Home / Romansa / TERJEBAK DALAM PELUKAN TEMAN SUAMI / Part 8 Kedatangan Mertua

Share

Part 8 Kedatangan Mertua

last update Last Updated: 2025-11-05 21:28:00

Yuda yakin, kecurigaannya benar. Dia hanya perlu mengumpulkan bukti-bukti hingga Renata dan Darren mengakuinya.

Mobil Darren berhenti di dekat sebuah gang. Dista menoleh, lalu melepas seat belt. Darren menatap ke samping mobil. Berbeda dengan rumah Darren yang megah, bangunan di sekitar sini sangat sederhana.

"Kamu tinggal di sini, Dis?"

"Iya, Pak! Hanya kontrakan ini yang dekat dengan tempat kerja!"

Darren mengangguk. "Oke, terima kasih atas kerja samanya! Sudah aku transfer. Coba dicek!"

Dista segera membuka handphone. Matanya mendelik memperhatikan angka-angka yang masuk ke rekeningnya. Ternyata, Darren mentransfer lebih besar dari yang mereka sepakati.

"Pa-Pak, ini banyak sekali!"

"Untuk tambahan tabungan anakmu!" ucap Darren, lalu membuka lock bagasi. "Kamu ambil saja leci dan makanannya. Bisa kamu bagi sama keluargamu!"

"Tap-tapi itu punya Pak Darren!"

"Tidak apa-apa, Dista! Aku tidak mungkin makan lagi malam ini. Sudah, kamu ambil saja semuanya!"

"Ah, terima kasih, Pak! Bapak sama anakku pasti senang. Terima kasih! Semoga Pak Darren segera mendapatkan Nina yang asli!"

Dista tertawa lirih, lalu turun dari mobil. Darren hanya tersenyum. Sejenak, laki-laki tampan itu terdiam. Bayangan wajah murung Renata kembali mengobrak-abrik alam warasnya.

"Aah! Sepertinya aku sudah gila! Apa di dunia ini hanya ada Renata? Dia istri orang, masih ada perempuan yang ..."

Tiba-tiba Darren tersenyum miris. Kembali rasa bimbang menggelayut di hati. Jika terus memperhatikan Renata, Darren takut semakin jatuh cinta dan mengkhianati persahabatannya dengan Yuda.

Namun, jika Darren bersikap tidak peduli, Renata akan terus menderita. Darren tidak tega setiap kali bertemu pandang dengan Renata. Tatapan gelisah penuh trauma itu seolah minta tolong.

Dengan berat, Darren melajukan mobil pulang ke rumah. Namun, pikirannya justru masih tertinggal di rumah Yuda. Pada sosok istri lemah, Renata Mardanina.

*

Siang sudah bergelincir menginjak sore. Renata menghentikan mobil di depan rumah. Dia urung memarkir mobilnya di garasi. Tatapan Renata tertuju mobil Yuda yang terparkir di halaman.

"Mas Yuda sudah pulang?" gumam Renata heran.

Renata terdiam sejenak, lalu dengan langkah berat turun dari mobil. Begitu menginjak teras, Renata disambut suara tidak asing. Mendengar kedatangan Renata, tiga orang yang tadi berbincang-bincang, langsung diam.

"Assalamualaikum!" Renata langsung mendekati Yuda, mencium punggung tangan suaminya itu.

Lalu, Renata mendekati dua tamu yang tidak lain orang tua Yuda. Dengan takzim disalaminya kedua orang itu.

"Baru pulang, Ren! Bagaimana di sekolah?"

"Iya, Bu! Maaf, telat karena harus menyelesaikan bikin soal ulangan!"

"Apa mobilmu tidak ada masalah lagi, Sayang?" Yuda menatap ke luar jendela.

Renata segera duduk di samping suaminya itu. "Tidak, Mas! Mungkin karena beberapa hari tidak dipakai, jadinya mogok! Kata orang bengkel masalah listriknya, aku tidak paham!"

"Kalau sering mogok, kamu ganti mobil saja!" usul Yuda santai, tetapi langsung ditolak oleh Renata.

Wanita itu menatap sekilas ke meja. Hanya ada teh dan dua toples kue. Renata bergegas bangkit, lalu pergi ke kamar, berganti baju. Setelah itu, Renata ke dapur. Ternyata, di sana seorang ART sibuk memasak.

"Maaf saya baru pulang, Bi. Bibi masak apa?" tanya Renata sambil mencuci tangan.

