Kayla yang sekarang kaget mendengar ucapan itu. Mereka yang menggunakan Kayla sebagai alat untuk ditukarkan karena tidak bisa membayar hutang, sekarang mereka malah tidak setuju dengan apa yang diminta oleh dirinya. Kan tidak masuk akal sekali.
Keluarga dari Kenzo juga tampaknya tidak terlalu kaget mendengarnya. Mereka seperti tenang sekali dan sudah tahu kalau akan ada keberatan yang diajukan. Kenzo tidak banyak bicara, hanya pria tua yang merupakan ayahnya saja yang mengeluarkan suara.
“Apa sekarang kalian mau mengulang seperti yang pertama?”
Tertegun ayah Kayla mendengar ucapannya. Pasti begitu. Awalya Reva yang diminta, tetapi ditolak. Sekarang sudah Kayla yang diserahkan, malah diberikan kesulitan. Memang rada-rada sekali orantuanya ini.
“Kami minta kompensasi sebesar 300 juta, kalau kalian mau mengikuti permintaannya,” ucap sang ayah.
Gila! Orang tuanya ini benar-benar menjual Kayla kepada orang lain dengan harga yang ditentukan! Tak sedikit pun dari wajah salah satu keluarganya merasa bersalah setelah mendengar ucapan angka uang yang diminta. Bak sapi perah yang menghasilkan uang, Kayla benar-benar diperalat.
Pria tersebut hendak mengajukan keberatan dengan apa yang diminta oleh ayah Kayla, namun, Kenzo yang semula hanya diam saja, akhirnya turun tangan. Dia menahan ayahnya tersebut, sambil memasang wajah senyum yang tampak sangat licik sekali.
“Baik, kami bisa berikan. Namun, setelahnya kalian tidak boleh ikut campur dan juga mengusik kami kembali, bagaimana?” tawar Kenzo.
Ayah Kayla tampak senang mendengar jawabannya. Kepalanya mendongak kecil menunjukkan kepuasan, serta sang ibu yang kelihatan senang sekali mengetahui banyak uang yang segera mereka dapatkan. Tak ketinggalan kakaknya tersebut, Reva benar-benar puas akan keputusannya.
Kesepatakan pun terjadi. Kayla tak bisa melawan banyak, bahkan mengeluarkan suara sekali pun. Dirinya ditukar sebagai bayaran pinalti hutang, beserta dengan uang kompensasi sebesar 300 juta. Tubuh Kayla hanya seharga itu. Rasa kesal dalam hatinya menumpuk, tahu bahwa dirinya diundang sebagai barang bawaan saja.
Kayla keluar dari rumah dengan perasaan campur aduk. Padahal dirinya sendiri yang setuju dengan permintaan yang diberikan, tapi malah dirinya yang merasa menyesal dan juga sedikit merasa bodoh karena mau-mau saja. Di luar rumah, dirinya sekarang berhadapan langsung dengan Kenzo.
“Jadi, kita bisa membicarakan segera permintaanmu?” pinta dari Kenzo.
Sempat terdiam sejenak dirinya dahulu. Ia merasa bingung bagaimana rasanya menjawab pertanyaan tersebut, “Apa aku bisa tinggal sebentar dulu? Kita bisa bicarakan nanti,” sahutnya.
Kenzo tersenyum tipis, ia kemudian mengambil tangan Kayla dengan lembut, lalu mencium punggung tangannya sambil memberikan tatapan manis, “Tentu saja. Temui aku di tempat pertama kita bertemu,” ucapnya.
Lalu Kenzo melepaskan tangannya, dan pergi menuju ke mobilnya. Jantung Kayla yang mendada saja dicium tangannya merasa berdebar hebat. Dia bahkan merasakan kalau wajahnya merah merona, terpesona dengan apa yang dilakukan pria tersebut.
Tapi, segera dirinya pulihkan kembali, dengan mengipaskan tangannya ke wajahnya yang merah tersebut. Sambil membalikkan badan, segera Aulia menuju ke dalam rumahnya untuk menanyakan sesuatu yang telah mengganjalnya dari awal.
Saat baru saja membuka pintu sedikit saja, betapa terkejut Kayla mendengar sepenggal percakapan yang dibicarakan oleh keluarganya ini.
“Haha! Kamu pintar sekali sayang…, dengan begini, kita bisa membayar pinalti, dan juga mendapatkan uang!” seru ibunya.
“Benar ayah! Aku bisa dapat jatah, kan?! Aku yang kasih ide untuk beri Kayla lho!” Suara Reva terdengar senang sekali.
