Share

CHAPTER 02 • Bertunangan

Sudah satu minggu sejak kepergian Mira, Nathan Aksa menjadi semakin dingin tak tersentuh, ia jarang sekali berbicara bahkan dalam sehari Aksa tidak pernah berbicara kepada siapapun.

Sosok gadis bernama Yeara selalu datang setiap hari, Aksa sangat tidak menyukai gadis itu. Aksa muak dengan sikap sok kenal Yeara padanya!

Seperti sekarang Yeara tengah menatap Aksa yang tengah duduk menghadap pemandangan malam kota London dari atas gedung berlantai 15.

"Na..." Panggil gadis itu, Aksa pun menoleh menatap Yeara dengan sorot mata yang dingin.

"Jangan pernah manggil gue dengan sebutan itu! panggilan itu hanya untuk Mira! Dan jangan pernah datang lagi kesini, lo hanya akan membuat mood gue semakin buruk, setidaknya izinkan gue untuk sendiri sekarang karena lo nantinya juga akan ketemu gue setiap hari!" Ucap Aksa.

Itulah kata terpanjang yang pernah Yeara dengar, tapi perkataan itu sungguh dingin dan menyayat hatinya, se-benci itukah Aksa kepadanya sehingga tak menginginkan kehadiran gadis itu di ke hidupanya?

"Maaf aku bener bener gak tahu, aku hanya suka saat memanggil nama kamu 'Nathan' sekali lagi aku minta maaf." Ujar Yeara tanpa sadar gadis itu telah menitihkan air matanya.

Sungguh Yeara tidak berbohong memang ia tidak tahu Mira juga memanggil nama Aksa dengan sebutan 'Nathan'.

Seperti biasa, tak ada jawaban dari Aksa, laki-laki itu tetap bersikap dingin.

Mungkin hanya sosok Mira lah yang mampu mencairkan bongkahan es itu dengan mudah.

Namun apakah salah jika Yeara datang sebagai sosok penghibur?

Ia datang untuk menemani Aksa yang kesepian, apa itu sebuah kesalahan...? Tolong katakan apa Yeara salah?

"Maaf, kalau gi-gitu aku pergi." Ucap Yeara pada akhirnya.

"Yea.." Suara itu berhasil menghentikan langkah kaki Yeara sebelum gadis itu benar-benar menghilang dibalik pintu.

Suara halus nan lembut itu mampu membuat hati Yeara bergetar, ini adalah pertama kalinya Nathan Aksara memanggil namanya dan Yeara tersenyum karena Aksa adalah orang pertama yang memanggil namanya dengan sebutan 'Yea'. Karena biasanya ia dipanggil Ra ataupun Rara.

Dengan cepat Yeara membalikan tubuhnya, ia menatap punggung Aksa.

"Besok berpura puralah bahagia." Ujar laki-laki itu.

Senyuman diwajah Yeara memudar, tergantikan dengan tatapan mata berkaca kaca.

Bahkan Aksa lebih dingin dari pada salju diluar, Yeara dapat merasakan betapa terpaksanya laki-laki itu untuk bertunangan dengannya besok.

"Jangan khawatir, seharusnya akulah yang mengatakan hal itu pada kamu, tolong berpura puralah bahagia didepan orang tuaku." Jawab Yeara.

Air matanya berhasil lolos begitu saja, lalu ia keluar dari dalam kamar Aksa.

•••

Hari dimana Aksa akan tunangan telah tiba.

Sekarang, laki-laki itu tengah memandang dirinya di depan cermin.

Jika melihat dirinya sendiri Aksa teringat lagi dengan sosok Mira, sekarang sosok itu telah hilang untuk selama lamanya.

Aksa tidak percaya diri apakah ia bisa menemukan sosok lainnya. Bagi Aksa, Mira tak akan pernah tergantikan sampai kapanpun.

Suara ketukan pintu membuat Aksa mengalihkan pandangan dibelakangnya melalui cermin.

"Aksa, ayo berangkat." Ujar sang ibunda seraya menghampiri Aksa.

Untuk yang terakhir kalinya Aksa menatap dirinya di cermin, tak ada raut bahagia di wajah laki-laki itu.

"Mama harap, kamu mau menerima Yeara."

Tak ada jawaban, Aksa memilih untuk bungkam, tak ada gunanya membantah karena pada akhirnya ia akan dipaksa bertunangan dengan gadis itu.

•••

Beatarissa Yeara Billyana, nama gadis yang tengah duduk didepan meja rias seorang diri.

Semua tamu undangan telah datang kerumahnya.

Yeara menangis menatap dirinya di cermin. Kenapa ia harus terjebak dalam cinta sepihak, hanya dirinyalah yang menyukai Aksara, sedangkan laki-laki itu membencinya, membenci keberadaannya.

"Akan kah gue mampu melewati ini semua...? Akan kah gue bisa membuat Aksa menatap kearah gue?" Tanyanya pada diri sendiri.