"Ini, Bibi mau goreng ayam dan bikin sop, Bu! Pak Yuda bilang, untuk siang seadanya saja. Nanti malam katanya makan di luar!"

Renata terdiam. Dia sedikit melongok ke arah ruang tamu meskipun terhalang dinding. Lantas, Renata menarik napas pelan. Dia bukan keberatan mertuanya tidur di rumah ini. Renata hanya kecewa pada Yuda yang tidak memberi tahu sebelumnya.

Renata hendak membantu Bibi memasak. Namun, justru dicegah oleh ibu mertuanya. Perempuan setengah tua itu menuntun tangan Renata, mengajaknya duduk di ruang makan.

"Kamu jangan terlalu capek, Rena!" tegur Bu Rasti, ibunda Yuda.

Tatapan Renata mengikuti pergerakan tangan Bu Rasti. Wanita paruh baya itu mengambil sebuah paper box dari dalam plastik berlogo supermarket.

"Ibu bawa oleh-oleh khusus untukmu! Kemarin Budhe pulang umroh!" ucap Bu Rasti antusias membuka paper box.

Begitu kotak berwarna cokelat itu terbuka, Renata langsung menelan ludah getir. Buah kurma muda berwarna hijau kekuningan menyesakkan dada Renata.

"Kurma muda?" Suara Renata tercekat.

"Iya, Ibu tahu, kalian sudah ikhtiar, sudah berdoa. Tapi tidak ada salahnya, to Nduk, kalau Ibu ikut ikhtiar untuk kalian?"

"I-iya, Bu. Terima kasih!"

Bu Rasti tersenyum, lalu mengusap bahu Renata. Lantas dia menatap pada Yuda yang mendekat. Rupanya, Yuda penasaran dengan oleh-oleh khusus dari ibunya itu.

"Buat apa kurma muda, Bu?"

Sebenarnya, pertanyaan itu tidak membutuhkan jawaban. Yuda tahu, ibunya ingin segera menimang cucu. Bu Rasti kesal dengan pertanyaan anak tunggalnya itu.

"Kamu itu! Umurmu sudah tiga puluh tahun, Yuda! Sampai kapan pacaran terus? Dua tahun sudah cukup untuk kalian pacaran! Saatnya kasih cucu pada Bapak dan Ibu. Jangan sampai kalian tidak punya anak! Untuk apa kamu kerja dan mengurus bisnis itu?"

Yuda mengorek telinga yang tidak gatal mendengar ceramah dadakan ibunya. Lantas dia menatap Renata yang tampak murung.

"Iya, iya, Bu! Namanya juga rezeki. Kalau Allah belum kasih, kita mau bagaimana? Ya, kalau Ibu dan Bapak tidak sabar, kita bisa adopsi anak!"

"Adopsi?" Sekali lagi, Renata dipaksa menelan ludah berat.

Tatapannya nanar pada Yuda. Hati Renata semakin nelangsa. Renata tidak sakit hati, kalau mereka belum dikaruniai anak karena faktor rezeki. Yang membuat Renata sakit hati, Yuda sengaja tidak ingin punya anak dulu.

"Husst! Kalian itu sehat! Kata dokter juga subur. Bisa-bisanya punya ide adopsi anak. Kalian boleh adopsi seluruh anak di panti asuhan pun silakan, tapi kasih Bapak dan Ibu cucu kandung!"

Bu Rasti semakin berang. Dia menoyor kepala Yuda sembari memberengut. Namun, lagi-lagi Yuda menanggapi ocehan ibunya dengan santai. Bahkan, tidak peduli dengan tekanan batin yang dialami Renata.

Beruntung, Bibi segera menyuguhkan makan siang sehingga perdebatan itu terhenti. Renata sama sekali tidak menikmati makanannya. Hatinya benar-benar nelangsa. Renata lebih banyak diam dan memilih menjadi pendengar pembicaraan. Bahkan, sampai makan siang selesai....

"Jangan ambil hati ucapan Ibu, Sayang!"

Yuda melingkarkan lengan di tubuh Renata. Sekarang mereka berdua ada di kamar. Renata menoleh pada Yuda yang sudah berganti pakaian olah raga.

"Mas Yuda mau ke gym?" tanya Renata mengabaikan ucapan Yuda.

"Iya, sebelum Maghrib aku pulang. Kalau kamu mau jalan-jalan sama Bapak dan Ibu silakan!"

"Mungkin besok saja, Mas. Ibu dan Bapak biar istirahat dulu. Aku mau mengoreksi naskah soal."

