Share

CHAPTER 07 • Gavin Atmaja

Gavin Atmaja tengah berada di dalam kamarnya, laki-laki itu tampak gelisah dan terus menatap ponselnya dengan bimbang.

Haruskah dia menghubungi Yeara? Perkataan Dean beberapa jam yang lalu membuat Gavin sama sekali tidak bisa tenang. Ia khawatir terhadap Yeara. Gavin sangat khawatir terjadi sesuatu dengan gadis itu.

Tuk tuk

Gavin lantas menolehkan pandangannya kearah pintu, " masuk aja." Ujar Gavin dari dalam sana, terlihat seorang wanita paruh baya menghampiri Gavin dan meletakkan susu coklat hangat di atas nakas.

"Tuan muda, silahkan diminum, oh iya nyonya bilang akan kesini besok." Ucap wanita paruh baya itu.

"Hem, iya makasih Bi, Bibi malam ini boleh pulang." Ucap Gavin.

"Baik tuan muda."

Pelayan itu segera meninggalkan kamar Gavin setelah membungkuk memberi salam kepada majikan mudanya.

Setelah itu Gavin menatap susu di atas nakas, dan segera meminumnya. Mungkin setelah minum rasa gugupnya akan hilang.

"Baik Gavin Atmaja, cuma nelpon dan bilang gimana keadaannya." Gavin bermonolog lalu mengambil benda persegi panjang itu dan mengetik nama Yeara.

Telepon pun tersambung. Gavin sumpah demi apapun ia gugup setengah mati.

Tak berapa lama, ada suara dari seberang sana.

"Halo Kak Gavin?"

"Ha-Halo, Yeara."

"Ada apa ya, kakak nelpon?"

"Ah enggak itu, itu kata Dean lo ada masalah di sekolah? Gimana sekarang keadaan lo?"

"Oh...., udah gak papa kok kak." Jawab Yeara dari seberang sana.

"Syukur deh, gue khawatir banget tau gak?"

Terdengar suara tawa dari seberang telfon membuat hati Gavin sedikit menghangat.

"Em makasih udah khawatir."

Gavin lantas tersenyum.

"Yaudah lo istirahat, besok sekolahnya gue anter gimana?"

"Gak usah kak, kak Gavin nanti telat buka kafe lagi gara gara gue kak."

Gavin lagi-lagi tersenyum. "Enggak kok, cuma anterin lo gak akan telat, pokoknya pagi ini gue jemput yah?"

"Em yaudah deh, good night Kak Gavin?"

"Good night too, Yea."

-

"Good night too, Yea."

Deg

Yeara mematung di tempatnya setelah mendengar perkataan Gavin terakhir. Dimana laki-laki itu memanggil dirinya dengan sebutan 'Yea' sama persis seperti Nathan Aksara memanggilnya, Yeara merasa panggilan itu khusus hanya Nathan Aksa tapi kali ini Gavin memanggilnya dengan sebutan 'Yea' juga.

"Kak..."

"Hem?" Jawab Gavin diseberang telepon.

Mungkin sedikit berlebihan hanya karena nama panggilan, namun gadis itu benar-benar mengatakan, "Jangan panggil aku Yea." perkataan itu akhirnya lolos dari bibir Yeara.

"Kenapa, Yea lucu, gue suka."

Yeara merasa hatinya bergetar, seandainya saja Aksa yang mengatakan hal itu kepadanya namun malah laki-laki lain dan laki-laki itu baru Yeara kenal.

Gadis itu beralih menatap kantung plastik berisi obat pemberian Nathan Aksa di meja belajarnya, hatinya seperti teriris saat mengingat tatapan mata Aksa yang dingin padanya. Yeara sangat berharap suatu saat nanti Aksa akan menatapnya dengan lembut.

"Kak, aku tutup yah?"

"Hem, iya."

Setelah sambungan terputus akhirnya Yeara meletakan kantung obat itu kembali ke atas mejanya lalu bergegas pergi mandi.

•••

Yeara baru saja selesai mandi, ia sudah dipanggil oleh mamanya untuk makan malam. Papa Yeara sedang tidak ada dirumah hanya ada ia dan mamanya.