Sudah 10 tahun lamanya Yeara memendam perasaannya kepada Aksa.

Bahkan mungkin Aksa tidak tahu bahwa ada sosok Yeara yang hidup didunia ini dan diam diam menyukai laki-laki itu sejak lama.

Sudah 10 tahun ini juga Yeara menetap di London bersama keluarga besarnya.

Perasaan bahagia turut menyelimuti gadis itu ketika ia mengetahui jika Aksa berada dikota yang sama.

Yeara menghapus air matanya, lalu kembali tersenyum menatap dirinya dipantulan cermin, seraya berkata, "Bukankah seharusnya gue bahagia? Apa yang selama ini gue impikan akan segera terwujud, hanya dengan berdiri disisi Aksa itu sudah lebih dari cukup, Aksa akan jadi milik lo Yeara."

Perlahan senyuman itu memudar, hanya ada raut kesedihan.

"Aksa akan jadi milik lo, meskipun tidak dengan hatinya." Ujar Yeara hampir bergetar karena merasakan sesak didadanya.

Sekuat tenaga gadis itu menahan tangisnya, mencoba menutupi kesedihanya dengan selalu tersenyum.

"Baik, ayo sapa para tamu undangan, semangat Yea!" Ucap Yeara seraya tersenyum mengingat Aksa memanggil namanya untuk pertama kalinya.

•••

Tak dapat dipungkiri, Yeara terpana dengan penampilan Gevaniel Nathan Aksara malam ini.

Laki-laki itu benar benar menjelma menjadi sosok pangeran, Aksa bahkan menatap Yeara dengan senyuman manisnya.

Yeara tak dapat menahan dirinya untuk membalas senyuman sang pangerannya, Yeara menatap Aksa yang tengah berdiri dihadapannya.

"Ayo..."

Aksa meraih tangan kanan Yeara, membawa gadis itu naik keatas panggung, Yeara merasa sebentar lagi jantungnya akan meledak, ini untuk pertama kalinya Aksa menyentuh tangannya, tanpa sadar gadis itu mempererat genggaman tangan Aksa, membuat laki-laki itu tersenyum seraya memajukan wajahnya mendekati Yeara,

Yeara tersipu malu, wajah gadis itu sungguh merah merona atas perlakuan Aksa padanya.

Tapi—

Senyuman diwajah gadis itu kian memudar saat Aksa membisikan sesuatu kepadanya.

"Yea..."

Gadis itu menatap kosong kedepan, ia gemetar.

"jangan terlalu bahagia karena ini hanya—"

Yeara menatap Aksa, menelan ludahnya gugup. Takut-takut Aksa akan mengatakan hal yang paling menyakiti hati Yeara.

"Sandiwara........"

Bagai ditusuk ribuan jarum, rasanya sangat sakit, Yeara ingin menangis tapi berusaha ia tahan, ini bukan waktu yang tepat untuk menangis.

Meskipun begitu kata kata tajam itu tak membuat Yeara menyerah, ini baru awal, Yeara bisa memaklumi karena Aksa belum terbiasa akan kehadiran sosok dirinya di samping Aksa.

Yeara yakin cepat atau lambat Aksa akan bersikap baik kepadanya.

•••

Acara pertunangan telah selesai, akhirnya Aksa dan Yeara telah resmi bertunangan dan dalam waktu dekat ini mereka akan kembali ke Indonesia untuk melakukan pernikahan disana, dikediaman Yeara.

Aksa ingin mengunjungi Mira sebelum ia berangkat besok, pagi ini Aksa memutuskan ke pemakaman, ia menatap bingkai foto cantik Mira yang sedang tersenyum menatapnya.

Aksa mengusap bingkai kaca yang berembun akibat sisa hujan salju tadi malam, lalu ia beralih meletakan buket bunga mawar putih kesukaan gadis itu.

"Pasti kamu kedinginan disini?" Ucap Aksa, Jeffran yang berada disana menatap iba kepada sahabatnya, sungguh sebenarnya Aksa sangat rapuh. Jeffran dapat melihatnya.

"Kenapa kamu gak pernah bilang sakit? Kenapa selama ini kamu merahasiakan sakit kamu?"

Aksa mendongak keatas, menatap langit agar air matanya tidak jatuh. Sebenarnya Aksa tidak suka menangis, itu hanya akan membuat ia dipandang lemah oleh orang lain.

"Aksa, ayo pulang." Ujar Jeffran, Aksa menoleh lalu dengan berat hati meninggalkan makam Mira.

••••

Beda tempat beda cerita.

"Gavin, Gavin Atmaja!!!!!"

Laki-laki yang dipanggil Gavin itu menoleh, ia menatap kesal kepada adik sepupunya bernama Dean Skala Pratama.

"Bisa sopan sedikit gak lo, gue lebih tua tiga tahun dari lo bego!" Protes Gavin.

"Apa lo bilang? Bego? Gue gak bego! Elo yang bego!" Sentak Dean dengan mulut yang tidak bisa di filter, sumpah demi apapun Gavin ingin mengubur Dean hidup-hidup!

