Home / Romansa / TERJEBAK SKANDAL / Bab 6 - Tamu Mesum

Share

Bab 6 - Tamu Mesum

Author: Aggiacossito
last update Last Updated: 2023-01-18 22:33:20

Clara melempar ponselnya ke samping bantal. Ia sangat menyayangkan cuti tahunan yang sudah berusaha ia hemat demi seminggu bersama Benny mubazir sudah. Padahal awalnya ia membayangkan setiap malam akan memasakkan makanan spesial untuk Benny tak peduli kalau pria itu pulang tengah malam sekalipun. Terlebih besok hari ulang tahun Benny. Ah sial, semuanya hancur.

Clara juga sudah me-list alternatif lain, tapi sama sekali tidak menemukan orang yang pas untuk menghabiskan waktu bersamanya. Semua teman-temannya sibuk bekerja dan memiliki jadwal sendiri. Sepertinya ia hanya akan di rumah saja, makan dan tidur seperti zombi.

Clara menarik selimutnya, bersiap untuk tidur. Namun, suara bel bergantian dengan suara ketukan pintu pagar membuatnya terduduk. Diliriknya jam dinding di kamar yang kini menunjukkan pukul sebelas malam. Orang gila mana yang bertamu jam segini? Pikirnya.

Ah, tiba-tiba terbesit dalam benak Clara, mungkinkah itu Benny? Setelah kejadian tadi siang, pria itu memang sama sekali belum mendatanginya. Clara hanya tahu kalau pria itu terintimidasi oleh ancamannya, tapi Benny sama sekali belum menemuinya langsung setidaknya untuk meminta maaf.

Sungguh, Clara tidak berharap Benny meminta maaf. Toh, ia juga tidak akan memaafkannya. Namun, Clara hanya ingin memberikan pelajaran berharga pada pria itu agar sadar kalau sudah menyakiti orang yang salah.

Clara lalu tersadar saat ketukannya terdengar semakin berisik. Bel juga terus terdengar seolah sang tamu sangat tidak sabaran. Untungnya Clara tinggal sendiri. Selain itu, kanan dan kiri rumahnya masih beum berpenghuni sehingga tidak ada yang terganggu.

Tak lama kemudian, Clara langsung bergegas untuk membuka pintu pagar. Ia masih mengenakan setelan tidurnya, piama dengan lengan pendek sedangkan celananya panjang.

Saat pagar terbuka lebar, ia terkejut dan bingung dalam waktu bersamaan. Seorang sopir taksi sedang merangkul pria yang mabuk berat. Anehnya Clara merasa familier pada pria mabuk itu, meskipun ia sendiri lupa pernah bertemu di mana.

"Apa benar yang tertulis di kertas adalah alamat rumah ini?" tanya sopir taksi seraya menyerahkan alamat yang sedari tadi dipegangnya.

Sejenak, Clara menerima secarik kertas itu dan membacanya. "Be-benar, tapi kenapa dia dibawa ke sini, Pak?" tanya Clara. "Dan sebenarnya dia siapa?"

"Sebelumnya izinkan saya bawa dia masuk dulu, Non. Berat."

Antara linglung dan tidak tahu harus bagaimana, Clara kemudian menyingkir sehingga sopir itu bisa membawa Revan masuk.

"Sebelumnya maaf atas ketidaknyamanan ini, tapi saya hanya menuruti perintah untuk menuju ke alamat ini. Sekarang, karena sudah sampai ... saya permisi, ya," pamit sopir taksi itu setelah merebahkan tubuh Revan di sofa.

"Eh, Pak ... tunggu! Aku nggak kenal dia, Pak."

"Tapi alamatnya betul, kan?"

"Iya, tapi—"

"Duh, maaf ... ini sudah malam. Saya pamit dan saya nggak mau ikut campur. Dia sudah bayar, kok. Jadi saya hanya menjalankan tugas sebagai sopir, yaitu mengantarnya ke alamat yang diinginkan."

Belum sempat Clara menjawab, sopir itu sudah meninggalkan mereka berdua. Apa-apaan ini?!

Clara memperhatikan wajah pria yang kini terbaring di sofa, aroma alkohol sangat menyengat membuatnya refleks menutup hidung. "Halo?" ucapnya seraya menggoyang-goyangkan lengan Revan, berharap agar pria itu sadar dan segera pergi dari sini.

Tidak mendapat respons, Clara kemudian menyentuh pipi Revan. Ah, lebih tepatnya menampar karena sampai terdengar bunyi pukulan. Namun, Revan masih tetap memejamkan matanya.