"Ra..."

Yeara menatap mamanya.

"Kenapa Mah?"

"Satu Minggu lagi kamu menikah."

Yeara terdiam menatap makanan di atas meja. Memikirkan banyak hal apa yang akan terjadi dengan kehidupan rumah tangganya nanti.

Apakah Aksa mau menerimanya?

Apakah Aksa akan mencintainya?

Apakah Aksa akan berperilaku baik padanya...?

Yeara takut.

Tapi bagaimanapun juga Yeara sangat menyukai Nathan Aksa, laki-laki yang bahkan selama ini tak mengetahui Yeara hidup di dunia. Tak mengetahui siapa Yeara. Yeara memang orang baru bagi Nathan Aksa tapi Aksa bukanlah orang baru bagi Yeara, gadis itu cukup mengenal Aksa secara diam-diam.

Saat mendengar Aksa berpacaran dengan gadis bernama Gebby dua tahun yang lalu, hati Yeara sakit. Yeara juga memutuskan menghentikan para suruhannya untuk memata-matai Aksa saat di Jakarta.

Yeara pikir dengan melupakan Aksa akan mudah, tapi dia salah besar. Semakin ia mengubur perasaannya terhadap Aksa maka rasa itu malah semakin besar, entahlah ini karena terobsesi saja atau apa, Yeara tidak tahu.

Ditatapnya cincin pertunangannya dengan Aksa di London. Gadis itu tersenyum tipis, ada rasa bahagia di hati Yeara Billyana, namun juga......

Takut.

•••

Disisilain.

Nathan Aksa tengah berbaring didalam kamarnya seraya menatap sepasang cincin di dalam wadah berbentuk hati berwarna biru itu. Tadi sore kedua orang tuanya datang ke Jakarta tempat tinggal Nathan Aksa dan Jeffran. Mereka sengaja datang lebih cepat untuk mempersiapkan acara pernikahan antara Aksa dan Yeara satu Minggu lagi.

Saat sedang sibuk melamun, tiba tiba kamar Aksa terbuka. Jeffran datang membawa selembar amplop pink lalu memberikan amplop cantik itu kepada Aksa. Segeralah laki-laki itu menyimpan cincinnya didalam laci sebelah ranjangnya.

"Amplop apa itu?"

Jeffran hanya mengedikan bahunya lalu berjalan keluar dari kamar Aksa, aneh sekali Jeffran yang hanya masuk membawa amplop tanpa mengatakan apapun.

Dibukanya amplop itu, ada foto polaroid didalam sana, itu adalah foto Nathan Aksa dan Mira saat di London, apa ini maksudnya? Kenapa Jeffran memberikan Aksa foto kenangan dengan Mira.

"Jeffran..."

Jeffran mengehentikan langkahnya saat diambang pintu. Lalu berbalik menatap Aksa.

"Ini lo dapet dari mana?"

"Dari depan pintu, gue kasih ke lo karena di amplop itu tertulis nama lo." Jawab Jeffran apa adanya.

"Saat lo ambil amplop ini, apa lo sempet liat pengirimnya?"

"Enggak liat, cuma liat mama lo abis belanja banyak banget tadi." Jawab Jeffran.

Aksa bingung, siapa yang telah mengirim foto foto ini dan apa tujuannya? Kenapa? Jika tujuannya agar Aksa selalu mengingat Mira, maka Aksa akan mengatakan pada orang itu jika ia tak mungkin melupakan Mira, gadis yang telah mengisi kehidupan Aksa, Aksa juga akan mengatakan jangan repot repot mengirim foto foto, karena Aksa pasti juga memiliki foto yang sama, Aksa tak mungkin membuangnya. Setiap kenangan dengan Mirae selalu Jaemin simpan sepanjang hidupnya.

Aksa mengusap wajahnya, ia sungguh penasaran siapa orang yang telah mengirim foto foto ini.

Aksa mengerutkan dahinya saat melihat kertas kecil yang terselip didalam amplop itu. Jeffran yang melihatnya pun juga ikut penasaran dan sekarang ia duduk disamping Aksa.

Mereka terkejut saat tak menemukan tulisan apapun dilembaran itu. Lalu Aksa mengamati foto dirinya dan Mira, ia sungguh ã.

