Share

CHAPTER 06 • Kamu Melihat?

Aku juga punya hati, aku punya perasaan yang kapan saja bisa punya batas kesabaran, tapi untuk kali ini aku ingin berjuang, berjuang walau aku tahu kamu tak akan pernah mencintaiku, setidaknya aku ingin bersamamu walau hanya sesaat— Yeara, 2024.

•••

1 tahun yang lalu.

"Aksa..."

Gadis berambut sebahu itu menghampiri Nathan Aksa yang tengah terduduk di bangku taman seorang diri.

"Aku cariin ternyata disini, gimana tadi kalau aku gak liat kamu? Na, kamu disini masih baru, kamu belum mengenal London."

Aksa hanya diam seraya mengetuk-ngetuk tongkatnya sehingga menghasilkan bunyi, keadaan taman cukup sepi, hanya ada segelintir orang yang lewat.

"Ayo pulang," ujar Mira mencoba membujuk Aksa pulang.

Aksa lantas menggeleng cepat, ia menepis tangan Mira yang akan menariknya.

"Pulang Na..."

"Aku bisa pulang sendiri." Jawab Nathan Aksa, lalu pergi meninggalkan Mira disana.

Mira pun berlari mengejar Aksa, Mira takut terjadi sesuatu dengan laki-laki itu, namun langkahnya terhenti saat tiba tiba pandangan matanya mengabur, Mira merasa sangat pusing, ia hanya menatap kepergian Aksa melalui penglihatannya matanya yang minim. Semua terasa berputar putar baginya, Mira sangat kesakitan saat itu. Hingga ia merasa sesuatu mengalir dari hidungnya. Mira pun segera mengelap cairan merah itu menggunakan tangannya.

Kenapa disaat seperti ini penyakitnya menyerang, dia sedang bersama Nathan Aksa, Mira tidak ingin Aksa tahu hal ini.

•••

"Aksa..."

Aksa tetap diam ditempatnya, dia tidak menanggapi panggilan dari Yeara yang tengah di obati oleh seorang dokter. Setelah selesai dokter yang menangani Yeara pun pamit pergi setelah menyerahkan resep obat yang harus Aksara tebus nanti.

"Gue mau pulang." Ujar Aksa kemudian berbalik kearah pintu, namun dengan cepat Yeara turun dari bangsal rumah sakit itu untuk mengejar Aksa.

"Jangan tinggalin aku." Ucap Yeara yang sedikit meringis kesakitan di bagian perutnya karena tendangan dari Sandra.

Aksa menghela nafas lirih, dia menatap mata bening kecoklatan milik Yeara dengan tajam.

"Jangan harap gue peduli!" Ujar Aksa lalu pergi begitu saja meninggalkan Yeara seorang diri.

Yeara hanya menatap punggung Aksa yang mulai menghilang dibalik dinding, ia berusaha sekuat mungkin menahan tangisnya, Yeara tidak mau terlihat lemah di depan Aksa.

"Yeara...."

Dean tiba tiba datang, masih dengan seragam sekolahnya. Yeara menolehkan pandangannya menatap laki-laki itu.

"Udah mau pulang?"

Yeara menganggukkan kepalanya.

"Cuma tinggal nebus obat aja, tapi resepnya di Aksa, yaudah yuk pulang aja."

"Tapi-"

"Gak papa, gue udah sembuh kok," Balas Yeara.

Dean bukanlah tipe orang yang mudah dibohongi, kenapa Yeara berbohong kepadanya...?

•••

Disisilain,

Gavin Atmaja menghembuskan nafas beratnya, lalu merotasikan bola matanya saat melihat gadis yang selalu mengganggunya belakangan ini.

"Udah, lo mending pulang bentar lagi gue tutup," ujar Gavin seraya mendorong Yumna agar menjauh dari kafenya.

Gadis berambut panjang itu menepis tangan Gavin dari bahunya, ia pun berbalik menatap Gavin dengan kesal.

"Vin, dengerin gue..."

"Yumna, udah lo gak puas apa ganggu hubungan Samudra sama Lira sekarang buat apa lo juga ganggu kehidupan gue!" Sela Gavin marah, jelas dia sangat marah, gadis dihadapannya pernah merusak hubungan sahabat dekatnya dan sekarang kenapa ia juga di ganggu kehidupannya oleh gadis ini.

"Vin, gue udah gak suka sama Samudra, sekarang gue sukanya elo."

Gavin mendecak kesal, lalu tertawa. Ia sungguh tidak habis pikir dengan gadis ini!

"Lucu ya lo?" Ucap Gavin.

"Vin, gue serius!"

"Udah mending lo pulang!"

Gavin mulai emosi, lagi lagi Gavin mendorong Yumna setelah itu ia kembali lagi kedalam kafe, Gavin dapat melihat bahwa gadis itu mendecak kesal diluar sana seraya menendang pintu kafenya dengan brutal.

Gavin yang melihatnya hanya menggeleng-gelengkan kepala, lalu bergegas mengambil jaket dan kunci mobilnya. Mungkin dia akan mampir dulu ke tempat latihan setelah ini.

•••

"Makasih ya udah anterin gue pulang." Ucap Yeara kepada Dean, sekarang mereka berdua sedang berada di pekarangan rumah Yeara.

"Ehe iya, kalau gitu gue balik dulu yah?"

"Gak mampir dulu?"

"Enggak makasih, entar gue ketinggalan bus terakhir kalau kelamaan disini," ujar Dean.