Kedua bola mata Kayla gemetar mendengar semua kalimat tersebut keluar dari mulut mereka. Benar-benar tidak punya hati! Mereka bertiga membicarakan apa saja yang akan terjadi di pertemuan ini, tanpa Kayla yang menjadi barangnya! Sungguh tak punya hati nurani!
“Tentu saja. Anak yang kita pungut sudah seharusnya membayar setimpal dengan apa yang sudah kita berikan kepadanya,” kata sang ayah.
Degh. Jantungnya terasa sempat berhenti setelah mendengarnya. ‘Pungut? Aku?’ batinnya merasa terkaget.
Kayla tidak pernah tahu soal hal ini. Apalagi, dari dulu dirinya selalu mengalah dan menganggap bahwa karena kakaknya anak tertua. Ia tidak sadar bahwa pemilih kasih antar kasih sayang yang diberikan itu karena dirinya ini hanya anak pungut.
Lemas kaki Kayla mendengar kalimat tersebut. Pantas selama ini Kayla tidak pernah dianggap sebagai keluarga oleh mereka. Ternyata ini adalah alasan terbesar mereka melakukan ini kepadanya. Cukup lama Kayla diam di depan sana.
Setelah selang beberapa menit, dirinya akhirnya masuk ke dalam. Berusaha telrihat seperti orang yang tidak mendengar apa-apa. Ia mengepalkan tangan untuk menahan dirinya, semoga ini masih bisa tertahan.
“Oh, Kayla, ada apa? Kamu tidak ikut mereka untuk membicarakan kesepatakannya?” tanya ayahnya, yang masih kelihatan tersenyum, palsu.
Satu tarikan napas, lalu ia buang, “Katakan padaku, kenapa kalian memberikan aku kepada mereka, tanpa bertanya padaku dulu,” pintanya.
Mereka bertiga saling bertukar pandang. Lalu, Reva mendekat ke arahnya sambil menyilang tangan, dan berkata tepat di samping telinganya tersebut, “Karena aku tidak mau menikah dengan pria yang dibawa tadi,” ucapnya.
Dilirik sinis Reva oleh dirinya, ingin tahu kenapa, “Lalu? Kenapa kamu menyerahkanku?”
Senyumnya makin lebar dengan sorot mata yang licik, “Karena pria itu sampah, dia bahkan memiliki catatan kriminal pernah menggelapkan uang perusahan, bahkan ada rumor mengatakan dia menumbalkan seseorang untuk menjadi kambing hitamnya. Dimana mau ditaruh wajahku kalau sampai aku bersamanya?”
Bergetar rasanya setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Reva. Jadi, karena Kenzo adalah sampai baginya, maka dia memberikannya kepada Kayla? Jadi, bagi Reva, Kayla ini juga sampah makanya dipersatukan dengan cara seperti ini?
“Sudah lah, lagi pula, untuk apa kamu hidup sendiri lebih lama? Kamu terlalu membuang waktu bekerja demi hal yang tidak ada,” ucap ibu.
Begini asli dari sifat keluarga yang dulu Kayla hormati. Kalau ini adalah keputusan mereka untuk membuangnya, tidak masalah. Kayla akan membuang jauh-jauh dirinya, memutus hubungan seperti yang mereka inginkan dan mereka harapkan.
Tampaknya sudah cukup bagi Kayla setelah mendengar alasan tersebut. Ia langsung pamit kepada keluarganya ini.
“Ya. Kalau begitu, aku pamit mau bertemu Kenzo dulu.”
Baru saja membalikkan badan meninggalkan tempat, Reva sudah berteriak dengan kalimat menyebalkan sekali. “Semoga hidupmu berantakan ya!”
Rasanya ingin sekali Kayla mengamuk di depan mata mereka dan mencurahkan semua emosinya. Tapi, apa gunanya…, mereka hanya akan menganggapnya sebagai orang yang egois saja.
Akhirnya Kayla pergi, ke gedung apartemennya, namun ke tempat dari Kenzo. Ia berdiri di depan pintu dengan perasaan yang ragu. Jantungnya seperti kembali mengingat masa itu, dan membuatnya makin tak tenang. Sepertinya, ia harus melewati memori buruk itu dari sini.
