Share

Part 4 Siksaan ( Lagi )

last update Last Updated: 2025-11-01 21:26:33

Renata langsung menatap Darren yang mengulurkan handphone padanya. Namun, tatapan Yuda justru tertuju ke lengan atas kemeja putih Darren.

"Ini ponselmu!" Darren mengulurkan handphone Renata.

Dengan gerakan kaku, Renata menerima benda pipih itu. "Terima kasih, Mas!"

"Tidak apa-apa. Hei, Bro!" Darren langsung menyapa Yuda.

Namun, Yuda masih menatapnya datar. "Kenapa handphone Rena ada sama kamu?" selidiknya.

Renata langsung menggigit bibir takut. Dia tidak berani menatap Yuda maupun Darren. Darren tersenyum sekilas, sambil mengusap tengkuknya.

"Oh, tadi kami berpapasan di depan toilet. Sepertinya, Rena buru-buru, sampai handphonenya jatuh!"

Mata Yuda menyipit semakin curiga. Lalu, pandangannya kembali berhenti pada lengan atas Darren. Kemeja putih itu ternoda lipstick. Darren menunduk mengikuti arah pandangan Yuda. Dia baru menyadarinya, lalu menatap sekilas pada Renata yang masih mematung.

Darren menelan ludah. Ternyata, pelukan tidak disengaja tadi meninggalkan bekas di sana. Senyum sinis Yuda berubah seringaian muak.

"Kebetulan lagi?" selidik Yuda pada keduanya.

Jari-jari tangan Renata saling meremas di depan tubuh. Hal itu tidak lepas dari perhatian Yuda. Sadar ada yang aneh dari keduanya, rahang Yuda langsung mengeras.

Melihat gelagat Yuda, Darren berdehem, lalu tertawa kecil, "Ehm, ah ha ha! Jeli juga kamu, Bro. Aku malah baru melihatnya. Ulah cewekku ini!"

Alis Yuda terangkat sebelah. "Oh, cewek?" Diliriknya Renata yang tampak menarik napas gelisah. "Punya cewek kenapa tidak diajak kemari?"

"Dia tidak suka ke tempat seperti ini. Oh, apa kalian mau pulang?"

Yuda tidak menjawab. Dia justru menarik tangan Renata, membawanya keluar dari gedung. Darren mengangkat bahu tak acuh menatap kepergian suami istri itu. Lantas, Darren melirik lengan kemejanya lagi.

Sedetik kemudian, Darren teringat sesuatu. Tanda memar di leher Renata! Bergegas, Darren meninggalkan gedung menuju tempat parkir.

"Kamu sudah mulai berbohong padaku, Rena!"

Suara Yuda pelan, tetapi sinis. Yuda meluruskan sebelah lengan di samping Renata. Renata yang bersandar di pintu mobil menatapnya ketakutan.

"Ak-aku tidak bohong, Mas!"

"Tidak bohong? Kalau begitu, jelaskan kenapa handphonemu ada pada Darren dan bekas lipstikmu di bajunya?"

"Mas, aku ... aku tadi buru-buru. Handphoneku jatuh!"

"Ponselmu jatuh, tapi kamu tidak mengambilnya?"

Mata Renata terpejam rapat. Yuda mencengkeram dagu istrinya. "Jawab, Rena! Apa yang kamu lakukan dengan Darren di toilet?"

Renata langsung menatap kabur pada Yuda karena terhalang air mata. "Mas Yuda jangan menuduhku sembarangan! Aku dan Mas Darren tidak ..."

"Bohong!" bentak Yuda tidak peduli tempat. "Ingat, kamu itu istriku, Rena! Gadis kampung yang kunikahi, sampai kamu seperti ini!"

Renata termangu. Bukan hanya bentakan Yuda yang membuat hatinya sakit, tetapi ucapan pelan penuh penghinaan itu. Di samping mobilnya, tangan Darren terkepal erat mendengar keributan itu.

Namun, Darren tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya orang asing. Menjadi sahabat Yuda tidak berarti Darren bisa mencampuri urusan pribadi mereka. Suara Yuda masih terdengar di antara tangisan lirih Renata.

