Share

Part 5 Bertemu Lagi

last update Last Updated: 2025-11-02 01:58:58

"Rena, apa yang kamu bicarakan?"

"Kenapa kamu selalu kasar dan tidak ingin punya anak? Beri tahu aku alasan yang bisa kuterima!"

Pertanyaan di luar perkiraan itu, sukses membuat Yuda termangu. Tatapannya berubah sendu, tetapi menyimpan teka teki.

"Apa kamu tidak ingin cerita sesuatu, Mas? Mungkin kita butuh ke dokter! Aku yakin, kamu bisa berubah, Mas!"

Tatapan sendu Yuda berubah tajam. "Tidak! Apa kamu pikir aku gila?"

Yuda melengos, menghindari tatapan Renata. Dia enggan mengungkit masa lalu dan tidak tertarik membahasnya. Terdengar dengusan kecewa dari bibir mungil Renata. Jika Yuda sudah berkata begitu, apa yang diharapkan? Seumur hidup, Renata harus pasrah menerima siksaan.

"Baiklah, aku tidak memaksamu, Mas!" Renata memunggungi Yuda, lalu menggigit jari menahan luapan sedih.

"Apa kamu tidak mau menerima kekuranganku, Rena? Bukannya pernikahan itu harus saling menerima kekurangan pasangan?"

Ucapan tanpa rasa bersalah itu, seolah menegaskan, Renata harus siap menanggung siksa seumur hidup. Harus menerima fantasi seksual Yuda yang menyakitkan. Mungkin juga mengubur keinginan memiliki anak.

"Aku hanya sedih, Mas. Kamu memberiku kenikmatan sekaligus siksaan!"

Yuda langsung memeluk Renata. "Kamu akan terbiasa, Rena."

Terpaksa, Renata mengangguk lirih. Mungkin sudah takdir hidupnya begini. Dari gadis kampung menjadi istri milyuner muda. Hidup Renata banyak membuat iri orang lain.

Kehidupan Renata berbalik drastis, ketika bertemu Yuda. Tidak hanya derajat sosial yang terangkat. Namun, nasibnya seperti burung merpati cantik di dalam sangkar emas. Yuda memberinya fasilitas kemewahan nyaris tidak terbatas.

Namun, harus dibayar mahal oleh Renata. Kebebasannya direnggut laki-laki posesif bergelar suami. Tidak ada seorang pun tahu, kalau merpati cantik itu menerima luka hampir setiap hari. Karena yang tampak dari luar, hidup Renata begitu sempurna.

"Rena, kamu tidur?" Yuda mengusap rambut istrinya.

Renata menggeleng pelan. "Berarti kita tidak akan punya anak, ya, Mas?" Suara Renata sangat lirih karena takut, lalu memegang telapak tangan Yuda.

Yuda langsung menarik tangannya dari genggaman Renata. "Cukup, Rena! Aku tidak ingin membahasnya. Setidaknya untuk sekarang!"

Yuda bergegas bangkit, memakai celana boxernya, lalu melangkah cepat ke kamar mandi. Menyisakan tubuh polos Renata yang terasa tidak nyaman di balik selimut tebal itu.

Tidak ada yang bisa Renata lakukan selain diam dan pasrah. Pasrah menerima perlakuan aneh suaminya.

Keesokan harinya. Seperti tidak pernah terjadi sesuatu, pagi-pagi sekali, Yuda sudah berangkat ke kantor.

Dia pamit pergi ke Bandung. Malam hari baru kembali. Setelah pulang mengajar, Renata hanya berdua dengan ART di rumah. Itu pun sang ART sudah menyelesaikan pekerjaan.

Renata tersenyum, saat sebuah ide melintas di kepalanya. Dia izin pada Yuda untuk berbelanja. Renata pergi bersama Alina, temannya yang seorang guru.

"Kalau aku jadi kamu, belanja sudah kuserahkan pada ART, Rena!"

"Aku bosan di rumah! Aku ingin masak bakso dan besok kubawa ke sekolah!"

Alina hanya menggeleng samar. Menjadi istri orang kaya ternyata ada bosannya juga. Setelah mengambil bakso frozen dan sayuran, Renata bergerak ke tempat buah-buahan. Dengan antusias, dia mengambil dua kotak leci. Buah kesukaan Yuda.

