Beranda / Romansa / TERJEBAK PERNIKAHAN TAK DIHARAPKAN / Part 5 Karena Alifa Istriku

Share

Part 5 Karena Alifa Istriku

Penulis: La Bianconera
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-22 13:03:39

Entah pukul berapa keduanya memejamkan mata. Setelah peristiwa ciuman kedua mereka tadi malam, Farrel tidak melepaskan Alifa dari pelukannya. Jadi, mereka semalam tidur dalam keadaan saling berpelukan.

Sama halnya dengan Alifa, Farrel memang belum bisa menerima sepenuhnya akan perjodohan ini. Akan tetapi, berkali-kali Farrel menegaskan dalam hati. Dia tidak akan menikah untuk kedua kali.

Cinta itu memang belum ada di antara mereka. Farrel ingin mencoba menjalaninya dengan ikhlas. Karena itu adalah bukti baktinya pada kedua orang tuanya. Bukankah pernikahan karena perjodohan di zaman orang tuanya dulu adalah hal yang lazim? Dan mereka bisa mempertahankan pernikahan itu sampai tua. Farrel juga ingin seperti mereka. Saat ini memang perasaannya pada Alifa masih sebatas seorang teman. Atau adik? Entahlah.

Farrel tak ingin memikirkan hal itu. Tidak ada salahnya belajar mencintai Alifa karena memang gadis itulah istrinya. Jodoh pilihan orang tuanya. Bahkan mungkin memang jodoh pilihan Tuhan untuknya. Apalagi, tadi malam Alifa meminta Farrel membuatnya jatuh cinta.

Pak Haji Imran dan Bu Halimah memang menyukai Alifa sejak pertama kali diperkenalkan oleh Alisha beberapa waktu yang lalu. Walaupun Alifa berbeda dengan gadis-gadis umumnya yang berpenampilan feminim, tetapi latar belakang keluarga gadis itu menjadi salah satu alasan Pak Haji Imran dan Bu Halimah. Mereka tidak ingin, Farrel sebagai anak satu-satunya mendapatkan perempuan yang asal-asalan. Mengingat pergaulan Farrel yang tidak bagus di luaran sana. Farrel membutuhkan sosok istri yang berani dan memiliki karakter kuat seperti Alifa.

"Eeelaah, dibantuin malah melamun nih pengantin baru! Kopi Ndul, woi kopimu dingin!" teriak Dino sambil menepuk kuat bahu sahabatnya.

Farrel yang kaget mengumpat lirih. "Shit, untung jantungku kuat, Nyet!"

Dino terbahak-bahak kemudian meneliti penampilan sahabatnya itu. Farrel sesekali tersenyum mendengar gurauan Vio dan Danang yang tengah membantu membersihkan sisa-sisa bunga hiasan di teras rumah Pak Haji Imran.

"Hm, sepertinya ada yang lepas segel nih semalam, pantesan nglamun terus!" sindir Vio sembari duduk di samping Farrel.

Farrel melirik sekilas pada sahabatnya yang tiba-tiba menjadi tukang gosip.

"Beneran Ndul, sudah lepas segel si Alifa?" tanya Dino ingin tahu.

Farrel menjawab dengan malas, "Kepo!"

"Yaaah, tertutup sudah, padahal yang naksir Alifa tuh aku. Eh, malah kamu Ndul, yang ngucapin ijab qobul!" celetuk Vio yang langsung dihadiahi tatapan maut dari Farrel.

"The power of jodoh, Nyet!" sahut Danang menengahi.

"Kalau kamu suka sama Alifa kenapa dulu diam-diam saja, Nyet?" tanya Farrel ingin tahu. Entah mengapa ada rasa tak nyaman mendengar pengakuan sahabatnya yang menyukai Alifa.

Vio menggaruk pelipisnya sembari berpikir. "Karena dia judes. Aku pikir aku nggak cocok sama cewek judes. Santai men, aku hanya sebatas menyukai saja. Itu dulu, sekarang nggak boleh ada yang menyukainya selain kamu, Ndul!" Vio berkata tegas ketika melihat tatapan tak suka dari Farrel.

Farrel mengangguk samar. "Iya, nggak akan aku biarkan orang lain merebutnya dariku. Karena Alifa istriku!" tegasnya.

