Share

CHAPTER 05 • Bullying

je t'aime Aksa, dalam bahasa Prancis artinya aku cinta Aksa.

Yeara, 2024.

•••

Setelah makan malam keluarga, Aksara dan Yeara di perintah oleh kedua orang tua mereka untuk berjalan-jalan disekitar hotel sebelum mereka pergi ke butik untuk fitting gaun pengantin, keduanya tampak diam tak ada yang memulai percakapan, sampai Yeara pun membuka suaranya.

"Na..."

"Gue udah bilang jangan panggil gue Na! Gue gak suka!"

Yeara menunduk "maaf, aku gak bermaksud—"

"Udahlah, diem aja!" Sela Aksa marah.

"Aku suka kamu yang sekarang." Ucap Yeara tiba-tiba, hal itu membuat Nathan Aksara menghentikan langkah kakinya, mata mereka saling bertemu.

"Aku suka kamu yang sekarang sudah banyak bicara, aku suka saat kamu marah marah ke aku."

Aksa masih bungkam, tak berniat menanggapi.

"Aku ingin kamu terus seperti ini..." Ujar Yeara, meskipun dalam hatinya berkata lain, sejujurnya Yeara tidak mau mendengar bentakan dari Aksa yang menyayat hatinya, tapi Yeara bersyukur karena Aksa sudah mau bicara padanya, sejak awal pertemuan mereka di London, Yeara tak pernah mendengar suara Aksa jika tidak penting.

"Terserah kamu!" Ucap Aksa yang kemudian melanjutkan langkah kakinya, sedangkan Yeara mematung setelah mendengar kata 'kamu' dari mulut laki-laki itu, rasanya jantung Yeara akan meledak sangking senangnya.

"Tunggu aku Aksa!!!"

Yeara berlari menghampiri Aksa, langkah kaki laki-laki itu sangat cepat sekali, Yeara hampir saja tertinggal, entah perasaan Yeara jika Aksa sengaja memperlambat langkah kakinya agar ia bisa menyusul. Tapi, rasanya tidak mungkin Aksa sebaik itu kepada Yeara. Laki-laki itu hanya akan membenci Yeara seperti biasa.

Tidak mungkin Aksa mau susah-susah memperlambat langkah kakinya demi agar gadis itu tidak tertinggal.

"Gimana kalau sekarang aku panggil kamu Kak Aksa...?"

"Terserah!"

Yeara tersenyum.

"Tapi aku suka Na, Nathan."

"Gue gak!"

"Ouh, ya udah."

Mereka akhirnya saling diam dalam waktu yang cukup lama sampai akhirnya Yeara membuka suaranya lagi. Gadis itu memang tidak bisa diam, ia ingin menciptakan suasana menyenangkan jika bersama Aksa.

"Makasih kamu adalah orang pertama yang panggil aku 'Yea' "

Aksa hanya diam saja, tidak menjawab perkataan tidak penting itu.

"Kak Aksa-Yea." gumam gadis itu lirih namun masih bisa didengar oleh Aksara.

Entah perasaan Yeara saja, dia merasa melihat Aksa tersenyum meskipun itu sangat tipis dan sangat sekilas.

Yeara juga tersenyum dan memberanikan diri menggenggam tangan Aksa, awalnya laki-laki itu terkejut dan akan menepisnya, namun tidak jadi saat didepan mereka ada kedua orang tua Yeara dan Aksa.

"Dasar mencari kesempatan dalam kesempitan." bisik Aksa sangat pelan.

"Aku gak liat mereka sumpah." Balas Yeara, dia tak henti tersenyum manis. Gadis itu sangat bahagia malam ini.

•••

Setelah pergi ke butik, mereka semua akhirnya berpisah, besok Aksa akan menjemput Yeara seperti perintah mama Aksa, Aksa akan mengantar dan menjemput Yeara ke sekolah.

Pagi itu pun kini telah tiba, Yeara sudah bersiap siap dari subuh tadi, ia sungguh tidak sabar menunggu Aksa datang. Untuk pertama kalinya laki-laki itu menjemputnya.

Hingga suara mobil didepan rumahnya membuat gadis itu segera berlari sampai lupa berpamitan kepada mama papanya yang berada di ruang makan.

"Sayang jangan buru buru, suruh Aksa masuk dulu!" Teriak mamanya.

"Gak usah Ma, Yea mau langsung berangkat, udah gak sabar ketemu Kak Aksa......" Jawab gadis itu sebelum hilang dibalik pintu.