"Apa maksudnya?"

"Udahlah buang aja, orang iseng kali." Ucap Jeffran, Aksa hanya diam menatap foto fotonya.

"Janganlah, gue simpen aja." Jawab Aksa lalu meletakan amplop itu kedalam laci tempat ia menyimpan cincin.

"Aksa lo, masih ingat Kevin gak?"

Aksa hampir tersedak mendengar nama itu, ia menatap Jeffran.

"Kenapa lo bahas dia lagi, dia udah mengkhianati geng motor kita, dia udah gabung sama sebelah, lo gak usah ngingetin gue, dia yang udah bikin Gebby celaka." Ujar Aksa yang mulai kesal dengan topik pembicaraan Jeffran.

"Jadi lo masih ada rasa sama Gebby?"

Aksa terdiam, kenapa Jeffran jadi bahas masa lalu, Aksa tidak ingin mengingatnya. Sungguh. Itu membuat Aksa kesal.

"Gue tanya sama lo, apa lo masih ada rasa sama Gebby?" Jeffran semakin menuntut jawaban atas pertanyaannya yang sangat sensitif ditelinga Nathan Aksa.

"Kenapa lo jadi bahas Gebby? Gebby udah sama Naka! Jangan bahas dia depan gue!"

"Gue cuma mau tau, apa selama satu tahun ini lo udah move on atau belum, gue harap lo udah gak ada perasaan apapun lagi sama Gebby, gue mohon buka hati lo untuk Year-"

"Gak usah ikut campur sama masalah gue!" Sela Aksa dengan dingin.

"Bukannya gitu, gue cuma mau yang terbaik buat lo, gue rasa Year-"

"JANGAN SEBUT CEWEK ITU DIDEPAN GUE!!!" Bentak Aksa, Jeffran sungguh terkejut atas reaksi Nathan Aksa yang berlebihan menurutnya, apa yang salah dengan gadis bernama Yeara? Kenapa Aksa sangat membencinya?

"Kenapa si lo gak suka banget sama Yeara? Apa salah dia? Aksa, asal lo tau Yeara sebenarnya yang udah-"

Jeffran menghentikan ucapannya saat menyadari tatapan Aksa yang menuntut itu.

"Udah apa?"

Jeffran menelan ludahnya, hampir saja ia membocorkan rahasia kepada Nathan Aksa.

"U-udah tu-tulus sama lo." Gugup Jeffran. Aksa hanya menghela nafas malas, kenapa semua orang memaksanya untuk menyukai gadis bernama Yeara Billyana, memangnya apa istimewanya gadis itu, Aksa bingung. Jelas jelas Mira jauh lebih baik dari pada Yeara.

"Kalau lo mau bahas Yea, mending lo keluar aja, bilang sama mama gue gak makan, udah kenyang." Final Aksa seraya merebahkan tubuhnya di atas ranjang.

Jeffran hanya mendengus kesal. "Kenyang makan apaan?! Dasar batu! Otak es! Antartika!" Maki Jeffran seraya berjalan ke pintu dan langsung membanting pintu itu dengan kasar, membuat Nathan Aksa memakinya dalam hati.

•••

"Oh, pesta lentera?" Ujar Yeara yang tengah menatap kalender miliknya yang telah lama ia tandai dengan berbagai tulisan, mulai dari ulang tahun mama, papanya, ulang tahun Nathan Aksa dan acara tahunan favoritnya.

"Berarti satu hari setelah nikah, ada pesta lentera tahunan."

Yeara tersenyum, ia akan mengajak Aksa nanti. Pasti akan menarik.

Diambilnya ponsel gadis itu dan menghubungi - tentu saja Nathan Aksa- Yeara akan meminta Aksa menemaninya ke pesta lentera tahunan di Jakarta.

Setelah lama menunggu panggilan, akhirnya terdengar suara Aksa dari seberang sana.

"Hem.."

"Kak Aksa, lagi apa?"

Yeara menahan senyumannya. Yeara tahu dia berlebihan tapi Yeara akan terus menggoda Nathan Aksara yang berhati es itu.

"To the point aja, gue ngantuk."

