Share

Calon Mantu?

Penulis: Ai Ueo
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-12 20:04:44

"Saya bisa pulang sendiri, Pak, ngapain pakek dianter segala?" tanyaku pada pak Yogi. Kesambet di mana kok bisa sebaik ini? Tapi kok ya waktunya tidak tepat.

"Harusnya kamu ngucapin makasih. Saya sebenarnya sibuk, tapi masih mau luangin waktu buat anter kamu pulang."

"Makasih, Pak. Tapi saya bisa pulang sendiri. Bapak bisa pulang kalau memang sedang sibuk."

"Ayo, cepet masuk mobil. Kasian Arya dari tadi nungguin." Tanpa mendengar ucapanku, Pak Yogi berjalan menuju mobilnya setelah mengambil tas ranselku.

Akhirnya aku mengunci pintu kamar, lalu berjalan mengikuti pak Yogi. Jiwa penguasa beliau sedang on, tidak mungkin aku dibiarkan pulang sendiri kalau sudah begini. Padahal rencananya besok aku akan mengunjungi rumah beberapa teman.

"Mbak Linda," sapa Arya saat aku sudah masuk ke dalam mobil. Arya duduk di depan bersama bapaknya, sementara aku di belakang seperti nyonya besar. Hahaha.

"Hai juga ganteng, kamu mau ikut ke rumah mbak Linda?"

"Mau banget. Arya sama Papi boleh nginep di san
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Berapa garis?

    Urin perlahan mulai naik dan terlihatlah garis itu. Satu garis, dan dengan perlahan menjadi dua garis samar. Aku tidak tahu ini artinya apa, karena garis kedua tidak terlalu terlihat.Aku mencucinya lalu membawanya keluar. Mas Yogi sudah menunggu di depan kamar mandi."Gimana?" tanyanya.Aku menggeleng. Wajah mas Yogi yang awalnya tampak cerah, kini mulai redup."Nggak apa-apa, mungkin memang belum rezeki," ujarnya.Mas Yogi menggandengku lalu mendudukkan aku di ranjang kami."Aku nggak tau ini maksudnya apa?"Aku menyerahkan benda itu pada mas Yogi, mas Yogi mengamatinya dengan seksama."Garisnya dua tapi samar, maksudnya gimana? Kamu hamil?""Nggak tau," jawabku.Bagaimana aku bisa tahu, bahkan melihat benda itu saja belum pernah, apalagi menyentuhnya."Kita ke rumah sakit aja biar jelas," ujarnya.Aku setuju, daripada kami hanya menebak.Aku dan mas Yogi berangkat menuju rumah sakit, Arya berada di rumah bersama ART. Sebenarnya ia ingin ikut, tetapi mas Yogi melarang karena rumah s

  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Harapan

    "Aku tuh nggak pernah jatuh cinta sedalam ini, sekalinya cinta malah dipatahin gitu aja. Tega kalian sama aku!""Nggak usah bikin rusuh deh, Van. Jangan pura-pura jadi korban!" ujar mas Yogi."Dari awal aku juga nggak pernah nanggepin kamu, kamu yang terus-terusan gangguin aku. Kamu pergi aja, jangan bikin malu. Banyak keluarga yang berada di sini," timpaku."Van, kamu ngapain di sini? Udah, turun sana!" perintah pak Dafa. Aku baru sadar kalau kami sudah menjadi pusat perhatian.Dengan terpaksa Yovan turun dari pelaminan. Bu Najwa juga sudah berdiri di dekatku."Maaf untuk ketidaknyamanannya, ini hanya salah paham," ujar pak Dafa pada tamu undangan yang hadir. Akhirnya semua kembali menikmati acara."Gila ya itu, Yovan. Nggak nyangka kalau dia masih berani ngomong di sini. Aku kira udah berakhir dari yang Mas ceritain dulu," ujar bu Najwa."Emang biang rusuh dari dulu dia itu," tambah pak Dafa."Maaf ya, Lin. Dulu dia itu minta nomermu katanya buat konfirmasi karena nomer resort ngg