"Anak kamu lagi Bucin Pah." Ucap Mama.

"Persis seperti kamu dulu." balas Papa.

"Dih, mama gak se Bucin itu sama Papa."

"Yakin?"

"Udah ah Pah, Mama nanti telat ketemu client Mama, Papa juga mau meeting'kan? "

"Hm, Mama bener."

Walaupun sangat sibuk, Mama Papa dan Yeara selalu menyempatkan diri sarapan bersama di pagi hari untuk menjaga keharmonisan keluarga itu.

•••

Disisi lain.

"Gavin Atmaja!"

Laki-laki itu mendengus kesal. Sudah berulangkali adik sepupunya selalu menyebalkan dimanapun ia berada.

"Lo bisa sopan sedikit gak sih sama gue? Gue tuh lebih tua 3 tahun dari lo!"

Dean memutar bola matanya jengah, Kakak sepupunya ini sangat pemarah.

"Bang, gue suka Yeara."

Ucapan Dean mampir saja membuat Gavin tersiram air panas yang akan ia tuangkan ke dalam cangkir kopinya.

"Oh," jawab laki-laki itu lalu melanjutkan kegiatannya membuat kopi untuk pelanggannya.

"Gue tahu lo juga suka dia kan?"

Gavin sedikit terkejut namun ia berusaha senatural mungkin.

"Kalau iya?"

Dean memanyunkan bibirnya, persis seperti anak kecil berusia tujuh tahun padahal dia sudah 17 tahun sekarang.

"Gue mau kita bersaing secara sehat, gimana?"

"Okay." Balas Gavin tersenyum tipis.

"Ya udah, gue mau berangkat sekolah."

"Naik angkutan umum lagi?"

Dean mengangguk sebagai jawaban.

"Bawa motor gue aja, hari ini gue mau pakai mobil soalnya."

"Gue gak suka bawa kendaraan, lebih enak naik bus." Jawab Dean.

"Yaudah terserah lo deh."

"Oh ya, jaga Yeara disekolah barunya, terutama jaga dia dari fans lo, gue takut dia di apa-apain gara-gara deket sama lo."

"Ya elah, gue gak seterkenal itu di sekolah, gue gak punya fans!" Elak Dean, santai.

"Perasaan lo aja gak punya, tiap hari gue liat depan rumah lo ada kurir ngasih coklat, bunga sama boneka."

Dean lantas terdiam, memang benar adanya, dia selalu mendapat kiriman dari perempuan-perempuan yang menyatakan cinta kepadanya, dan jangan lupakan di dalam locker sekolahnya juga banyak sekali surat cinta dari penggemarnya.

Ini sudah 2024 Dean heran kenapa masih ada yang memakai surat suratan untuk menyatakan cinta.

•••

"Yeara!"

Yeara membalikan tubuhnya kearah lain, ia tidak mau bertemu dengan Dean, dia tidak mau di bully lagi. Sungguh!!!

"Yeara, tunggu gue!" teriak laki-laki itu berusaha untuk mengejar Yeara yang sepertinya sedang menghindari Dean.

Dean akhirnya berhasil menarik tangan Yeara, namun gadis itu segera menepisnya.

"Ada apa? What wrong with you, Rara?"

"Gak papa, gue cuma mau ke kelas." Jawab Yeara cepat.

"Bukannya arah kelas lo di sana?" Tanya Dean.

Yeara merutuki kebodohannya sendiri, bisa bisanya ia salah jalan!

"Iya, lupa."

"Yeara..."

Gadis itu menghentikan langkahnya tanpa berbalik menatap Dean yang juga tengah menatapnya.

"Jangan jauhin gue, gue gak mau jauh dari lo."

Setelah Dean mengatakan itu, Yeara kembali melanjutkan langkah kakinya menuju kelas.

Ia jadi merasa tidak enak kepada Dean.

•••

"Eh Yeara...!"

"Orang itu lagi." Batin gadis itu, kenapa perempuan yang membully-nya kemarin datang lagi, kenapa mereka masih mengganggu Yeara?

"Sekarang ngaku aja, kalau lo ada apa apa sama Dean, gue tadi liat lo sama Dean di depan"

Yeara memberanikan diri menatap gadis dihadapannya.

"Gue udah pernah bilang sama lo kalau gue cuma temenan sama Dean!"

"Bohong!" Sela gadis itu.

