambat Aku Pasti Mengetahui

    Memikirkan apa yang dikatakan teman-teman arisannya, membuat Alina merasa kecewa. Suami yang dibanggakan dan dicintai kini dibicarakan oleh banyak orang, karena hubungannya dengan seorang gadis remaja.“Apa aku cari informasi dari David aja ya, tentang semua kebenaran ini? Eh, tapi kalaupun dia tau pasti tidak akan membocorkannya padaku dan aku yakin itu,” gumam Alina bimbang.Sebelumnya ia tidak pernah membayangkan kalau suaminya akan mengkhianati cintanya dan mencari wanita lain. Namun kini ia mendapatkan kabar kalau suaminya memiliki wanita idaman lain.Sebagai wanita ia paham kalau dirinya bukanlah wanita yang sempurna, karena belum bisa memberikan keturunan, tapi ia juga tidak mau diselingkuhi seperti ini. “Aku harus cari tau siapa wanita simpanannya. Setelah itu, baru aku akan pikirkan langkah selanjutnya,” gumam Alina dengan mengepalkan tangannya menahan amarahnya.Ia turun dari ranjang dan mencari sesuatu

  • TERJEBAK CINTA DALAM KEBOHONGAN    Bab 18. Mendengar Kabar Axel Selingkuh

    Di dalam mobil, Raka sibuk membaca koran, sambil menunggu Giselle pulang sekolah, namun kegiatan itu terhenti saat ponselnya berbunyi.Ia segera mengambilnya dan melihat siapa yang menghubunginya. Ia tersenyum, ketika mengetahui kalau ibunya lah yang menghubunginya. Dengan segera ia pun mengangkatnya.“Halo, Ibu. Ada apa?” tanya Raka, setelah berhasil mengangkat teleponnya.“Halo, Raka. Kau lihat ini!” ucap laki-laki yang menelponnya memakai ponsel ibunya dan mengalihkan panggilannya menjadi video call.Dengan cepat Raka menerima peralihan dari panggilan suara menjadi video call. Ia terkejut dengan mata membulat sempurna, melihat ibu dan adiknya disekap di gudang belakang rumahnya dengan tangan terikat ke belakang.“Hai, kalian siapa? Lepaskan ibu dan adikku!” teriak Raka.“Kalau kau mau mereka berdua selamat, temui aku disini!” kata pria bertopeng itu.“Oke, aku kesana sekarang juga da

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status