"Hei, bangun!" Clara terus beteriak untuk membangunkan Revan sampai ia frustrasi sendiri.

Beberapa saat kemudian, Clara terkejut bukan main saat tubuhnya ditarik paksa. Dalam keadaan masih memejamkan mata, Revan menariknya sehingga tubuh Clara berada tepat di atas tubuh pria itu.

Tentu saja Clara secepatnya berusaha bangun dan melepaskan diri, tapi sialnya tenaga Revan begitu kuat untuk ukuran orang yang mabuk. Revan terus menahan Clara hingga wanita itu tidak bisa bergerak. Bahkan, tangan Clara sudah dikuncinya.

"Sialan! Lepasin!" umpat Clara. "Tolooong!" teriaknya lagi, berharap ada orang yang mendengar lalu menolongnya.

"Aku menginginkanmu, Baby," balas Revan parau. "Mari bercinta sampai pagi."

Apa? Bercinta? Jelas hal itu membuat Clara makin emosi. Kenal saja tidak, tiba-tiba datang ke sini dan mengajaknya bercinta. Benar-benar sinting!

"To—"

Ucapan Clara terpotong saat tangan Revan menarik kepalanya agar mendekat, membuat wajah mereka berjarak sangat dekat. Bukan ... ini bukan dekat lagi, melainkan nempel. Secepatnya Revan melumat bibir Clara dengan penuh gairah. Sepertinya hasrat bercinta pria itu sudah berada di tingkatan paling tinggi. Tanpa ampun, Revan terus melumat bibir Clara sangat cepat seolah menuntut balasan. Tangannya bahkan terus menahan kepala Clara agar tetap berada di posisi terbaik untuk berciuman.

Tangan Clara yang masih terkunci, terus meronta meminta dilepaskan. Sekuat tenaga ia melepaskan diri dan beberapa saat kemudian Clara berhasil, otomatis ciuman paksa yang Revan lakukan bisa dihentikan.

"Berengsek!" bentak Clara seraya menampar pipi Revan. Namun, tanpa diduga tubuh rampingnya kembali dilempar ke sofa oleh pria itu. Clara sedikit menjerit dengan perlakuan Revan yang sangat tiba-tiba itu.

Jika tadi Clara yang berada di atas, kini posisinya berbalik. Ya, kali ini Clara berada di bawah dan Revan menindihnya. Kedua tangan Clara pun sudah kembali terkunci di kanan dan kiri kepalanya. Hal itu memudahkan Revan untuk kembali melumat bibirnya. Lidah Revan bahkan sudah berani menelusuri leher jenjang Clara. Clara memang hampir kalah, tapi ia tidak menyerah. Ia terus berusaha untuk melepaskan diri.

Revan yang bersiap membuka kancing teratas piama Clara, otomatis melepaskan kuncian pada tangan wanita itu. Dengan gerakan cepat, Clara meraih rambut Revan dan menjambaknya dengan membabi buta.

"Aww, sakit!" teriak Revan.

Tak sampai di situ, Revan yang mulai lengah membuat Clara dengan mudah menendang organ vital pria itu. Revan kini tersungkur ke lantai sembari menjerit kesakitan sambil memegangi bagian bawahnya.

Sedangkan Clara secepatnya ke kamar untuk mengambil ponselnya. Ia akan menelepon Benny agar datang ke sini untuk mendamprat pria itu. Namun, detik berikutnya ia tersadar perbuatan Benny tadi siang. Sial, nyaris saja ia menelepon pria berengsek itu. Beruntung ia langsung ingat.

Dengan tangan gemetar, Clara berusaha menghubungi polisi melalui nomor darurat. Di saat panik dan ketakutan seperti ini, semua seakan terasa sulit. Sekadar membuka kode keamanan ponsel pun sulit. Sialnya lagi, menggunakan fingerprint pun seakan tak mau berfungsi pada jari gemetarnya.

"Sayang...." Suara berat membuat Clara melebarkan matanya. Ia berbalik, rupanya Revan sudah berada di ambang pintu dengan masih memegangi bagian bawahnya. Pria itu berjalan tertatih mendekati Clara dengan setengah memejamkan matanya.

"Jangan mendekat!" teriak Clara. "Aku lapor polisi, nih." Ia kemudian mengambil bantal lalu melemparkannya hingga tepat mengenai kepala Revan. Revan yang memang sudah oleng kembali tersungkur. Kali ini kepalanya terbentur kosen pintu.