Diketuknya pelan pintu tersebut oleh Kayla. Dengan cepat pintu itu dibukakan oleh Kenzo, pria yang memang tinggal di dalam sana. Senyumnya sangat lebar dan hangat sekali untuk dilihat. Kayla segera sadar bahwa ia tidak boleh terpesona dengannya!‘Jangan Kayla!! Itu hanya senyuman maut yang membawamu ke dalam api neraka!’ batinnya berusaha mengingatkan.Ia yang tadinya mendadak membuang muka tersebut, mencoba menarik napas, dan kembali menghadap ke arah Kenzo. Kayla ikut memberikan senyuman manis sebagai bentuk salam pertama kali setelah kejadian terakhir mereka bertemu waktu itu.“Ayo masuk, aku sudah menyiapkan makanan,” ajaknya.Kata makanan yang disebut oleh Kenzo, membaut Kayla merasa sedikit lapar. Perutnya berbunyi, untung saja bunyinya tidak keras. Jadi Kayla tidak merasa malu sama sekali. Ketika masuk ke dalam sana, Kayla merasa cukup terpesona dengan interiornya.Mungkin karena waktu dirinya kemari, ia sama sekali tidak memperhatikan sekitar, jadi dia tidak tahu kalau di dal
2. Kayla tidak akan menuruti apa pun permintaan dari keluarga lagi, karena sudah adanya transaksi pembayaran pinalti beserta kompensasi.3.Tidak ada pemerasan. Kayla tidak akan memberikan uang kembali sebagai bentuk bakti, terbukti dari Kayla yang sudah tinggal terpisah, dan tidak menerima tunjangan apa pun karena semua tanggungan dia dapatkan dari beasiswa.’Keluarganya kaget mendengar permintaan yang ketiga. Ya, Kayla menjelaskan kepada keluarga Kenzo bahwa selama ini, selain rumah, makanan, deterjen, dan pembersih badan serta pakaian, Kayla tidak menerima uang apa pun. Berkat dirinya yang dari awal memang tidak mau merepotkan, beasiswa adalah pilihan satu-satunya yang bisa dirinya ambil untuk meringankan bebannya.Ayahnya tampak langsung menatap Kayla dengan pandangan mendelik tajam. Kayla tidak gentar. Karena sudah diserahkan kepada orang lain demi membayar hutang, seharusnya ayahnya sudah paham bahwa dia secara tidak langsung telah memutus tali keluarganya.‘4. Kayla masih bisa b
Kayla yang mendengarnya langsung merah merona. Wajahnya seperti tomat dan merasa kepanasan setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Kenzo. Kayla merasa malu, seolah mendapatkan pujian atas apa yang telah ia lakukan kepada Kenzo.Saat melirik ke arah pria yang ada di depannya, Kayla mendapati Kenzo sedang tersenyum tipis kepadanya. Dia tampak sangat bahagia menunjukkan dirinya yang sangat mempesona. Pria ini benar-benar pandai memikat seorang wanita.Tetapi, Kayla dengan segera mencoba menghilangkan perasaannya yang berdebar serta terus mengusap wajahnya agar bisa mereda dari panas membara akan perasaannya yang terasa menggebu tersebut. Sudah tidak etis baginya merasakan perasaan seperti itu di saat seperti ini.‘Tapi…, kenapa Kenzo bisa berkata begitu dengan mudahnya?’ batinnya merasa penasaran.“Saat kamu bertemu Reva, apa kamu tertarik padanya?” tanya Kayla.Kalimatnya seperti mencoba memancing keributan dengan Kenzo. Terlebih lagi, secara tidak langsung kalau sampai Kenzo salah me
Kenzo yang dari awal hanya diam dan menatap ke arah buku yang dia pegang membuat Kayla merasa sedikit risih. Ia tidak tahu harus membicarakan apa, dan juga tidak mengerti harus melakukan apa. Tidak ingat kapan terakhir kalinya ia berinteraksi dengan seorang pria, membuat Kayla jadi wanita yang sangat kaku dan membuat sesiapa akan menjadi tahu bahwa ia sangatlah aneh untuk saat ini. Kakinya tak bisa tenang, tatapan matanya melihat ke segala arah, mencoba mencari kesibukan. Berkali-kali ia mencoba untuk bisa membuka obrolan, namun tidak ada satu pun topik pembicaraan yang dirinya miliki di dalam dirinya tersebut. “Ada apa? Daritadi kuperhatikan kamu seperti sedang gelisah,” tanya Kenzo, yang langsung menutup bukunya. “O- Oh, masa? Haha, aku- aku, itu makanannya sudah datang,” Ia merasa sangat gugup. Untung saja makanan yang mereka pesan sudah tiba, jadi Kayla masih bisa sedikit mengalihkan perhatian yang tidak nyaman tersebut. Namun, bukannya makin terasa, suasana malah jadi makin