"Yaudah kak Aksa, aku cuma mau minta satu hal, satu doang gak bohong sumpah..."

"Hem..."

"Nih kan satu hari setelah kita nikah, ada pesta lentera tahunan, aku mau kakak nemenin aku kesana, yah?"

Terdengar helaan nafas dari seberang telepon, Yeara tahu pasti Aksa tidak akan suka idenya.

"Gak mau."

Yeara menunduk, dugaannya benar, Aksa tidak akan mau.

"Yaudah..." Jawab Yeara lesu, semangatnya hilang seketika karena penolakan Nathan Aksa, padahal pesta lentera itu sangat diimpikan Yeara, Yeara selalu bermimpi bisa kesana bersama Aksa tapi hal itu tidak mungkin terjadi, Aksa sangat membencinya.

"Yaudah."

"Hem..." Jawab Yeara.

"Gue mau."

Deg

Yeara membulatkan matanya dengan sempurna, apa dia tidak salah dengar kan? Aksa bilang 'mau' kan? Yeara tidak halusinasi 'kan? Tolong siapapun bangunkan Yeara dari mimpi indahnya.

"Kakak Aksa mau?" Gugup Yeara tanpa memudarkan senyumannya. Gadis bersurai merah itu sangat bahagia.

"Terpaksa, gue gak mau lo ngadu ke mama papa."

Seketika senyuman manis itu memudar, seiring air matanya yang jatuh, Yeara kira Aksa tulus menemaninya keacara tersebut, ternyata Aksa hanya terpaksa karena takut pada mama dan papanya.

Sebisa mungkin Yeara menahan tangisnya agar tidak terdengar oleh Nathan Aksa.

"Ya-yaudah, yang penting kamu mau." Ujar Yeara.

Sambung pun terputus, Yeara melempar ponselnya ke sofa lalu menangis membenamkan wajahnya ke bantal. Yeara tidak peduli jika besok matanya akan membengkak.

•••

Pagi pun tiba, Gavin Atmaja sudah berada didepan rumah Yeara, gadis itu tersenyum ketika melihat Gavin melambai kearahnya.

"Pagi Year-"

Gavin menghentikan ucapannya saat melihat mata Yeara yang membengkak.

"Lo nangis?"

Yeara tersenyum.

"Iya, habis dimarahin mama semalam." Bohongnya.

"Lain kali lo harus nurut apa kata mama, yaudah naik gih, nanti telat lagi."

Yeara pun mengangguk lalu menaiki motor Gavin.

"Kak, lo kok beneran jemput gue? Gue kira lo cuma main main?" Tanya Yeara diatas motor, Gavin tersenyum dibalik helmnya.

"Gue gak main main kok, gue serius." Jawab Gavin setengah berteriak agar Yeara mendengarnya.

Seperti gue serius suka sama lo, batin Gavin, laki-laki itu tak memudarkan senyumannya sejak tadi.

Tanpa disangka Gavin menarik tangan Yeara agar memeluknya, membuat gadis bersurai merah itu terkejut.

"Pegangan gue mau ngebut!" Ujar Gavin, Yeara pun menurut demi keselamatannya.

•••

Setelah mengantar Yeara ke sekolah, Gavin langsung pergi ke kampusnya, hari ini dia akan membuka kafe setelah pergi ke kampus untuk mengikuti kelas pertamanya.

Yah, setelah melalui masa yang panjang untuk menjadi mahasiswa hukum akhirnya Gavin bisa bernafas lega karena ternyata ia lulus dan hari ini adalah hari pertamanya menjadi mahasiswa sesungguhnya Universitas Euphoria.

Gavin memarkirkan mobilnya, dia membuka jendela mobilnya dan tersenyum menatap teman -iya, teman yang tidak menganggapnya sebagai teman- laki-laki menyebalkan yang sayangnya juga lulus jadi mahasiswa hukum.

"Hai teman!"

Laki-laki itu melirik sebentar sebelum akhirnya melangkah pergi, melihat itu Gavin segera membuka mobilnya dan mengejar temannya yang menyebalkan.

"Woy! Nathan Aksa!" Teriak Gavin tak tahu malu berteriak didepan banyak mahasiswa hukum.

