Share

Bab 14

Mendengar teriakan itu, kelima sahabat yang tadinya sedang bergurau riang menghampiri kedua sahabat ketika awal bersikap sangat romantis. Suara burung kedasik kembali berkoar memasuki indra pendengaran masing-masing mahasiswa, secara serempak mereka mencari di mana sumber bunyi itu.

"Burung kedasik," ucap Anita spontan, nada suaranya terdengar lirih ditimpali rasa gemetar.

"Burung kedasik? Emang kenapa dengan burung itu, Nit?" tanya Anissa seraya menatap mantap lawan bicara.

"Pertanda akan ada korban kematian lagi. Ta-tapi, semoga bukan di antara kita." Anita pun kembali membungkam seraya menadahkan kepalanya, tampak dari ekspresi itu sangatlah ketakutan.

"Enggak, jangan bilang Bisma akan mati selanjutnya!" pekik Anissa, dia pun tengah menelan ludah beberapa kali.

Tak berapa lama, empu—selaku pemilik kebun sayur—datang, dia memboyong istrinya yang mengenakan kebaya panjang beserta kain batik sebagai penutup pengganti rok. Di desa tersebut sangatlah kental akan budaya setempat, sehingg
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status