Vio mengangguk dan menepuk pelan bahu Farrel. Kedua orang itu mengikuti arah pandangan Danang, yang hanya nyengir sambil menatap ke arah belakang Farrel dan Vio.

Tepat di belakang mereka, Alifa berdiri kaku sambil membawa nampan berisi piring-piring yang akan digunakan untuk sarapan mereka. Pandangan mata gadis berjilbab itu tertuju pada Farrel dengan tatapan penuh arti.

Segera, Farrel bangkit dan mendekati istrinya. Laki-laki itu mengambil alih nampan dari tangan Alifa. "Terima kasih, Fa. Kamu sudah sarapan?" tanyanya sambil memindai wajah cantik istrinya.

Alifa menggeleng pelan. "Belum, nanti saja," jawabnya lirih.

Farrel segera meletakkan nampan di depan teman-temannya. "Nyet, kalian makan dulu." Danang dan Vio segera bangkit ketika dari arah dapur terdengar panggilan dari seorang ibu yang memintanya mengambil nasi dan lauk.

"Rel, kamu ajak Alifa makan, sana!" perintah Dino yang diangguki oleh Farrel.

Tadinya Farrel ingin makan bersama teman-temannya. Akan tetapi, Dino tidak ingin Farrel mengabaikan keberadaan istrinya.

"Ya, sudah, kalian sarapan dulu." Farrel berkata pada ketiga sahabatnya, lalu beralih menatap Alifa. "Ayo makan." Alifa mengangguk dan tersenyum canggung pada teman-teman Farrel.

"Rel," Alifa memangil dengan sangat lirih sebelum mulai menyuap. Farrel langsung menatapnya, menunggu apa yang akan dikatakan gadis itu padanya. "Rel ... boleh kita nginep di sini satu malam lagi?" tanyanya ragu-ragu.

Farrel terdiam sejenak sebelum memutuskan mengangguk. "Tentu saja. Kenapa nggak? Kamu betah ya, di sini?" tanyanya jahil.

Alifa mengangguk pelan. "Iya. Karena nanti sore aku mau belajar bikin gulai ayam kesukaan kamu, sama Ibuk."

Uhuk! Uhuk!

Farrel tersedak mendengar jawaban istrinya itu. Alifa segera bangkit dan menepuk-nepuk pelan bahu suaminya.

"Minum dulu!"

Farrel meraih gelas dari tangan Alifa. "Terima kasih. Dari mana kamu tahu aku suka makanan itu?" tanyanya setelah selesai minum.

"Tadi mamanya Sofi cerita begitu, katanya kamu suka sekali gulai ayam buatan Ibuk."

Farrel mengangguk-angguk kemudian tersenyum jahil. "Jadi, kamu sudah berniat berbakti pada suami? Sambil belajar mencintai suami juga?" tanyanya menggoda.

Alifa memberengut. Ingin rasanya mencubiti suaminya yang jahil itu. Eh! Alifa mentertawakan dirinya sendiri.

"Jawab dong, jangan kayak kucing malu-malu."

"Berarti suamiku juga kucing dong?" Alifa menyahut sambil mencibir. "Cepat sarapan, nanti antarin aku beli sesuatu!"

"Jawab dulu dong, Fa. Tinggal jawab saja susah amat."

"Iya, Rel. Aku harus belajar jadi istri yang baik lah. Walaupun kamu belum tentu jadi suami yang baik," ejeknya tanpa perasaan.

Farrel hanya mengangkat sebelah alisnya dan tersenyum sekilas. Dia tak peduli dengan ejekan dari mulut judes istrinya itu.

"Belajarnya mulai sekarang. Panggilan kamu ke aku harus dirubah, Fa. Aku suami kamu, lebih tua dari kamu." Farrel berucap pelan namun tegas.

"Harus dirubah bagaimana? Sudah biasa begini."

"Nggak sopan, Fa. Kita orang Jawa, manggil suami nggak boleh Ral, Rel."

"Terus maunya dipanggil apa?" tanya Alifa masih bingung.

Bisa saja dia memanggil Farrel dengan sebutan Om atau Pak Tua karena jarak usia mereka empat tahun. Tetapi, sudah bisa dipastikan Farrel akan menendangnya. Niat menggoda Farrel kembali muncul di benak Alifa.