"Bcd! Kalau ngajak ribut jangan sekarang sana pulang!" Kesal Gavin Atmaja.

Dean memanyunkan bibirnya.

"Yaudah maaf." Sesal Dean.

"Lo mau apa kesini? Kalau ngajak mabar gak ada waktu, gue bentar lagi pendaftaran kuliah, jangan ganggu gue lo."

"Ya elah enggak, gue kesini cuma mau bilang kalo didepan ada Kak Yumna, mau ketemu lo katanya, Kak Yumna nyuruh gue buat manggil lo." Ujar Dean.

Gavin menghela nafas berat, lalu pergi begitu saja meninggalkan Dean tanpa kata terima kasih, rasanya Dean ingin mengubur Gavin hidup hidup juga, sungguh!

Kakak sepupunya sangat menyebalkan!

Seharusnya tadi Dean tidak usah memanggil Gavin kalau begini caranya!

Belum sempat protes, bunyi telepon menghentikannya.

Tiba tiba Dean mendapat notifikasi grub chat dari kelasnya.

SMA Euporia :

Fie : Besok Ppkn dikumpulkan sebelum pak Vincent ngamuk.

Yenna : Bgsd! Gw belom, tolong kirimin punya lo dong @dean

Yurina : @dean ^2

Harlen : @dean ^3

Seksikonsumsi : @dean ^4

Dean Pratama menghela nafas, selalu saja dirinya yang harus mengerjakan, untung kemarin setelah pulang sekolah Dean sudah mengerjakan, teman temannya sungguh pemalas terutama si seksi konsumsi siapa lagi kalau bukan Josua!

•••

Aksa tersentak kaget saat membuka kamarnya, disana ada Yeara yang tengah mengemasi barang barang milik Aksara sesuai perintah nenek Aksa agar Aksa terkesan padanya. Tapi, saat melihat raut wajah laki-laki itu membuat Yeara menghentikan kegiatannya.

Aksa mendekati Yeara membuat Yeara memejamkan matanya bersiap jika nantinya Aksa akan memarahinya habis habisan.

"Ma-maaf tadi nenek yang nyuruh." Ujar Yeara takut.

"Untuk sekarang gue membiarkan lo seenaknya, tapi liat aja lo gak akan bahagia setelah menikah nanti!" Ujar Aksa yang terdengar seperti ancaman.

Dengan perlahan Yeara membuka matanya, ia sangat terkejut ternyata Aksa masih ada dihadapannya dan ini sangat dekat sekali, rasanya hati Yeara ingin meledak.

Mata mereka saling bertemu.

Yeara tidak menyangka Aksa lebih tampan jika dilihat sedekat ini,

matanya...

hidungnya...

bibirnya...

sangat indah, Yeara tidak bisa bohong, ini pertama kalinya Yeara melihat Aksa sedekat ini dalam waktu yang lumayan lama.

Entah dari mana Yeara mendapat keberanian untuk melangkah lebih dekat pada sosok laki-laki dihadapannya, gadis itu tiba tiba berjinjit lalu mencium bibir Aksa meskipun hanya sekedar kecupan tapi rasanya sangat mendebarkan.

Aksa yang terkejut atas perbuatan Yeara lalu mendorong Yeara sampai gadis itu menghantam lemari cukup keras, ada air mata yang mengalir di pipi Yeara.

Rasanya sakit sekali...

Aksa menatapnya marah, ia mengusap bibir bekas ciuman Yeara lalu pergi keluar kamar tanpa mengatakan sepatah kata apapun.

Yeara menangis sejadinya menahan rasa sakit dipunggung dan hatinya.

Yeara hanya ingin mencium cinta pertamanya, apa salah? Lagi pula mereka sudah bertunangan. Mengapa Aksa sejahat itu?

Hati Yeara sangat sakit jika diperlakukan seperti ini oleh laki-laki yang sangat ia cintai.

Yeara tahu ia sangat bodoh, bodoh karena telah mencintai laki-laki yang tidak mengharapkan kehadirannya.

Tapi, cinta telah membutakannya, cinta telah membuat Yeara kehilangan akal sehatnya.

Semua orang harus tahu betapa Yeara sangat mencintai Nathan Aksa, ia rela bertahan sedikit lagi agar Aksa bisa sepenuhnya menerima kehadiran Yeara di kehidupannya.

Tak mau larut dalam kesedihan, akhirnya Yeara mengusap air matanya, ia beralih merogoh sesuatu disaku bajunya.

Ada lipatan note dan itu adalah daftar keinginan Yeara saat sampai di Indonesia, padahal tadi ia akan memberikannya kepada Aksa secara langsung, tapi sudah terlanjur Aksa marah, Yeara menyesal telah mencium Aksa, sungguh ia menyesali perbuatannya.

Lalu Yeara menaruh note itu kedalam koper Aksa, biarkan saja Aksa tahu sendiri jika membuka kopernya nanti.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status