"Terserah lo kalau gak percaya!" ucap Yeara sedikit menaikan nada bicaranya, sekarang ia tidak boleh lemah, dia juga kelas 12 untuk apa takut dengan mereka, mereka satu angkatan dengannya bukan Kakak kelasnya atau seniornya.

"Berani juga lo sama gue! Bawa dia ke atap sekarang juga!"

Teman teman gadis itu menyeret Yeara dengan paksa menuju atap sekolah.

Yeara didorong hingga punggungnya membentur dinding rooftop. Lalu, ketua dari mereka menghampiri Yeara, dia mendorong kepala Yeara Ke dinding.

"Hiks, sakiittt...."

"Kenapa? Sakit? Mau yang lebih sakit lagi hah!"

Bughkk!!!

Gadis itu menendang perut Yeara, ada rasa nyeri yang sangat luar biasa. Yeara hanya bisa menangis, sesekali memanggil nama Aksa. Berharap Aksa akan datang menolongnya.

Bughkk....!

Gadis itu menendang Yeara sekali lagi, lalu teman temannya ikut membantu, Yeara menangis sekencang kencangnya saat wajahnya dicakar oleh teman teman gadis yang tidak ia kenal ini. Lalu ditendang dengan brutal.

"Sakiittt hiks...."

Bughkk!

Dug!

Kaki Yeara ditendang, diinjak dan kepalanya dibenturkan ke tembok sampai hidungnya mengeluarkan darah.

Bughkk!

"Akh...sakiittt...."

Para gadis gadis itu tertawa puas.

Bughkk!

"Sandra!"

Semua gadis itu terkejut, lalu menengok ke sumber suara, ketua dari mereka membelalakkan matanya dengan sempurna.

"Dean...."

•••

UKS

"Kenapa gak ngomong sih, kalau lo di bully?"

Yeara hanya menangis menahan rasa sakit di seluruh tubuhnya.

"Setelah gue obatin, kita laporin mereka ke BK, ini gak bisa dibiarin." Ujar Dean.

Yeara menggeleng.

"Jangan..."

Dean lantas menatap Yeara kesal.

Ceklek

Pintu UKS tiba tiba terbuka, menampakan Nathan Aksara yang terlihat membatu diambang pintu.

"Kak Aksa?"

Aksa melangkah masuk kedalam UKS, Dean terlihat bingung dengan kedatangan orang yang tidak ia kenal.

"Boleh tinggalin gue sama Yeara?"

Dean masih terdiam, kemudian ia mengangguk menuruti lalu keluar dari dalam UKS tersebut.

Setelah kepergian Dean.

Aksa menatap Yeara yang sedang duduk di brankar dari ujung kepala sampai ujung kaki gadis itu.

Hidung Yeara di sumpel tissue yang sudah agak kemerahan, wajahnya ada bekas cakar yang masih baru, terlihat sangat mengilukan jika dipandang.

Kaki gadis itu juga terdapat luka luka, tidak lupa dengan memar di tangannya.

"Ayo ke rumah sakit?"

Yeara kembali menangis, menangis sangat kencang.

"Hwaaaaaaaaa kak Aksaaaa!!!"

"Brisik, diem gak!"

Seketika Yeara langsung diam, mendengar bentakan Nathan Aksara.

"Gendong...."

"Manja." gumam Aksa sangat lirih, namun masih dapat didengar oleh Yeara.

"Eh Yea! Lo harus tahu diri! Inget tempat lo, jangan harap saat gue liat lo kaya gini gue bakal kasihan, lo gak perlu mimpi gue akan kasihan sama lo karena hal itu gak akan terjadi! Gue nyuruh lo ke rumah sakit bukan karena gue kasihan atau khawatir, itu karena orang tua, apa jadinya orang tua gue sama lo tahu jika sekarang keadaan lo kaya gini?"

Sebisa mungkin Yeara menahan rasa sakit di dadanya, hatinya terlalu sakit mendengar Aksa berbicara setega itu kepadanya.

•••

Di lain tempat, seorang gadis cantik duduk di sebuah kursi single di sudut ruangan megah menghadap sungai cantik di kota Landon.

"Tolong kerjain cewek ini..."

Seseorang menatap foto yang diberikan kepadanya.

"Dia siapa?"

"Perebut cowok yang gue suka..."

"Okay"

"Buat dia kapok dan gak akan deketin Aksa"

"Lo tenang aja"

"Ini 10 juta dulu, setelah tugas lo beres gue akan tambah lagi."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status