"Dibilangin jangan mendekat, rasakan akibatnya kalau nggak nurut," sambung Clara.

"Kenapa kamu ngelakuin ini, Ariana?" Itu adalah kalimat terakhir Revan yang Clara dengar sebelum pria itu benar-benar memejamkan mata.

Mendengar itu, tentu saja Clara makin terkejut. Tunggu ... Ariana?! Apa maksudnya Ariana Fransisca?

Selama beberapa saat, Clara berusaha mencerna semua ini. Sampai kemudian, ia membuka ponselnya. Bukan untuk menelepon polisi, pikirannya bahkan tidak ke sana lagi. Sekarang, yang Clara lakukan adalah ... membuka situs pencarian lalu mengetikkan sesuatu di sana. Dalam hitungan detik, keluarlah banyak artikel.

Clara tidak meng-klik satu pun artikel yang ditampilkan. Ia malah beralih ke image dan saking terkejut melihat hasil pencariannya, Clara sampai menutup mulutnya. Perlahan, ia berjalan mendekati Revan untuk memastikan sekali lagi dengan harapan apa yang dilihatnya salah besar.

Namun, saat membandingkan image di ponselnya dengan pria yang sudah tergeletak di lantai itu ... Clara makin tercengang. "Sial, dia CEO WE!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • TERJEBAK SKANDAL   Bab Spesial - 6

    Delapan bulan kemudian….Suara tangis bayi menggema di salah satu ruangan bersalin di rumah sakit. Clara, yang baru saja berjuang mati-matian demi kehadiran buah cintanya bersama Revan, kini tersenyum lega melihat bayi mungil yang baru saja dilahirkannya secara normal. Lelah dan sakitnya seakan terbayar sudah saat mendengar suara tangis sang bayi.Revan, yang mendampingi Clara dan tidak mau sedikit pun beranjak. Ia terus menggenggam tangan Clara selama proses persalinan tadi. Sungguh, Revan jadi tahu betapa besar perjuangan seorang ibu. Setelah buah hati mereka benar-benar lahir, Revan tanpa ragu mencium kening Clara yang penuh dengan peluh.“Terima kasih, Sayang. Terima kasih sudah melahirkan anak kita.”Ini adalah anak pertama mereka dan berjenis kelamin laki-laki. Sempurna sudah kebahagiaan Clara dan Revan.Setelah bayi mungil itu selesai dibersihkan, perawat pun meletakkannya di samping Clara. Detik berikutnya, Mira dan Ita masuk. Dua wanita paruh baya itu juga tampak terharu, har

  • TERJEBAK SKANDAL   Bab Spesial - 5

    Sebulan setelah Clara dan Revan berbulan madu, hari-hari kembali berjalan seperti biasa. Bedanya, sekarang Clara dan Revan tinggal sekamar. Catat, sekamar dan satu ranjang! Terkadang di kamar Revan, sesekali juga di kamar Clara, yang pasti mereka tidur berdua. Menikmati awal-awal pernikahan dengan selalu bermesraan dan melakukan hal ‘panas’ tanpa sedikit pun merasa bosan.Sisanya sama saja, Revan tetap bekerja seperti biasa dan tentunya Angga selalu setia menjadi asisten Revan.Saat Revan dan Angga sedang bekerja, Clara dan Lidya pun akan sibuk dengan berbagai aktivitas. Terkadang, Lidya mengajari Clara memasak. Ini bukan berarti Clara tidak bisa memasak. Clara bisa, sedikit, dan Lidya yang jauh lebih jago bersedia mengajarinya.Clara jadi berharap Lidya dan Angga tetap tinggal di rumah ini bahkan setelah mereka menikah. Jika tidak, Clara pasti akan merasa kesepian saat Revan sibuk bekerja.Mereka berempat kompak tidak takut jika harus tinggal bersama dalam satu atap. Bagaimana tidak,

  • TERJEBAK SKANDAL   Bab Spesial - 4

    Baik Clara maupun Revan sekarang sama-sama merasa lega. Bagaimana tidak, mereka sudah melewati semua proses dari lamaran, pernikahan, resepsi pernikahan dan ngunduh mantu yang dirayakan secara mewah dan besar-besaran di kediaman orangtua Revan.Jujur, Clara tidak pernah berpikir akan menikah sebelum usia 30 tahun. Dulu, ia mengira akan menunggu Benny lebih lama lagi. Namun, siapa sangka jodohnya ternyata adalah Revan yang tidak perlu membuatnya menunggu sampai bertahun-tahun untuk mempersuntingnya.Sungguh, Clara tidak bisa memungkiri rasanya sangat membahagiakan. Apalagi jika mengingat Revan yang begitu mencintainya, lalu mertuanya juga sangat menyambut hangat kehadirannya.Sekarang, tersisa proses yang sangat dinanti-nantikan mereka berdua. Ah, mungkin bukan hanya mereka berdua, pasti setiap pasangan yang baru menikah sangat menantikan momen ini. Bulan madu.Clara dan Revan sepakat akan menghabiskan waktu bulan madu mereka di negeri ini, tepatnya di Pulau Sumba. Mereka akan tinggal