  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Patah hati

    "Heh, jam segini udah keramas aja. Abis ngapain kalian?" Aku baru saja keluar dari kamar saat melihat bu Najwa yang juga keluar dari kamarnya. Kapan dia datang?"Aku kok nggak tau kalau mbak Najwa di sini?""Jelas lah, kamu di kamar mulu. Ganas banget ya mantan duda satu itu," goda bu Najwa.Malu, sebenarnya aku sangat malu terpergok begini. Padahal tadi aku sudah menolak, tapi mas Yogi sangat pandai menggoda. Aku yang awalnya tidak mau, akhirnya menikmati juga."Panas, Mbak, abis perjalanan jauh. Jadi aku mandi sekalian keramas," bohongku."Alesan aja, aku udah pengalaman kali, Lin. Udah, turun aja yuk, di tungguin Mama di bawah."Aku mengikuti bu Najwa menuruni tangga, di ruang tengah sudah banyak orang berkumpul."Cerah banget penganten baru," ujar pak Dafa."Jangan digodain, itu sekarang kakakmu!" Peringatan mas Yogi untuk pak Dafa."Sewot banget, Pak. Baru juga dikasih enak, masih emosian aja," ucap bu Najwa."Apa, Ma, yang enak? Tasya mau juga," sambar Tasya."Udah, udah, janga

  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Pelan-pelan

    Aku keluar dari kamar setelah menunaikan salat subuh, mas Yogi ---aku harus menbiasakan memanggil mas mulai saat ini--- masih di masjid bersama Arman. Aku berjalan menuju dapur untuk memulai memasak.Hari ini aku ingin masak nasi goreng sebagai sarapan dan membuat rawon untuk nanti siang. Tadi malam mama sudah membantuku menyiapkan bumbunya, jadi aku bisa langsung memasaknya.Selagi menunggu nasi goreng panas, aku menyeduh air untuk membuat teh. Lima gelas teh panas sudah aku siapkan di meja makan. Nasi goreng juga sudah siap di sana.Mengambil piring dan sendok lalu menatanya di samping gelas teh masing-masing."Harumnya," ujar mama yang baru keluar dari kamar saat aku sudah selesai menyiapkan sarapan."Nasi goreng, Ma," ujarku. Mama menarik kursi, beliau duduk di meja paling ujung."Bangun jam berapa? Kok Mama nggak denger pas kamu masak?""Pas Arman sama mas Yogi ke masjid, aku mulai masak," ujarku."Assalamu'alaikum.""Waalaikumsalam," jawabku dan mama bersamaan.Mas Yogi berjala

  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Cincin Kenangan

    "Masih jauh?" tanya pak Yogi. Kami akan menuju simpang lima Gumul, menikmati suasana malam di sana. Rencananya sore kami akan ke sana, tetapi rencana berganti karena suatu hal."Udah deket, lurus aja," jawabku.Kami sudah berada di depan kantor kabupaten, sebentar lagi untuk mencapai tempat parkir sebelum masuk ke area Gumul."Di situ aja," tunjukku pada tempat parkir yang masih luas. Ini bukan malam minggu, jadi parkiran tidak begitu penuh.Kami turun dari mobil, berjalan mendekati tempat masuk menuju area monumen."Jauh jalannya?""Enggak, tinggal lurus terus naik tangga, sampai," jelasku.Kami sudah berada di area monumen, cukup banyak pengunjung meski tidak seramai saat akhir pekan."Mau foto?" tanya pak Yogi. Aku mengangguk setuju.Kami mengabadikan foto berdua di gawai pak Yogi, pak Yogi memasang salah satunya sebagai foto profil di aplikasi hijau."Kok foto profilnya diganti? Nggak mau sama kolega?""Kenapa harus malu? Aku pasang foto sama istriku sendiri," jawabnya.Meski han

  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Mata Polosku Ternoda

    Pagi ini aku terbangun pukul lima, aku tersenyum kala melihat suamiku masih tertidur di sampingku. Wajah yang kulihat setiap hari kala aku berkutat dengan pekerjaan, sekarang aku melihatnya saat baru membuka mata.Aku berusaha turun dari ranjang, rasa nyeri masih terasa di pangkal paha. Padahal tadi malam tidak sesakit ini, kenapa sekarang rasanya aku seperti tidak mampu berjalan.Beruntung tadi malam aku sudah memakai baju saat aku merasa kedinginan. Perlahan aku berdiri, menyeimbangkan kaki yang masih bergetar. "Aduh!" Suara yang cukup keras keluar dari mulutku, aku segera menutup mulutku dengan kedua tangan. Aku menatap pak Yogi. Terlambat! Pak Yogi sudah membuka matanya dan menatapku."Kamu kenapa?" tanyanya yang langsung bangun dan menghampiriku."Astaghfirullah!" Aku menutup mataku dengan kedua tangan. Bagaimana aku tidak terkejut, saat ini pak Yogi berlari ke arahku tanpa sehelai benangpun menutupi tubuhnya. Mataku yang masih polos ini belum mampu menerima pemandangan yang iya

  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Awas!