Tiba-tiba, Alina mencolek lengan Renata. "Rena, ada cowok ganteng. Dari tadi, curi pandang sama kamu terus!" bisiknya sambil pura-pura melihat harga leci. "Jangan langsung menoleh!" lanjut Alina, lalu berpindah tempat.

Renata tidak menanggapi. Dia baru menoleh, ketika seseorang juga mengambil kotak leci di depannya.

"Em, Mas Darren!" Renata sedikit menyingkir, memberi tempat pada Darren.

Namun, Darren malah meletakkan lagi kotak leci itu. Dia menatap dalam pada Renata. Merasa diperhatikan, Renata menoleh dan bertemu pandang dengan laki-laki bertubuh atletis itu.

Renata kembali membuang pandangan. Berbeda dengan Alina yang diam-diam justru menikmati pemandangan indah itu. Pasalnya, tubuh atletis Darren hanya terbalut kaos lengan pendek dan celana santai sebatas lutut.

Lengan kekar Darren dihiasi bulu halus, menghipnotis Alina hingga pikirannya gentayangan. Sementara itu, Darren masih betah menatap Renata. Seolah mencari sesuatu di balik raut gelisah wanita itu.

"Rena, aku minta maaf!"

Renata yang tadi pura-pura sibuk, langsung meletakkan buah-buahan ke tempat semula. "Minta maaf untuk apa, Mas? Mas Darren tidak salah!"

"Kamu salah! Aku harus bicara dengan Yuda untuk menjelaskan lebih banyak!"

"Mak-sudnya soal apa?" Renata pura-pura bingung.

Darren tersenyum satu sudut sekilas. "Aku mengenalnya lebih lama darimu, Rena! Jawab jujur, apa dia selalu menyakitimu?" tebaknya.

Tidak ingin membahas masalah rumah tangganya, Renata bergegas meninggalkan Darren. Dia sibuk mencari keberadaan Alina yang sudah tidak ada di situ lagi.

Darren segera mengikuti, dan menarik tangan Alina hingga langkah wanita itu terhenti. Renata menatap tangan Darren yang masih memegangi lengannya.

"Lepaskan, Mas! Kamu tidak berhak membahas apa pun mengenai aku dan Mas Yuda. Kami baik-baik saja!"

"Baik-baik saja? Tidak ada wanita yang selalu menangis dalam keadaan baik-baik saja, Rena!"

"Jaga bicaramu, Mas! Aku tidak butuh perhatianmu! Ingat, kamu hanya sahabat Mas Yuda yang kebetulan datang menolongku!" sahut Renata sinis.

Bukannya tersinggung dengan ucapan ketus Renata, Darren justru kembali tersenyum satu sudut. Tatapannya beralih pada luka baru di rahang Renata. Tangan Darren terkepal di samping tubuhnya.

Tiba-tiba, rahang Darren mengeras, teringat ucapan menyakitkan Yuda pada Renata tadi malam. Juga, teriakan wanita itu.

Lalu, luka memar yang tampak samar di leher Renata. Tidak ada yang baik-baik saja dalam hubungan mereka. Darren bisa menebak, apalagi Renata tidak berani membalas tatapannya.

"Baiklah, aku paham itu! Maaf, kalau aku sudah ikut campur!" Suara Darren terdengar parau. "Kamu cari temanmu? Dia di sana!" tunjuknya pada Alina yang ada di dekat toiletries.

Renata mengangguk. Lalu meninggalkan Darren yang masih menatapnya. Namun, sejenak langkah Renata terhenti dan menoleh pada Darren.

"Maaf, kalau kata-kataku kasar, Mas! Terima kasih sudah menolongku!"

"Tidak apa-apa!"

Lantas, Darren sibuk memilih alat bercukur. Tangan laki-laki itu urung mengambil kotak pisau cukur, ketika Renata mendekatinya.

"Jangan bicara apa pun tentangku pada Mas Yuda, Mas! Kali ini aku minta tolong padamu!"

Darren menoleh dan menatap dalam pada Renata. Renata langsung menunduk menyembunyikan kedua matanya yang memanas. Dia takut, Darren benar-benar menemui Yuda dan menjelaskan perihal pertemuan di toilet itu.

Renata tidak ingin Yuda semakin murka dan menyiksanya lagi. Darren menarik napas panjang, menatap miris pada wanita di sampingnya itu.

"Kenapa kamu tidak berani menatapku, Rena? Kamu sembunyikan pun, aku sudah tahu! Dia sering berbuat kasar padamu, kan?"