  • TERJEBAK SKANDAL   Bab Spesial - 3

    Kembali ke kamar, Revan mendapati Clara masih tertidur lelap. Ia tersenyum lalu memutuskan bergabung di kasur seperti tadi. Dipeluknya Clara yang kini mulai menggeliat.Dengan penuh kasih sayang, Revan mengelus-elus rambut Clara, juga tak lupa mengecup keningnya. Ah, sepertinya ini akan menjadi aktivitas pagi yang menyenangkan dan akan dilakukannya setiap hari tanpa rasa bosan.Perlahan, Clara membuka matanya. Ia agak terkejut menyadari Revan sedang menatapnya intens sambil memeluknya."Astaga. Kamu ngagetin aja.""Selamat pagi, Istriku. Wanita cantik yang selalu ada di hatiku."Clara mengernyit. "Semakin hari kamu semakin menjadi-jadi. Apa jangan-jangan belakangan ini kamu kursus ngegombal.""Asal kamu tahu, perkataanku tulus. Ini karena aku sangat bahagia memilikimu, Sayang."Clara tersenyum. Ia lalu mendekatkan bibirnya pada bibir Revan. Setelah mencium singkat bibir suaminya itu, Clara berkata, "Aku juga bahagia. Serius.""Sekarang, mau tidur lagi sambil dipeluk, sarapan atau mand

  • TERJEBAK SKANDAL   Bab Spesial - 2

    Clara dan Revan memang tidur di kasur yang sama, meskipun mereka belum melakukan ritual malam pertama ala pengantin baru seperti pasangan yang baru menikah pada umumnya lantaran Clara belum selesai mengusir tamu bulanannya. Namun, mereka tetap mesra. Ya, mesra meskipun tanpa bercinta.Pagi ini saja, Revan terbangun dari tidurnya dalam keadaan memeluk erat Clara. Sangat erat. Terlebih Clara juga tampak nyaman saat dipeluk. Ah, rasanya sangat membahagiakan saat wanita yang dicintainya kini resmi menjadi istrinya.Clara masih tertidur lelap, sedangkan Revan melirik jam dinding yang menunjukkan pukul enam pagi. Rasanya ia ingin tidur lagi, tapi getaran ponsel tiba-tiba membuatnya terpaksa mengulurkan tangannya ke arah nakas untuk melihat siapa yang meneleponnya. Jika dirasa tidak penting, ia akan mengabaikannya saja lalu tidur lagi. Bila perlu ia akan menonaktifkan ponselnya.Melihat layar ponselnya yang menyala, Revan mengernyit. Rupanya Anggalah yang menelepon. Ia sebelumnya sudah mewan

  • TERJEBAK SKANDAL   Bab Spesial - 1

    Setelah Revan secara resmi melamar Clara, seminggu kemudian dua keluarga bertemu untuk menentukan tanggal pernikahan. Clara pun sudah tidak tinggal di rumah Revan lagi. Tunangan? Ah, baik Revan maupun Clara dan seluruh keluarga memutuskan sekalian menikah saja. Maksudnya, tunangan hanya bertukar cincin dan sekadar dihadiri dua keluarga inti masing-masing, tidak sampai membuat acara besar.Setelah diputuskannya tanggal pernikahan, tentunya segala persiapan pun mulai dilakukan. Baik Clara maupun Revan tentu baru tahu ternyata segala persiapan menjelang pernikahan itu lumayan memusingkan dan menguras energi, terlebih keduanya memang menginginkan yang terbaik untuk acara yang hanya akan berlangsung seumur hidup sekali ini.Mereka benar-benar sibuk selama beberapa bulan terakhir ini. Dan sepertinya bukan Clara dan Revan saja yang merasa lelah, keluarga mereka masing-masing serta Angga dan Lidya pun turut sibuk mempersiapkan hari bahagia Clara dan Revan.Enam bulan berikutnya, Clara dan Rev

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status