Yeara tersenyum, "kalau gitu hati-hati dijalan." Dean lantas tersenyum, dia menatap gadis bersurai merah itu kagum, bahkan saat hanya ada penerangan minim dirumah gadis itu pun Yeara masih terlihat sangat cantik dimata Dean.

"Ra..."

Tiba tiba Yeara menegang, dia menatap mata Dean yang terlihat sedang menatapnya penuh--kalian tahu sendiri tatapan seperti apa orang yang sedang jatuh cinta.

"Ke-kenapa?" Gugup Yeara seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Dean lantas memajukan tubuhnya mendekati gadis itu, tanpa di duga Dean mencium kening Yeara dengan lembut.

Yeara membulatkan matanya dengan sempurna saat mendapatkan perlakuan manis dari Dean yang merupakan adik kelasnya ini. Setelah itu Dean menatap mata coklat bening milik Yeara seraya tersenyum. "Good night, Rara..."

Yeara mengerjapkan matanya beberapa kali, ia melihat Dean yang kini berlari menghampiri bus terakhir yang akan segera berangkat menuju daerah jakarta selatan, rumah laki-laki itu.

Yeara pun menghembuskan nafasnya lirih, setelah itu berbalik.

"Astaga!" Kagetnya saat melihat Nathan Aksa berada di pagar rumahnya, laki-laki bertubuh bongsor itu hanya menatapnya datar, setelah itu Nathan Aksa menghampiri Yeara.

"Nih obat Lo..." Ucap Aksa, Yeara terpaku ditempatnya, dia pun berbalik ketika melihat Aksa pergi begitu saja setelah memberinya obat, laki-laki itu yang menebus obat Yeara, Yeara kira setelah tadi Aksa marah marah di rumah sakit laki-laki itu akan langsung pulang, ternyata Yeara salah.

Ia mengelus dadanya, bahkan aura Aksa bisa membuat gadis itu terpaku, sungguh tadi rasanya seperti mimpi. Namun, kemudian Yeara menyadari sesuatu.

"Apa Aksa melihat?"

Yeara menjambak surai merahnya, saat menyadari kebodohannya, ia yakin pasti Aksa melihat dirinya dan Dean. Ahk! Itu sangat kacau, Yeara tidak mau di pandang sebagai gadis murahan di mata Nathan Aksa.

Kejadian tadi benar benar tidak diduga, Dean lah yang tiba tiba menciumnya, jangan salahkan Yeara!

•••

Dean akhirnya sudah sampai dirumahnya sekitar 30 menit yang lalu, sekarang ia tengah berada didepan rumahnya, laki-laki itu sedang memberi makan burung kesayangan papanya.

Dia terlihat tidak senang, meskipun akhir akhir ini Dean sedang banyak masalah.

"Dean!"

"ASTAGA BANG GAVIN!" Kagetnya sambil mengarahkan semprotan vitamin burung kewajah Gavin, saudara sepupunya.

Gavin lantas menghela nafas, berusaha sabar walaupun sesungguhnya laki-laki itu ingin sekali mengarungi lalu membuang saudaranya itu ke lautan lepas.

"Eh Sorry..." Sesalnya, walaupun dalam hati Dean tidak sama sekali merasa bersalah kepada Gavin Atmaja.

"Benar-benar gak ada sopannya ya lo sama gue, gue itu lebih tua-"

"Tiga tahun dari gue." Sela Dean, dia bosan sekali setiap kali mendengar saudaranya berkata seperti itu.

Lagi lagi Gavin menghela nafas, sabar sabar ini ujian....

"Ngapain si lo kesini, ganggu gue aja, abis renang ya lo, bau kaporit tahu gak!"

"Seandainya gue gak kasian ke lo gak mungkin gue malem malem abis latihan kesini cuma mau ngasih tahu ada job-"

"Apa job, dimana?" Sela Dean lagi, Gavin sudah menatap saudaranya dengan kesal, mungkin tengah malam nanti Gavin benar benar akan membuang Dean kelautan lepas.

"Gak jadi gue mau pulang," ucap Gavin berbalik akan pulang, namun dengan cepat Dean menahannya.

"Elah bang, jangan marah marah nanti cepet tua, dimana Job nya? Lo tahu kan uang saku gue itu gak cukup buat sebulan, papa mama masih di Bali, pulangnya cuma hari nyepi, masa lo tega sih sama Ade sendiri?"

Benar, selama ini Dean tinggal sendirian untung saja rumahnya bersebelahan dengan rumah Gavin, jadi Gavin bisa mengawasi anak labil ini.

"Baru aja lo sopan ke gue kalau ada maunya." Kesal Gavin.

"Hehe, ya maaf gue akhir-akhir ini lagi banyak masalah, yang pertama uang jajan mau abis yang kedua Yeara di Bully, yang ketiga—"

"Apa Yeara di Bully!"

"Iya diBully."

"Pasti gara gara lo kan! Gue udah pernah bilang jangan deketin Yeara, Yeara bisa abis sama Fans lo disekolah!"

"Lo kok ngegas gini!"

"Udah gue mau balik, udah gak mood lagi, untuk job kita batalin aja."

"Jangan kaya gitu dong Bang!"

"Yaudah yaudah entar gue kasih tahu alamatnya." Ujar Gavin seraya memijat pangkal hidungnya.

Setelah mendengar gadis yang ia sukai di bully, membuat Gavin jadi sangat khawatir dan ingin tahu kabar Yeara.

Gavin bersumpah akan membawa kasus ini ke pengadilan jika sampai terjadi sesuatu pada Yeara.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status