Yuda mengangguk samar. "Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu!" pamitnya, lalu mencium kening Renata.

Bergegas, Yuda keluar dari kamar. Laki-laki itu segera menuju carport. Tidak berapa lama, suara motor Yuda keluar dari pekarangan rumahnya. Beberapa menit kemudian, sudah berbaur dengan kendaraan lain di jalan raya.

Ciiiit! Setengah mendadak, Yuda mengerem motor besarnya di belakang sebuah taxi. Keningnya mengkerut menatap taxi yang mulai melaju itu.

"Nina ..."

****

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • TERJEBAK DALAM PELUKAN TEMAN SUAMI    Part 11 Ceraikan Dia

    Cerai. Di usia 26 tahun dia akan menjadikan janda. Renata mematung menyadari permintaannya tadi. Bu Rasti mendekat, menatap miris pada Yuda."Ibu ..." Yuda menatap nanar ibunya, lalu berganti pada Renata."Ya, bukankah Rena sendiri yang minta kamu ceraikan? Yuda, tidak ada tradisi perselingkuhan dalam keluarga terpandang Hilmawan! Kamu masih muda, ganteng, dan kaya. Banyak perempuan yang antri, Yuda." Bu Rasti melirik sinis pada Renata. "Dan pastinya, akan memberimu anak, tidak seperti Renata!" lanjutnya jauh lebih menyakitkan."Astaghfirullah ..." Istighfar meluncur lirih dari bibir bergetar Renata.Bahu Renata berguncang dalam pelukan Bibi. Seandainya Bu Rasti tahu, bukan dia yang bermasalah. Namun, Yuda yang tidak ingin punya anak. Tentu, Bu Rasti tidak akan bicara seperti itu."Ibu benar, Mas! Ceraikan aku supaya kamu bisa punya anak, seperti keinginan mereka!"Renata melepaskan diri dari pelukan Bibi. Bergegas, dia menuju walk in closet. Renata mengambil koper dan menyambar baju-

  • TERJEBAK DALAM PELUKAN TEMAN SUAMI    Part 8 Kedatangan Mertua

    Yuda yakin, kecurigaannya benar. Dia hanya perlu mengumpulkan bukti-bukti hingga Renata dan Darren mengakuinya.Mobil Darren berhenti di dekat sebuah gang. Dista menoleh, lalu melepas seat belt. Darren menatap ke samping mobil. Berbeda dengan rumah Darren yang megah, bangunan di sekitar sini sangat sederhana."Kamu tinggal di sini, Dis?""Iya, Pak! Hanya kontrakan ini yang dekat dengan tempat kerja!"Darren mengangguk. "Oke, terima kasih atas kerja samanya! Sudah aku transfer. Coba dicek!"Dista segera membuka handphone. Matanya mendelik memperhatikan angka-angka yang masuk ke rekeningnya. Ternyata, Darren mentransfer lebih besar dari yang mereka sepakati."Pa-Pak, ini banyak sekali!""Untuk tambahan tabungan anakmu!" ucap Darren, lalu membuka lock bagasi. "Kamu ambil saja leci dan makanannya. Bisa kamu bagi sama keluargamu!""Tap-tapi itu punya Pak Darren!""Tidak apa-apa, Dista! Aku tidak mungkin makan lagi malam ini. Sudah, kamu ambil saja semuanya!""Ah, terima kasih, Pak! Bapak s

  • TERJEBAK DALAM PELUKAN TEMAN SUAMI    Part 7 Nina Kekasih Palsu

    "Nina? Siapa Nina?" Wanita itu menoleh, tatapannya menuntut jawaban pada Darren.Darren menggaruk tengkuk yang tidak gatal, lalu segera merangkul bahu wanita itu. Melihat sikap agresif Darren, wanita cantik itu justru tidak nyaman.Yuda memperhatikan interaksi pasangan itu, dengan alis terangkat sebelah. Sebelah sudut bibirnya tersenyum sinis. Tiba-tiba, Yuda curiga dengan wanita bernama Nina itu.Darren segera menarik tangan Nina dan membawanya menyingkir. Meskipun sedikit terkejut, Nina hanya menurut saja. "Pa-Pak Darren, kenapa Anda begitu aneh?" tanya Nina palsu bingung dan tidak nyaman.Darren mengerutkan bibir, lalu tertawa kecil seolah tidak terjadi sesuatu. Dengan sengaja, dia merangkul dan mengusap kepala Nina palsu."Dista, maaf, ada yang salah. Seharusnya, tadi aku katakan dulu padamu. Please, kita harus menjalankan sandiwara ini sebaik mungkin!""Saya belum mengerti!" Wanita bernama Dista itu mengernyitkan dahi."Di depan semua orang, kamu kenalkan namamu Dista Karenina,