"Masuk!"

Yuda membuka kasar pintu mobil. Dengan langkah cepat, Yuda mengitari body depan mobil dan membuka pintu kemudi. Sebelum memakai seat belt, Yuda menatap sekali lagi pada istrinya.

"Aku hanya minta kamu jujur, Rena."

"Apa yang harus kukatakan, Mas? Bukannya aku dan Mas Darren sudah menjelaskan?"

"Baiklah! Aku akan cari tahu sendiri!"

Bergegas, Yuda melajukan mobilnya sedikit kencang. Tidak peduli dengan ketakutan Renata. Wanita itu memejamkan mata sambil berpegangan pada handle pintu.

Di belakangnya, mobil Darren mengikuti tanpa Yuda sadari. Berulang kali Darren menarik napas panjang. Ada rasa bersalah dan dilema sudah menjadi penyebab pertengkaran mereka.

Namun, Darren tidak menyukai perlakuan kasar, terutama pada perempuan. Pada akhirnya, mobil Yuda berhenti kasar di halaman. Sedangkan Darren menghentikan mobil di seberang jalan.

Darren menatap pada bangunan rumah megah berlantai dua yang tampak sepi. Tidak ada penghuni lain di sana kecuali Yuda dan Renata. Mereka hanya memperkerjakan ART sampai sore hari saja.

"Aah, sakit Mas!"

Suara samar itu mengejutkan Darren yang masih ada di dalam mobil. Darren membuka pintu dan berdiri di samping mobil. Wajahnya mendongak menatap ke arah lampu temaram di lantai dua rumah Yuda.

Di kamar mewah yang seharusnya nyaman itu, Renata sering menerima siksaan. Renata meringkuk di atas ranjang sambil memejamkan mata.

Plak! Dasi Yuda melayang ke tubuh polos istrinya itu. Renata berjingkat, lalu mendesis lirih. Air matanya membasahi pipi.

"Maaf, Mas! Aku tidak melakukan apa pun!" lirih Renata, ketika Yuda mulai naik ke ranjang.

Tidak ingin Renata berteriak, Yuda menutup mulut wanita itu dengan dasi, lalu mengikat lengannya menjadi satu di atas kepala.

"Ah ... Rena. Aku sangat mencintaimu, tapi kenapa kamu bohong?"

Ciuman, gigitan kecil, dan cengkeraman Yuda lampiaskan pada tubuh molek Renata. Renata hanya bisa merintih tertahan. Matanya terpejam, merasakan siksaan di bawah sana.

Plak! Renata berjingkat, disusul rasa panas di pahanya. Telapak tangan Renata saling mengepal erat merasakan perih dan sakit hampir di sekujur badan.

"Ehmmph!"

"Rileks, Sayang!" ucap Yuda sambil terus mencapai puncak kenikmatannya sendiri.

Di luar sana....

Setelah tidak mendengar suara apa pun lagi, Darren memutuskan pergi dari situ. Dia terkekeh pelan menyadari kebodohannya. Bodoh karena terlalu ingin ikut campur urusan orang lain.

Yuda segera melepas ikatan tangan dan mulut Renata, ketika aktivitas itu selesai. Yuda tersenyum puas, lalu mencium bibir Renata berkali-kali.

"Terima kasih, Sayang!"

Renata langsung melengos. Rasa cinta itu menjadi muak melihat senyum Yuda di atas air matanya. Karena Renata hanya diam, Yuda segera memeluknya.

"Aku tidak tahu, sampai kapan penyiksaan ini berakhir?"

Suara Renata parau di depan dada Yuda. Yuda mendongakkan kepala Renata. "Apa maksudmu?"

Renata tersenyum miris. Dia beranikan diri menatap mata Yuda. "Apa kamu ingin membuatku mati perlahan, Mas?"

