Share

TERPAKSA MENIKAH
TERPAKSA MENIKAH
Penulis: KimVlia

CHAPTER 01 • LONDON

Badai salju melanda kota London sejak sore hari, membuat kota ini sepi tidak seperti biasanya, mereka lebih memilih menghabiskan waktunya dirumah sejak sang surya telah tenggelam di ufuk barat.

Badai salju pun belum kunjung reda, terlihat salju yang menutupi seluruh jalan di kota London tanpa henti, biasanya, rawan terjadi sebuah kecelakaan jika para penduduknya nekat berjalan-jalan ditengah badai.

Seperti sekarang, seorang pemuda tengah berdiri ditengah badai, tepatnya berada di bawah lampu taman, bagi siapapun saja yang melihatnya mungkin akan menganggap laki-laki itu sudah kehilangan akal sehatnya. Bayangkan saja, ini sudah tengah malam dan kamu berdiri di tengah-tengah badai, itu sama saja bunuh diri namanya.

Hingga sebuah tangan menyentuh bahu laki-laki itu, sang empunya hanya terkesiap, hampir saja memukul seseorang yang telah menyentuh bahunya, namun ia urungkan niatnya.

"Who are you...?" Tanya laki-laki itu seraya mengerakkan tongkatnya bersiap untuk memukul siapa saja yang akan mengganggunya.

"Ini aku."

Suara itu sukses membuat laki-laki itu tertegun, suara khas nan lembut yang sangat ia kenali. Lantas laki-laki itu segera menurunkan tongkatnya ke bawah.

"Mira...?"

Gadis bernama Mira itu tersenyum.

"Rupanya lo hafal banget sama suara gue ya?" Ujarnya.

Laki-laki itu adalah Gevaniel Nathan Aksara, Seorang yang kehilangan penglihatannya sejak satu tahun yang lalu, dan seorang yang sudah merelakan kebahagiaannya kepada orang lain.

Akan panjang kisahnya jika di ceritakan kembali, lagi pula Aksa sudah melupakannya, dia sudah bahagia hidup di London dan meninggalkan kenangan pahitnya di masa lalu.

Namun....

Sejak saat itulah Nathan Aksara berubah, dia tidak pernah tertawa sekalipun setelah keberangkatannya ke kota ini satu tahun yang lalu.

Aksa menjadi pendiam, kaku dan tak banyak bicara, hatinya beku, bahkan sekarang dimata laki-laki itu hanya ada kesedihan.

Sang sahabat lantas menghela nafas lirih, dia sedikit kesal atas respon laki-laki dingin dihadapannya.

"Sa! Kenapa si lo diem mulu? Gue berasa ngomong sama batu tahu gak!" Kesal gadis itu.

Aksa tidak menjawab, mereka akhirnya saling diam.

Mira juga hanya menatap Aksa dengan sendu, beberapa saat kemudian gadis itu memajukan langkahnya mendekati Aksa.

Laki-laki itu terkejut saat merasakan sesuatu di bahunya, ternyata Mira baru saja memberikan mantel untuknya.

"Ayo pulang, paman khawatir nyari lo." Ujar Mira seraya menuntun laki-laki itu itu berjalan.

Mira benar-benar menjadi sosok pelindung bagi Nathan Aksara. Gadis itu selalu ada untuk Aksa dalam senang maupun duka.

Meskipun Aksa tak pernah mengutarakan secara langsung, tak dapat dipungkiri bahwa laki-laki itu sangat merasa beruntung memiliki Mira disisinya.

"Na..."

Aksa tidak menjawab sama sekali, laki-laki itu tetap bungkam, akhirnya gadis itu menghela nafas lirih, ia memaklumi sifat Aksa yang seperti ini, dingin. Mengalahkan dinginnya salju yang menerpa kulit wajah Mira.

Telah lama dalam keheningan, akhirnya gadis itu bersuara kembali.

"Na, jika suatu hari aku mendadak menghilang, aku mohon jangan mencari atau bertanya kepada orang orang kemana aku pergi." Ujar Mira tiba tiba, Aksa lantas menghentikan langkahnya, membuat Mira juga ikut menghentikan langkahnya tanpa melepaskan tangannya dari lengan laki-laki itu.

Mira menatap Aksa menunggu kata apa yang akan keluar dari manusia berhati es ini, waktu terasa begitu cepat tapi laki-laki dihadapannya tak kunjung bersuara. Padahal Mira telah berharap Aksa menanyakan sesuatu, namun sepertinya Aksa tak akan mengatakan apapun.

Dengan diamnya laki-laki itu membuat Mira semakin takut, takut jika ia tidak akan bisa meninggalkan Nathan Aksara.