  • TERJEBAK DALAM PELUKAN TEMAN SUAMI    Part 6 Masa Lalu

    Kening Darren mengernyit tipis mendengar pertanyaan itu. Tatapannya pada Renata semakin dalam. Sedetik kemudian, Darren tertawa lirih. Menurut Darren pertanyaan Renata tergolong aneh."Mas Darren tahu juga tentang masa lalu Mas Yuda?" ulang Renata lirih. Meskipun tidak lazim, mengorek informasi dari Darren, Renata harus cari tahu tentang masa lalu Yuda. Seseorang yang memiliki fantasi seks nyleneh, biasanya dipicu oleh masa lalu. Karena orang normal tidak mungkin menyakiti pasangannya untuk mencapai puncak kepuasan."Aku belum mengerti, Rena! Maksudmu, tentang pacar Yuda sebelum bertemu denganmu?" Renata terdiam karena bimbang. Tidak mungkin dia menceritakan aib suaminya. Lantas, wanita itu menggigit bibir gugup.Di sampingnya, Darren terkekeh pelan. Sebelah alisnya terangkat, melihat sikap aneh Renata. Darren semakin yakin, kalau rumah tangga Renata dan Yuda tidak baik-baik saja."Yuda tidak selingkuh, kan?" canda Darren karena Renata masih diam. "Ha ha ha, aku cuma becanda, Rena!

  • TERJEBAK DALAM PELUKAN TEMAN SUAMI    Part 5 Bertemu Lagi

    "Rena, apa yang kamu bicarakan?""Kenapa kamu selalu kasar dan tidak ingin punya anak? Beri tahu aku alasan yang bisa kuterima!"Pertanyaan di luar perkiraan itu, sukses membuat Yuda termangu. Tatapannya berubah sendu, tetapi menyimpan teka teki. "Apa kamu tidak ingin cerita sesuatu, Mas? Mungkin kita butuh ke dokter! Aku yakin, kamu bisa berubah, Mas!"Tatapan sendu Yuda berubah tajam. "Tidak! Apa kamu pikir aku gila?"Yuda melengos, menghindari tatapan Renata. Dia enggan mengungkit masa lalu dan tidak tertarik membahasnya. Terdengar dengusan kecewa dari bibir mungil Renata. Jika Yuda sudah berkata begitu, apa yang diharapkan? Seumur hidup, Renata harus pasrah menerima siksaan."Baiklah, aku tidak memaksamu, Mas!" Renata memunggungi Yuda, lalu menggigit jari menahan luapan sedih."Apa kamu tidak mau menerima kekuranganku, Rena? Bukannya pernikahan itu harus saling menerima kekurangan pasangan?"Ucapan tanpa rasa bersalah itu, seolah menegaskan, Renata harus siap menanggung siksa seu

  • TERJEBAK DALAM PELUKAN TEMAN SUAMI    Part 4 Siksaan ( Lagi )

    Renata langsung menatap Darren yang mengulurkan handphone padanya. Namun, tatapan Yuda justru tertuju ke lengan atas kemeja putih Darren."Ini ponselmu!" Darren mengulurkan handphone Renata.Dengan gerakan kaku, Renata menerima benda pipih itu. "Terima kasih, Mas!" "Tidak apa-apa. Hei, Bro!" Darren langsung menyapa Yuda. Namun, Yuda masih menatapnya datar. "Kenapa handphone Rena ada sama kamu?" selidiknya.Renata langsung menggigit bibir takut. Dia tidak berani menatap Yuda maupun Darren. Darren tersenyum sekilas, sambil mengusap tengkuknya."Oh, tadi kami berpapasan di depan toilet. Sepertinya, Rena buru-buru, sampai handphonenya jatuh!"Mata Yuda menyipit semakin curiga. Lalu, pandangannya kembali berhenti pada lengan atas Darren. Kemeja putih itu ternoda lipstick. Darren menunduk mengikuti arah pandangan Yuda. Dia baru menyadarinya, lalu menatap sekilas pada Renata yang masih mematung.Darren menelan ludah. Ternyata, pelukan tidak disengaja tadi meninggalkan bekas di sana. Senyum

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status