****

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • TERJEBAK DALAM PELUKAN TEMAN SUAMI    Part 8 Kedatangan Mertua

    Yuda yakin, kecurigaannya benar. Dia hanya perlu mengumpulkan bukti-bukti hingga Renata dan Darren mengakuinya.Mobil Darren berhenti di dekat sebuah gang. Dista menoleh, lalu melepas seat belt. Darren menatap ke samping mobil. Berbeda dengan rumah Darren yang megah, bangunan di sekitar sini sangat sederhana."Kamu tinggal di sini, Dis?""Iya, Pak! Hanya kontrakan ini yang dekat dengan tempat kerja!"Darren mengangguk. "Oke, terima kasih atas kerja samanya! Sudah aku transfer. Coba dicek!"Dista segera membuka handphone. Matanya mendelik memperhatikan angka-angka yang masuk ke rekeningnya. Ternyata, Darren mentransfer lebih besar dari yang mereka sepakati."Pa-Pak, ini banyak sekali!""Untuk tambahan tabungan anakmu!" ucap Darren, lalu membuka lock bagasi. "Kamu ambil saja leci dan makanannya. Bisa kamu bagi sama keluargamu!""Tap-tapi itu punya Pak Darren!""Tidak apa-apa, Dista! Aku tidak mungkin makan lagi malam ini. Sudah, kamu ambil saja semuanya!""Ah, terima kasih, Pak! Bapak s

  • TERJEBAK DALAM PELUKAN TEMAN SUAMI    Part 7 Nina Kekasih Palsu

    "Nina? Siapa Nina?" Wanita itu menoleh, tatapannya menuntut jawaban pada Darren.Darren menggaruk tengkuk yang tidak gatal, lalu segera merangkul bahu wanita itu. Melihat sikap agresif Darren, wanita cantik itu justru tidak nyaman.Yuda memperhatikan interaksi pasangan itu, dengan alis terangkat sebelah. Sebelah sudut bibirnya tersenyum sinis. Tiba-tiba, Yuda curiga dengan wanita bernama Nina itu.Darren segera menarik tangan Nina dan membawanya menyingkir. Meskipun sedikit terkejut, Nina hanya menurut saja. "Pa-Pak Darren, kenapa Anda begitu aneh?" tanya Nina palsu bingung dan tidak nyaman.Darren mengerutkan bibir, lalu tertawa kecil seolah tidak terjadi sesuatu. Dengan sengaja, dia merangkul dan mengusap kepala Nina palsu."Dista, maaf, ada yang salah. Seharusnya, tadi aku katakan dulu padamu. Please, kita harus menjalankan sandiwara ini sebaik mungkin!""Saya belum mengerti!" Wanita bernama Dista itu mengernyitkan dahi."Di depan semua orang, kamu kenalkan namamu Dista Karenina,

  • TERJEBAK DALAM PELUKAN TEMAN SUAMI    Part 6 Masa Lalu

    Kening Darren mengernyit tipis mendengar pertanyaan itu. Tatapannya pada Renata semakin dalam. Sedetik kemudian, Darren tertawa lirih. Menurut Darren pertanyaan Renata tergolong aneh."Mas Darren tahu juga tentang masa lalu Mas Yuda?" ulang Renata lirih. Meskipun tidak lazim, mengorek informasi dari Darren, Renata harus cari tahu tentang masa lalu Yuda. Seseorang yang memiliki fantasi seks nyleneh, biasanya dipicu oleh masa lalu. Karena orang normal tidak mungkin menyakiti pasangannya untuk mencapai puncak kepuasan."Aku belum mengerti, Rena! Maksudmu, tentang pacar Yuda sebelum bertemu denganmu?" Renata terdiam karena bimbang. Tidak mungkin dia menceritakan aib suaminya. Lantas, wanita itu menggigit bibir gugup.Di sampingnya, Darren terkekeh pelan. Sebelah alisnya terangkat, melihat sikap aneh Renata. Darren semakin yakin, kalau rumah tangga Renata dan Yuda tidak baik-baik saja."Yuda tidak selingkuh, kan?" canda Darren karena Renata masih diam. "Ha ha ha, aku cuma becanda, Rena!