Tapi jika waktu itu telah tiba Mira tak bisa melakukan apapun, ditengah badai itu, air mata Mira akhirnya turun, air mata yang sejak tadi Mira bendung.

Tanpa diketahui Aksa tentunya, Mira berusaha menahan agar isakkan tangisnya tidak berbunyi, ia hanya menatap Aksa penuh dengan rasa takut dan rasa bersalah pun turut mendominasi.

"Kamu harus janji satu hal sama aku, jangan pernah membenciku."

Bola mata Aksa bergerak kearah dimana Mira berada, mata mereka tanpa senjata saling bertemu.

Mira semakin bergetar, lantas gadis itu melepaskan tangannya dari Aksa, ia menutup mulutnya agar tangisnya tidak berbunyi, andai saja Aksa bisa melihat bagaimana sekarang keadaan Mira. Mungkin laki-laki itu akan memeluk Mira atau tidak mungkin akan menghapus air mata itu dengan tangannya sendiri.

"Kenapa aku benci kamu? Memangnya sejauh apa kamu pergi? Kemana dan dimana?" Rentetan pertanyaan itu malah membuat Mira semakin terisak, gadis itu menatap sendu lalu Gadis itu tersenyum, ia menggeleng lalu mengambil tangan kanan milik Aksa yang sangat dingin seperti hati laki-laki itu.

"Aku gak kemana mana, aku ada di diri kamu, jika kamu merindukan aku panggil nama ku tiga kali dan lihat bintang, karena aku ada di antara mereka tersenyum melihatmu dan aku juga akan melakukan hal yang sama jika aku merindukanmu..."

Aksa tersenyum, tersenyum untuk pertama kalinya dihadapan Mira setelah satu tahun lamanya gadis itu tak melihat senyuman indah itu lagi, bahkan sekarang senyuman itu mengembang memperlihatkan deretan gigi putihnya, sangat manis.

Mira pun ikut tersenyum lalu memeluk Aksa erat. Tanpa disangka laki-laki itu juga membalas pelukan Mira, pada saat itu juga seperti sebuah keajaiban salju mendadak berhenti, lampu taman yang tadinya redup kembali terang, seperti sebuah kisah fantasi tapi ini terlalu nyata.

"I love you." Ucap Mira pelan, Aksa tersenyum tanpa sadar tongkat yang ada di genggamannya jatuh ke tanah.

Aksa semakin membawa tubuh Mira kedalam pelukan hangatnya, mencium puncak kepala gadis itu beberapa kali.

"Mira tunggu aku sampai besok, aku akan bisa melihat lagi." Ucap Aksa, Mira hanya tersenyum lalu mengangguk.

•••

Tidak terasa, malam telah berlalu, badai salju juga telah berhenti tadi malam, hal itu membuat geger seluruh kota London.

Salju memang baru turun kemarin sore, tapi kota London berubah cerah, tak ada tanda tanda badai akan datang lagi. Itu seperti sebuah keajaiban dan jarang terjadi sebelumnya. Bahkan sisa sisa salju kemarin telah lenyap seketika, kota London sudah bersih berkat bantuan para petugas kebersihan.

Sekarang, jam telah menunjukan pukul 9 pagi, dimana saat ini Aksa sedang mejalani operasi ditemani oleh keluarga besarnya dan juga teman temannya yaitu, Jeffran, Brian dan Lita.

Kedua orang tua Aksa dan juga teman temannya baru mendarat di London pukul 7 pagi dan mereka langsung pergi ke rumah sakit.

Sekitar pukul 3 sore operasi telah selesai, semua menghela nafas lega karena operasi berhasil dilakukan, Aksa sebentar lagi akan bisa melihat lagi.

Tapi ada rasa sedih di wajah semua orang, mereka bingung harus bagaimana nantinya menjelaskan kepada Aksa.

Mira mendonorkan kornea matanya kepada Nathan Aksa, selama ini gadis itu menderita leukimia dan tak ada yang tahu tentang ini, hanya keluargalah yang tahu.

Selama satu tahun itu pula Mira menghabiskan waktu yang singkat bersama Aksa dan malam tadi adalah terakhir kalinya mereka bertemu.

Entah-----

Harus bagaimana nantinya menjelaskan kepada Aksa, pasti itu sangat berat bagi Aksa dan mungkin saja Aksa tidak akan mudah untuk menerimanya.

Tapi takdir tetaplah takdir, seseorang tidak akan pernah bisa merubah takdir yang sudah terjadi.

Mira sudah pergi untuk selama lamanya, gadis itu datang sebagai pelindung, obat dan keajaiban bagi Nathan Aksa. Tak ada satu orang pun yang mampu menggantikan posisi Mira di hidup Aksa. Pasti akan sangat berat bagi Aksa jika ia mengetahui gadis itu telah pergi dari kehidupannya.