"Ti-tidak, Mas! Bukan begitu, aku hanya ..."

"Kalau begitu tatap aku, Rena! Jangan menunduk!"

Terpaksa Renata menatap Darren. Darren menelan saliva berat melihat tatapan gelisah Renata. Sekali lagi, Darren mendengus lirih.

"Kamu tidak perlu berbohong, Rena! Aku tahu, seperti apa suamimu itu. Aku mengenalnya cukup lama."

"Berarti Mas Darren juga tahu tentang masa lalu Mas Yuda?"

****

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • TERJEBAK DALAM PELUKAN TEMAN SUAMI    Part 8 Kedatangan Mertua

    Yuda yakin, kecurigaannya benar. Dia hanya perlu mengumpulkan bukti-bukti hingga Renata dan Darren mengakuinya.Mobil Darren berhenti di dekat sebuah gang. Dista menoleh, lalu melepas seat belt. Darren menatap ke samping mobil. Berbeda dengan rumah Darren yang megah, bangunan di sekitar sini sangat sederhana."Kamu tinggal di sini, Dis?""Iya, Pak! Hanya kontrakan ini yang dekat dengan tempat kerja!"Darren mengangguk. "Oke, terima kasih atas kerja samanya! Sudah aku transfer. Coba dicek!"Dista segera membuka handphone. Matanya mendelik memperhatikan angka-angka yang masuk ke rekeningnya. Ternyata, Darren mentransfer lebih besar dari yang mereka sepakati."Pa-Pak, ini banyak sekali!""Untuk tambahan tabungan anakmu!" ucap Darren, lalu membuka lock bagasi. "Kamu ambil saja leci dan makanannya. Bisa kamu bagi sama keluargamu!""Tap-tapi itu punya Pak Darren!""Tidak apa-apa, Dista! Aku tidak mungkin makan lagi malam ini. Sudah, kamu ambil saja semuanya!""Ah, terima kasih, Pak! Bapak s

  • TERJEBAK DALAM PELUKAN TEMAN SUAMI    Part 7 Nina Kekasih Palsu

    "Nina? Siapa Nina?" Wanita itu menoleh, tatapannya menuntut jawaban pada Darren.Darren menggaruk tengkuk yang tidak gatal, lalu segera merangkul bahu wanita itu. Melihat sikap agresif Darren, wanita cantik itu justru tidak nyaman.Yuda memperhatikan interaksi pasangan itu, dengan alis terangkat sebelah. Sebelah sudut bibirnya tersenyum sinis. Tiba-tiba, Yuda curiga dengan wanita bernama Nina itu.Darren segera menarik tangan Nina dan membawanya menyingkir. Meskipun sedikit terkejut, Nina hanya menurut saja. "Pa-Pak Darren, kenapa Anda begitu aneh?" tanya Nina palsu bingung dan tidak nyaman.Darren mengerutkan bibir, lalu tertawa kecil seolah tidak terjadi sesuatu. Dengan sengaja, dia merangkul dan mengusap kepala Nina palsu."Dista, maaf, ada yang salah. Seharusnya, tadi aku katakan dulu padamu. Please, kita harus menjalankan sandiwara ini sebaik mungkin!""Saya belum mengerti!" Wanita bernama Dista itu mengernyitkan dahi."Di depan semua orang, kamu kenalkan namamu Dista Karenina,

  • TERJEBAK DALAM PELUKAN TEMAN SUAMI    Part 6 Masa Lalu

    Kening Darren mengernyit tipis mendengar pertanyaan itu. Tatapannya pada Renata semakin dalam. Sedetik kemudian, Darren tertawa lirih. Menurut Darren pertanyaan Renata tergolong aneh."Mas Darren tahu juga tentang masa lalu Mas Yuda?" ulang Renata lirih. Meskipun tidak lazim, mengorek informasi dari Darren, Renata harus cari tahu tentang masa lalu Yuda. Seseorang yang memiliki fantasi seks nyleneh, biasanya dipicu oleh masa lalu. Karena orang normal tidak mungkin menyakiti pasangannya untuk mencapai puncak kepuasan."Aku belum mengerti, Rena! Maksudmu, tentang pacar Yuda sebelum bertemu denganmu?" Renata terdiam karena bimbang. Tidak mungkin dia menceritakan aib suaminya. Lantas, wanita itu menggigit bibir gugup.Di sampingnya, Darren terkekeh pelan. Sebelah alisnya terangkat, melihat sikap aneh Renata. Darren semakin yakin, kalau rumah tangga Renata dan Yuda tidak baik-baik saja."Yuda tidak selingkuh, kan?" canda Darren karena Renata masih diam. "Ha ha ha, aku cuma becanda, Rena!