  • TERJEBAK DALAM PELUKAN TEMAN SUAMI    Part 5 Bertemu Lagi

    "Rena, apa yang kamu bicarakan?""Kenapa kamu selalu kasar dan tidak ingin punya anak? Beri tahu aku alasan yang bisa kuterima!"Pertanyaan di luar perkiraan itu, sukses membuat Yuda termangu. Tatapannya berubah sendu, tetapi menyimpan teka teki. "Apa kamu tidak ingin cerita sesuatu, Mas? Mungkin kita butuh ke dokter! Aku yakin, kamu bisa berubah, Mas!"Tatapan sendu Yuda berubah tajam. "Tidak! Apa kamu pikir aku gila?"Yuda melengos, menghindari tatapan Renata. Dia enggan mengungkit masa lalu dan tidak tertarik membahasnya. Terdengar dengusan kecewa dari bibir mungil Renata. Jika Yuda sudah berkata begitu, apa yang diharapkan? Seumur hidup, Renata harus pasrah menerima siksaan."Baiklah, aku tidak memaksamu, Mas!" Renata memunggungi Yuda, lalu menggigit jari menahan luapan sedih."Apa kamu tidak mau menerima kekuranganku, Rena? Bukannya pernikahan itu harus saling menerima kekurangan pasangan?"Ucapan tanpa rasa bersalah itu, seolah menegaskan, Renata harus siap menanggung siksa seu

  • TERJEBAK DALAM PELUKAN TEMAN SUAMI    Part 4 Siksaan ( Lagi )

    Renata langsung menatap Darren yang mengulurkan handphone padanya. Namun, tatapan Yuda justru tertuju ke lengan atas kemeja putih Darren."Ini ponselmu!" Darren mengulurkan handphone Renata.Dengan gerakan kaku, Renata menerima benda pipih itu. "Terima kasih, Mas!" "Tidak apa-apa. Hei, Bro!" Darren langsung menyapa Yuda. Namun, Yuda masih menatapnya datar. "Kenapa handphone Rena ada sama kamu?" selidiknya.Renata langsung menggigit bibir takut. Dia tidak berani menatap Yuda maupun Darren. Darren tersenyum sekilas, sambil mengusap tengkuknya."Oh, tadi kami berpapasan di depan toilet. Sepertinya, Rena buru-buru, sampai handphonenya jatuh!"Mata Yuda menyipit semakin curiga. Lalu, pandangannya kembali berhenti pada lengan atas Darren. Kemeja putih itu ternoda lipstick. Darren menunduk mengikuti arah pandangan Yuda. Dia baru menyadarinya, lalu menatap sekilas pada Renata yang masih mematung.Darren menelan ludah. Ternyata, pelukan tidak disengaja tadi meninggalkan bekas di sana. Senyum

  • TERJEBAK DALAM PELUKAN TEMAN SUAMI    Part 3 Tidak Nyaman

    "Apa kamu dengar, Rena?" Yuda memastikan, karena Renata tidak kunjung menjawab.Renata hanya mengangguk. "Iya, Mas. Maaf!"Yuda menarik jemari tangan Renata ke dalam genggaman. Sebelah tangannya memegang setir. Renata hanya diam, tidak ingin melanjutkan pembicaraan. Bahkan, sampai di rumah, mereka tidak lagi membahas perihal Darren. Sebenarnya, Renata keberatan dengan sikap over Yuda. Namun, menjelaskan pada laki-laki itu, sama saja mengundang perbuatan kasar Yuda.Entah apa yang ada di benak Yuda. Setiap kali istrinya diperhatikan laki-laki lain, dia selalu menunjukkan sikap posesif. Bahkan, rasa tidak suka Yuda dibawa dalam setiap hubungan intim. Selalu saja ada alasan Yuda untuk menyakiti Renata di saat seharusnya romantis itu. Berulang kali, Renata menarik napas lelah. Dia meraba dadanya yang masih tampak jelas bekas tanda kepemilikan Yuda.Tangan Renata bergerak pelan, dan berhenti di perut. Matanya terpejam, ketika ingat penolakan Yuda atas kehadiran anak. Setidaknya untuk saa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status