Setelah beberapa hari perban akhirnya akan dibuka pada hari ini tepatnya siang ini.

Semua keluarga dan sahabat Aksa berkumpul diruang rawat Aksara, dan jangan lupakan Aksa yang selalu bertanya-tanya dimana keberadaan Mira, karena sudah beberapa hari ini Aksa tidak mendengar suara Mira lagi.

Tidak ada satupun orang yang berkata jujur, mereka belum siap memberi tahu semuanya kepada Aksa. Biarkan laki-laki itu mengetahuinya sendiri.

"Wait, please." Ucap Aksa menghentikan seorang dokter yang akan membuka perbannya sebentar lagi.

Semua orang terdiam.

"Dimana Mira, aku ingin orang pertama yang aku lihat adalah Mira," ucap Aksa lagi, semua keluarga dan sahabat-sahabatnya tidak ada yang menjawab, namun suara sang nenek membuat Aksa tersenyum lega.

"Dia ada di depanmu sekarang."

Seluruh orang menatap nenek Aksa, bahkan ibunda dari Aksa menghela nafas pasrah, entah reaksi apa yang akan terjadi saat Aksa membuka matanya nanti.

Dokter kembali melanjutkan aktivitasnya, rasa gugup itulah yang sedang dirasakan oleh semua orang, Aksa begitu sangat bahagia bahkan laki-laki itu tidak memudar senyumannya sejak tadi, membuat semua orang memandangnya penuh iba.

Hingga akhirnya dokter telah melepaskan perban tersebut, Aksa masih memejamkan matanya, sang Dokter kini menuntunnya dengan menghitung agar Aksa membuka matanya perlahan-lahan.

Dan_________

"Mira——"

Senyuman itu tergantikan dengan raut wajah bingung sekaligus kecewa, gadis yang ada dihadapannya sekarang bukanlah Mira.

Aksa tidak lupa dengan wajah sahabatnya.

Perlahan senyuman di wajah gadis itupun memudar tatkala Aksa menatapnya tidak suka.

"Dimana Mira...?"

Tak ada jawaban.

"DIMANA MIRAA!"

"Mah, dimana Mira...?"

Aksa beralih menatap Jeffran, sang sepupu sekaligus sahabat dekatnya.

"Je, beri tahu gue dimana dia sekarang...?!!"

Jeffran menunduk, membuat Aksa semakin kesal, kini dia beralih menatap orangtua Mira yang sedang berdiri di samping kedua orang tuanya.

"Om dimana Mira...?"

Pria dewasa itu hanya diam, membuat semua orang semakin menunduk, Aksa juga jadi semakin penasaran.

"Dimana Mira...?"

Nenek Aksa mendekati cucunya, lalu memeluk Aksa, memberi ketenangan.

"Dimana Mira nek, kenapa nenek bohong, siapa orang ini...?" Ujar Aksa seraya menunjuk gadis dihadapannya.

Gadis bersurai merah itu kembali tersenyum. Tapi, Aksa tetap menatapnya dingin.

"Dia Beatarissa Yeara Billyana." Jawab neneknya, gadis bernama Yeara itupun mengangguk tersenyum.

"Lalu dimana Mira...?"

Neneknya kembali mengusap surai cucu kesayangannya dengan lembut. Seraya berujar, "Mira telah tenang di atas sana."

"Tenang?" Kening Aksa berkerut, ia menatap neneknya bingung.

"Apa maksud nenek?"

"Orang yang mendonorkan matanya ke kamu adalah Mira."

Deg

Aksa menggeleng tidak percaya, ini pasti salah!

Tidak mungkin Mira yang mendonorkan matanya, gadis itu sudah berjanji untuk melihatnya sembuh. Tapi, kenapa Mira mengingkarinya? Ini tidak adil!

.

.

.

.

.

.

.

.

"Na, jika suatu hari aku mendadak menghilang, aku mohon jangan mencari atau bertanya kepada orang orang kemana aku pergi."

"Kamu harus janji satu hal sama aku, jangan pernah membenciku."

"Aku gak kemana mana, aku ada di diri kamu, jika kamu merindukan aku panggil nama ku tiga kali dan lihat bintang, karena aku ada di antara mereka tersenyum melihatmu dan aku juga akan melakukan hal yang sama jika aku merindukanmu..."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Aksa menangis histeris kala mengingat perkataan Mira tadi malam, laki-laki itu bahkan berteriak memanggil nama Mira, berharap gadis itu segera datang.

Jika boleh meminta Aksa ingin kalau ini hanyalah sebuah mimpi buruk agar esok ia bisa bangun dari tidurnya dan melihat Mira berada di sisinya dan tersenyum kepadanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status