Esok harinya, Kayla harus tetap bekerja seperti bagaimana biasanya. Ia harus mencari uang untuk bisa ia kumpulkan kedepannya. Siapa lagi yang akan menafkahi dirinya kalau bukan dirinya sendiri? Sambil menunggu lift sampai di bawah, Kayla masih merasa biasa saja. Namun, ketika ia keluar dari dalam gedung, Kayla melihat bahwa Kenzo sudah berdiri di luar sana sambil menatap ke arah jalanan. “Kenzo?” Kayla menyapa. “Oh, sudah turun? Pagi juga kamu berangkatnya,” ucap dari Kenzo. Kayla tidak paham. “Maksudnya? Memang kenapa?” Bingung dirinya. “Ayo, aku antarkan kamu ke tempat kerjamu,” ucap Kenzo. Langsung gemetar rasa kaki Kayla saat mendengarnya. Entah kenapa tawaran dari Kenzo tidak membuatnya merasa senang atau pun merasa aman. Namun, di sisi lain dia sangat bingung harus menerimanya atau menolaknya. Sedari awal Kenzo memperhatikannya, ia bisa melihat dengan jelas bahwa Kayla begitu kikuk. Dari arah matanya yang ti
Kayla setelah mendengar suara dari Reva dengan segera langsung mematikan panggilan tersebut. Ia merasa tidak senang mendengar suara saudarinya tersebut. Merinding sebadan-badan rasanya ia mendengarnya.Ia mengabaikan semua panggilan dan pesan yang dikirim oleh Reva pada saat itu. Namun, sayang sekali, karena Reva sendiri tahu dimana dirinya tinggal, dengan berani ia mendatangi Kayla yang esoknya mau berangkat kerja tersebut.Langkah kakinya langsung berhenti saat melihat sosok dari Reva yang sedang berdiri di sana, sambil membawa tas kecil dan melihat ke arahnya sambil tersenyum. Wanita yang seumur hidupnya selalu menatap tajam dan selalu bersikap kasar, sekarang menggunakan topeng tepat di depannya.Tidak peduli sama sekali, Kayla berjalan melewatinya tanpa menyapa terlebih dahulu meski sudah didatangi begitu. Baru saja lewat di depannya, Reva berusaha menghentikannya dengan memegang tangan Kayla.“Tunggu, tunggu Kay, dengarkan aku dulu,” pintanya.Kayla memang berhenti, namun tidak
Akhirnya Kayla dan Kenzo pergi ke salah satu unit bersama. Bukan ke tempat Kenzo, melainkan kali ini mereka pergi ke tempat Kayla sendiri.Dirinya menyediakan teh hangat untuk Kenzo, dan tidak lupa menyiapkan sedikit camilan untuk bisa dijadikan teman hidangannya. Suasana hening, Kayla sendiri tidak tahu harus membicarakan apa pada Kenzo pada kala tersebut.“Sebenarnya, ada yang ingin aku sampaikan,” Kenzo membuka obrolan.Dengan kedua tangan masih memegang cangkir, Kayla menengok ke arah Kenzo yang melihatnya dengan sangat serius sekali. Sepertinya ini adalah alasan kenapa dia menunggu Kayla pulang dari kerja.“Sebenarnya ini cukup lancang, tetapi, demi menjaga kamu supaya lebih aman lagi, bagaimana kalau kita pindah, dan tinggal bersama?”Langsung mengerut kedua alisnya saat mendengarnya. Tinggal bersama? “Bukannya terlalu cepat?!” Tentu saja Kayla kaget.Kenzo mengangguk, “Aku tahu. Tapi, memangnya kamu sanggup menahan keluargamu? Mereka pasti tidak akan diam seperti sebelum-sebelu
Reva tidak menyerah begitu saja. Ia tidak akan dengan mudah membiarkan Kayla bahagia begitu saja. Padahal selama ini dirinya lah yang berharap mendapatkan pangeran tampan dan juga kaya raya. Tapi malah Kayla yang jelek dan buruk itu mendapatkannya.Meski sudah mendesak berkali-kali kepada satpam, bahkan sampai bertanya pada penghuni yang keluar dari gedung sana, tidak ada satu pun yang memberikan jawaban akan kemana perginya Kayla.Reva mencoba menghubungi ayahnya. Karena ayahnya pernah mengeluhkan mengenai bagaimana dia sempat bertemu dengan Kayla dan juga Kenzo, jadi, dia pasti tahu.“Halo? Ayah, ayah bilang sempat bertemu dengan Kenzo dan Kayla waktu ini, kan? Dimana?” tanyanya dengan mendesak.(“Ah, ayah tidak ingat sama sekali. Setelah hari itu, ayah sudah tidak mau mengingatnya lagi, kenapa?”) Ayahnya tidak memberikan jawaban pasti.“Aku ingin menemui mereka! Harusnya mereka membayar lebih dari yang ditawarkan waktu ini kalau saja aku tahu waktu itu Kenzo kaya raya!” Reva mencob