  • TERJEBAK DALAM PELUKAN TEMAN SUAMI    Part 5 Bertemu Lagi

    "Rena, apa yang kamu bicarakan?""Kenapa kamu selalu kasar dan tidak ingin punya anak? Beri tahu aku alasan yang bisa kuterima!"Pertanyaan di luar perkiraan itu, sukses membuat Yuda termangu. Tatapannya berubah sendu, tetapi menyimpan teka teki. "Apa kamu tidak ingin cerita sesuatu, Mas? Mungkin kita butuh ke dokter! Aku yakin, kamu bisa berubah, Mas!"Tatapan sendu Yuda berubah tajam. "Tidak! Apa kamu pikir aku gila?"Yuda melengos, menghindari tatapan Renata. Dia enggan mengungkit masa lalu dan tidak tertarik membahasnya. Terdengar dengusan kecewa dari bibir mungil Renata. Jika Yuda sudah berkata begitu, apa yang diharapkan? Seumur hidup, Renata harus pasrah menerima siksaan."Baiklah, aku tidak memaksamu, Mas!" Renata memunggungi Yuda, lalu menggigit jari menahan luapan sedih."Apa kamu tidak mau menerima kekuranganku, Rena? Bukannya pernikahan itu harus saling menerima kekurangan pasangan?"Ucapan tanpa rasa bersalah itu, seolah menegaskan, Renata harus siap menanggung siksa seu

  • TERJEBAK DALAM PELUKAN TEMAN SUAMI    Part 4 Siksaan ( Lagi )

    Renata langsung menatap Darren yang mengulurkan handphone padanya. Namun, tatapan Yuda justru tertuju ke lengan atas kemeja putih Darren."Ini ponselmu!" Darren mengulurkan handphone Renata.Dengan gerakan kaku, Renata menerima benda pipih itu. "Terima kasih, Mas!" "Tidak apa-apa. Hei, Bro!" Darren langsung menyapa Yuda. Namun, Yuda masih menatapnya datar. "Kenapa handphone Rena ada sama kamu?" selidiknya.Renata langsung menggigit bibir takut. Dia tidak berani menatap Yuda maupun Darren. Darren tersenyum sekilas, sambil mengusap tengkuknya."Oh, tadi kami berpapasan di depan toilet. Sepertinya, Rena buru-buru, sampai handphonenya jatuh!"Mata Yuda menyipit semakin curiga. Lalu, pandangannya kembali berhenti pada lengan atas Darren. Kemeja putih itu ternoda lipstick. Darren menunduk mengikuti arah pandangan Yuda. Dia baru menyadarinya, lalu menatap sekilas pada Renata yang masih mematung.Darren menelan ludah. Ternyata, pelukan tidak disengaja tadi meninggalkan bekas di sana. Senyum

  • TERJEBAK DALAM PELUKAN TEMAN SUAMI    Part 3 Tidak Nyaman

    "Apa kamu dengar, Rena?" Yuda memastikan, karena Renata tidak kunjung menjawab.Renata hanya mengangguk. "Iya, Mas. Maaf!"Yuda menarik jemari tangan Renata ke dalam genggaman. Sebelah tangannya memegang setir. Renata hanya diam, tidak ingin melanjutkan pembicaraan. Bahkan, sampai di rumah, mereka tidak lagi membahas perihal Darren. Sebenarnya, Renata keberatan dengan sikap over Yuda. Namun, menjelaskan pada laki-laki itu, sama saja mengundang perbuatan kasar Yuda.Entah apa yang ada di benak Yuda. Setiap kali istrinya diperhatikan laki-laki lain, dia selalu menunjukkan sikap posesif. Bahkan, rasa tidak suka Yuda dibawa dalam setiap hubungan intim. Selalu saja ada alasan Yuda untuk menyakiti Renata di saat seharusnya romantis itu. Berulang kali, Renata menarik napas lelah. Dia meraba dadanya yang masih tampak jelas bekas tanda kepemilikan Yuda.Tangan Renata bergerak pelan, dan berhenti di perut. Matanya terpejam, ketika ingat penolakan Yuda atas kehadiran anak. Setidaknya untuk saa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status