    Pak Yogi tidak jadi membuka pintu, ia menatapku lekat. "Kamu istirahat aja, pasti masih capek kan? Aku aja yang ke sana, nanti aku pulang kalau keadaan Arya sudah membaik," ujarnya."Arya sekarang juga anakku, gimana seorang ibu bisa tenang saat anaknya kesakitan?""Ya udah ganti baju, aku tunggu di depan," ucap pak Yogi.Aku segera berganti baju yang lebih pantas karena tadi aku hanya memakai baju tidur.Aku segera keluar dari kamar dan mencari keberadaan pak Yogi, ternyata ia sedang duduk di ruang tamu bersama mama dan Arlan."Ma, kami pergi dulu ya," pamitku."Iya, hati-hati. Mama cuma bisa berdoa semoga Arya cepet sembuh," ujar mama."Makasih doanya, Ma. Maaf malam-malam malah ganggu istirahat Mama," ucap pak Yogi."Nggak apa-apa, namanya juga musibah. Apa Arlan ikut aja sekalian?""Nggak usah, Ma. Kami pergi berdua aja. Di sana juga sudah ada bu Najwa," ucapku.Aku dan pak Yogi pamit dan dengan cepat naik ke mobil pak Yogi. Pak Yogi melajukan mobilnya menuju rumah sakit Bhayangka

  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Kecewa

    "Udah selesai ganti bajunya?" Itu suara mama yang berada di depan pintu."Sudah, Ma," ucapku lalu membuka pintu kamar."Kamu suruh nak Yogi ganti baju di kamar Arlan?"Aku mengangguk saja, padahal tadi aku hanya meminta pak Yogi keluar, bukan ganti baju ke kamar Arlan."Kalian itu udah nikah, kok bisa-bisanya kamu usir suamimu sendiri. Kamu itu gimana? Mama kan jadi nggak enak sama bu Sandra. Udah sana, semua pada makan. Nanti setelah salat dhuhur tamu-tamu udah banyak," omel mama.Dengan lemah aku mengikuti mama menuju meja makan. Aku merasa menjadi istri yang kejam saat ini. Padahal di kamarku sudah ada kamar mandi, kenapa tadi aku tidak bergantian ganti baju di sana saja."Kamu kenapa?" tanya pak Yogi.Aku menggelengkan kepala, tadi tidak sengaja menepuk jidatku."Maaf ya, maklum udah umur segini baru nikah. Mungkin pikirannya juga ikut konslet," ujar mama.Astaghfirullah, kenapa mamaku jadi kejam begini?"Duduk sini." Bu Sandra menepuk kursi di sebelahnya.Aku duduk di dekat bu Sa

  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Akhirnya ....

    ini aku didandani oleh mbak Dian lagi. Setelah salat subuh semua sudah berPagisiap di ruang tamu mama yang disulap menjadi tempat rias pengantin.Ada dua remaja putri yang merupakan sepupuku sebagai pagar ayu, dua anak kecil sebagai unyil atau cantrik yang nantinya akan membawa kipas. Ada juga empat among tamu dan arang tua pengantin yang diwakilkan oleh Arlan dan adik dari ibuku."Dingin ya," ujar Lia, anak dari sepupuku pada kembarannya saat mereka sedang diberi es batu pada wajahnya."Iya, dingin banget," ujar Tia.Aku tersenyum mendengar celotehan mereka. Ibu dari Tia dan Lia adalah teman sekolahku, dia menikah saat usianya baru delapan belas tahun karena perjodohan. Bersyukur sampai sekarang pernikahan itu masih langgeng."Akadnya jam berapa, Mbak?" tanya mbak Dian."Jam delapan, Mbak," jawabku."Calonnya berangkat jam berapa? Kan jauh jaraknya?""Dari tadi malam sudah menginap di hotel Surya, Mbak. Kalau berangkat dari sana pagi, nanti kasihan yang bawa anak kecil."Memang tadi

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status