"Tungguin gue dong bro!" Ujar Gavin seraya merangkul bahu Aksa dengan seenaknya membuat Nathan Aksa kesal dibuatnya.

"Jangan sok kenal!" Ucap Aksa.

"Emang kenal kok, lo kan teman gue, iya kan?"

"Tapi Lo bukan temen gue." Jawab Aksa cepat, Gavin mendengus kesal, dia harus lebih bersabar kepada sosok Nathan Aksa yang kelewat menyebalkan ini.

"Yaudah, tapi lo tetep temen gue, temen pertama di kampus ini." Ucap Gavin. Terserahlah Aksa tidak peduli terhadap Gavin.

Tiba tiba, Aksa menghentikan langkahnya ketika melihat segerombolan mahasiswa kedokteran yang entah bagaimana berada di fakultas hukum.

Aksa merasa melihat Mira diantara kerumunan itu, mungkin karena efek rindunya terhadap gadis itu, dulu saat masih kecil Aksa dan Mira berjanji akan masuk ke sekolah kedokteran bersama-sama. Tapi kini, Aksa tidak bisa mewujudkannya. Bahkan Aksa terpaksa masuk hukum demi melupakan Mira, Aksa tidak mau terus larut dalam kesedihan.

Gavin menepuk bahu Aksa membuat Aksa tersentak.

"Ngapain sih ngalamun dari tadi!?"

"Bukan urusan lo." Jawab Aksa ketus.

•••

Disisilain, Dean tengah menatap Yeara dari kejauhan, Dean jadi gugup saat melihat Yeara, seharusnya tadi malam Dean tidak berbuat lancang dengan mencium kening gadis itu.

Dean bodoh! Benar kata Kak Jeffrey yang selalu memaki Byan adiknya itu dengan kata 'Ternyata cowok pintar bisa bodoh juga' . Byan Arka Guinandra adalah teman satu angkatan Dean sekaligus ketua Osis di SMA Euphoria, Byan adalah musuh terberat Dean karena anak laki-laki itu juga sangat pintar, untung saja Byan tidak satu kelas jadi peringkat pertama tetap dipegang oleh Dean. Tapi Dean tetap tidak bisa mengalahkan Byan yang terlalu pintar dan selalu masuk 10 besar sebagai siswa terpintar di SMA Euphoria. Et- Bukan berarti Dean tidak masuk sebagai siswa terpintar, justru laki-laki itu juga termasuk dalam urutan 10 besar siswa terpintar. Meskipun peringkatnya masih dibawah Byan Arka Guinandra.

"Dean, ngapain disini?"

Dean Skala Pratama tersentak saat Joshua entah bagaimana telah berdiri disampingnya, laki-laki itu tampak habis ke kantin karena membawa banyak makanan dikantung plastik.

"Lu beli buat gue gak?"

"Dih, beli sendiri sana." Balas Joshua, Dean lantas menatap Joshua dengan kesal, hampir saja ia memaki Joshua, tapi tidak jadi saat melihat Lira dan Yeremia datang membawa banyak makanan, ini kesempatan Dean untuk meminta, mereka lebih baik hati ketimbang Joshua!

Dean memang selalu seperti itu, karena ia harus berhemat untuk membayar tagihan listrik dirumah besarnya. Mama papa Dean tega sekali tidak bertanggung jawab atas rumah yang ditempati Dean. Padahal Gavin selalu meminta Dean tinggal dirumahnya tapi Dean selalu menolak dan akhirnya Gavin hanya bisa mengawasi dari kejauhan.

Jangan lupakan bahwa selama ini Dean Skala Pratama jadi guru les privat, jadwalnya terlalu penuh sebagai seorang siswa kelas 11, bahkan Dean hampir selalu belajar sepanjang hari tanpa henti.

Ia juga sering mendadak pusing saat belajar dan berakhir mimisan karena kelelahan, Gavin bahkan juga sering memarahi Dean yang tak bisa menjaga kondisinya sendiri. Gavin sebagai kakak sepupu yang dipercaya kedua orang tua Dean itu jadi kewalahan menghadapi Dean Skala Pratama yang keras kepala.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status