"Aku panggil Kang saja, ya? Kang Farrel gitu?" tanyanya sambil nyengir, sedangkan Farrel mendelik tidak suka.

* * *

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • TERJEBAK PERNIKAHAN TAK DIHARAPKAN    Part 58 End

    Tanpa berucap apa-apa, Agus segera berberes. Sedangkan Nur sibuk dengan si Kembar di dampingi Bu Aminah. Bayi berusia 1,5 bulan itu memang sangat menggemaskan. Bu Aminah dan anak-anak melepas kepergian si Kembar dengan mata berkaca-kaca. Tetapi mereka tidak bisa menahannya. Si Kembar memiliki keluarga dan rumah. Sebelum berangkat ke rumah sakit, Brian terlebih dahulu menghampiri Agus dan memeluk laki-laki itu. Brian menatap Agus dan menepuk pelan bahu laki-laki itu. "Perjuangkan rumah tangga kalian. Jangan sampai si Kembar kehilangan kasih sayang utuh dari orang tuanya, Gus," pesannya.Agustus mengangguk samar. "Terima kasih, Yan. Terima kasih, sudah menjaga si Kembar dan Nur. Kalau nggak ada kalian, aku nggak tahu nasib mereka," ucap Agus sambil melirik ke arah Nur dan kedua anaknya.Brian terkekeh kemudian pamit pada Agus dan Nur untuk ke rumah sakit. Laki-laki itu sengaja berangkat lebih pagi dengan alasan ada pasien yang hendak melahirkan. Padahal, Brian tidak ingin melihat kepe

  • TERJEBAK PERNIKAHAN TAK DIHARAPKAN    Part 57 Sanksi Sosial

    "Kamu jangan khawatir gini, Yan. Sudah, ah. Berangkat dulu," pamit Agus lagi. Brian tidak bisa lagi mencegah temannya itu. Agus juga menolak diantar dengan alasan laki-laki itu ingin menyendiri. Brian hanya bisa mengangguk pasrah.Nuraini menunduk dalam tidak berani membalas tatapan mata Brian. Sesekali laki-laki itu meliriknya sambil makan. Pandangan Nur bertemu dengan Bu Aminah yang duduk di sebelah Brian."Agus kok lama pulangnya? Apa dia bilang pergi ke mana gitu, Nur?" tanya wanita itu.Nuraini menggeleng lemah. "Ndak, Bu. Cuma pamit ke klinik," jawabnya. Nuraini beralih memandang Brian. "Em, Mas. Tangan Mas Agus kenapa ya, kok bisa begitu?" tanyanya lirih.Dia merasa bodoh. Suami sendiri terluka, tetapi dirinya tidak tahu. Brian mengangkat sebelah alis mendengar pertanyaan konyol itu."Aneh banget. Kamu itu istrinya, Nur. Seharusnya kamu tanya, kenapa dia begitu? Kalau dia nggak datang ke Jakarta, Agus juga nggak luka begitu!" jawab Brian ketus.Bu Aminah langsung menoleh dan m

  • TERJEBAK PERNIKAHAN TAK DIHARAPKAN    Part 56 Terbiasa Dengan Rasa Sakit

    "Apa maksud Mas Brian bicara begitu?" tanya Nur lirih.Brian menggeleng samar, kemudian bangkit dari tempat duduknya. Sedangkan Nur, mendongak menatap laki-laki itu. Nuraini berharap dirinya salah dengar tentang pernyataan Brian."Aku nggak perlu mengulangi apa yang aku katakan, Nurkodir. Yang aku minta, pulanglah, dan perbaiki hubungan kalian. Cayenne dan Panamera nggak pantas menjadi korban keegoisan orang tuanya," ucap laki-laki itu masih dalam nada ketusnya.Nuraini mengangguk samar, kemudian bangkit dari tempat duduk. Brian mengarahkan pandangan pada beberapa anak yang tengah berkumpul di gasebo bersama guru les."Lihatlah mereka. Anak-anakku itu sewaktu kecil masih bisa aku bohongi tentang orang tuanya. Tapi setelah mereka besar dan sekolah, mereka selalu menuntut jawaban yang sama, Nur. Selalu menanyakan keberadaan orang tua kandungnya. Jangan buat Cayenne dan Panamera mengalami hal serupa dengan mereka," tunjuk Brian pada anak-anaknya. Nasihat si Kaku, pemilik mulut judes itu

  • TERJEBAK PERNIKAHAN TAK DIHARAPKAN    Part 55 Pasrah

    "Cayenne, Panamera?" tanya Agus lirih.Brian mengangguk antusias. Dia mempersilakan Agus duduk sembari menunggu Bu Aminah. Rupanya, Bu Aminah membantu Nur memandikan Cayenne dan Panamera.Dada Agus berdesir mendengar tangisan bayi dari dalam kamar tamu. Laki-laki itu beranjak mendekati pintu yang sedikit terbuka. Sedangkan Brian sibuk dengan Axel dan Aruna, anak angkatnya yang berusia satu setengah tahun. "Iya, sebentar ya, Sayang. Gantian Adek Cayenne, dong!""Sudah, Nur, cepat susuin. Biar Ibu yang pakaiin Cayenne baju. Lagian, kamu itu disuruh stok ASI kok susah banget. Maunya tiap hari diomelin Brian. Apa nggak panas, dengerin Brian ngomel?" goda Bu Aminah sambil tertawa kecil.Nuraini menggeleng pelan. "Sudah biasa, Bu. Mas Brian cerewet, tapi perhatian sama si Kembar," ucap Nur sambil melangkah mendekati pintu hendak menutup pintu tersebut.Wanita itu tertegun. Begitu juga laki-laki yang berdiri di depan pintu. Keduanya mematung. Mata laki-laki itu memerah. Pipinya basah. Nurain

  • TERJEBAK PERNIKAHAN TAK DIHARAPKAN    Part 54 Lagi-lagi Kebetulan

    Semakin lama memandang wajah mungil Panamera, semakin merasa aneh. Memang wajah bayi itu akan berubah-ubah. Akan tetapi, apa ini kebetulan?Brian meletakkan kembali Panamera, ketika bayi itu mulai menangis. Sedangkan Cayenne sudah tidur sejak beberapa menit yang lalu. Mendengar anaknya menangis, Nur bergegas mendekat."Kayaknya haus, Nur. Kamu harus banyak makan sayur, Nur. Bayi kamu butuh banyak nutrisi, kamu dengar?" ucap Brian kembali ke mode datar dan ketus.Nuraini mengangguk. Dia segera meminta izin membawa Panamera ke kamar dan menyusuinya. Kedua bayi kembarnya itu sangat rakus ketika menyusu. Brian memang tergolong cerewet jika menyangkut anak-anaknya dan juga si Kembar."Alhamdulillah ya, Nak. Kita mendapatkan keluarga baru yang sangat baik. Om Brian dan Eyang sangat sayang pada kalian. Jangan sedih ya, Nak, kalian pisah dari Ayah. Nanti Bunda ketemuin kalian kalau sudah waktunya."Nuraini tersenyum dan mencium pipi Panamera dengan sayang. Nur memerhatikan wajah Panamera yang

  • TERJEBAK PERNIKAHAN TAK DIHARAPKAN    Part 53 Welcome Twins

    Dengan langkah lelah, Agustus tidak berhenti mencari keberadaan sang istri. Dia juga sudah menyebar beberapa foto Nuraini. Namun keberadaan Nur benar-benar seperti ditelan bumi. Agustus tertunduk lesu di peron stasiun. Selama dua minggu di Jakarta tidak membuahkan hasil. Laki-laki itu memutuskan kembali ke Ponorogo. Kini Agus tidak punya semangat hidup. Dia juga tidak bersedia dicalonkan menjadi kepala desa kembali.Bahkan, Agus lebih banyak menghabiskan waktu di toko. Terkadang dia juga tidak pulang dan memilih tidur di toko. Pulang ke rumah hanya akan membuat hatinya semakin diliputi rasa bersalah. Melihat barang-barang milik Nur, hati laki-laki itu kembali tercabik-cabik sakit.Agustus mengusap kedua matanya yang basah. Teringat dosa-dosanya di masa lalu. Dosa-dosa yang pada akhirnya mendzolimi wanita sebaik Nuraini.Sudah tiga bulan, Agus menekuni ilmu agama di pondok pesantren. Dia hanya pulang ke rumah seminggu sekali. Jika pulang, Agus memilih tidur di rumah Nenek Kanti. Di si

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status