"Aku juga membutuhkanmu, Ayara. Sangat."Ayara bergeming. Andai saja bisa, dia ingin membagi tubuhnya, untuk Arlo dan Cashel.***Arlo menerima telepon dari Among saat sedang berdua dengan Ayara. Walaupun sangat ingin bisa lebih lama bersama dengan gadis yang lama ia cari, dan baru dipertemukan itu, ia terpaksa pamit untuk pergi. Ada hal penting yang harus mereka lakukan."Jangan ke mana-mana, aku akan menjemputmu setelah ini," pinta Arlo kepada Ayara. Ayara tidak menjawab, karena hatinya tahu sekali, dia harus bersama Cashel, meskipun sangat ingin kembali bersama Arlo.Cashel tidak memiliki siapa siapa lagi selain dia. Sedangkan Arlo, masih memiliki ayah yang sangat menyayanginya. Memiliki banyak anak buah, dan teman. Meskipun Ayara tidak pernah melihat Arlo bersama temannya, selain Among. Arlo juga masih memiliki semua kemewahan hidupnya. Bahkan pelayan kamar yang baru, jika pria itu menginginkan. Sedangkan Cashel, bahkan kartu ATMnya pun dibekukan. Ke depannya Cashel harus berjuang
Menyaksikan sahabatnya hanya diam dalam keadaan tertuduh, Yudha merasa heran. Segera didekatinya Cashel dengan penuh tanya, “Kamu tidak ingin mencegahnya, Cashel?”Cashel tidak menjawab, sebagai gantinya, pria itu justru berbalik arah dan masuk ke rumah Yudha. Lalu duduk di kursi, dan meminta Yudha menjauh darinya. Cashel ingin sendirian. Hatinya terlalu sakit, untuk mencerna kenyataan.***Di dalam hutan, Ayara tidak berhasil menemukan jejak Arlo. Dia hanya menemukan, semak yang berantakan, dan patah di mana-mana. Ia bisa menyimpulkan, itu bekas perkelahian. Ada darah di mana-mana.Tidak bisa menemukan Arlo di dalam hutan, Ayara keluar dari sana. Dia sampai di sebuah pedesaan yang ramai dengan banyak orang yang melakukan aktivitas.Seperti kehidupan di pedesaan umumnya, ada yang pergi ke pasar untuk menjual hasil panen mereka. Ada juga yang membawa peralatan bercocok tanam di ladang.Ayara melangkah dengan kecepatan di atas rata-rata. Sesekali bertanya, di mana ada penginapan. Banyak
Seorang pelayan yang sejak tadi menguping di depan pintu kamar Rhys Victor, langsung terperangah. Jadi benar kecurigaan, Among?Pria bodoh itu..., senyap. Hanya ada suara ketukan beberapa kali dari dalam kamar. Gadis pelayan itu menduga, itu pasti suara benturan gelas Rhys saat diletakkan di meja. Pelayan mematikan ponselnya. Kemudian memasukkan benda pipih itu ke dalam saku rahasianya, yang paling aman dari jangkuan.Pelayan itu mengetuk pintu.“Tuan, apakah Anda membuthkan bantuan?” Senyap, tidak ada jawaban. Pelayan itu tersenyum.Dasar penjahat! Kamu akan menuai buah perbuatanmu sendiri!Dua hari yang lalu, sebelum ia dikirim menjadi pelayan di penginapan ini, ia sedang kebingungan karena tidak memiliki tujuan jelas. Tidak memiliki uang dan tempat tinggal.Tiba-tiba seseorang memanggil namanya dengan lembut. Saat dia menoleh, di depannya seseorang yang sangat dia kenali. Orang yang seketika membuatnya tersenyum bahagia, karena mengira akan memiliki harapan untuk bertemu dengan sos
"Jadi, kamu diam-diam menyimpan bunga baru mekar yang indah di rumahmu?" Sejak pertanyaan itu, Dihyan sudah merasakan gelisah. Nawang Nehan majikannya, sudah mengetahui bahwa dia memiliki seorang putri yang cantik jelita, usia remaja.Dengan langkah gontai, Dihyan keluar dari ruangan megah di rumah rumah itu. Ruangan yang selama ini selalu menjadi tempat ia dan majikannya bertemu, untuk membahas segala hal. Rasanya dia tidak percaya jika hal ini akan menimpa keluarganya. Dia tidak pernah menyangka, meminta putri tunggalnya datang ke rumah besar ini, merupakan kesalahan fatal, yang konsekwensinya akan diderita putri kesayangannya itu, di sepanjang kehidupannya kelak. Kemarin, putrinya menghubungi, meminta sejumlah uang yang harus ada saat itu juga. Ada tagihan mendadak dari kampus, katanya. Dan itu tidak bisa ditunda, harus langsung ada saat itu juga. Dihyan sedang bekerja pagi itu, sementara majikannya telah memberinya pesan, ia tidak boleh meninggalkan tempat, karena akan ada tamu
PART 2. PerkelahianAyara sedang dalam perjalanan pulang, ketika sayup-sayup telinganya mendengar percakapan mencurigakan di balik gedung kosong, yang hampir ia lintasi. Suara lelaki dan perempuan.Didorong rasa penasaran, Ayara menyelinap di balik tembok. Pembicaraan itu mengusik hatinya. Mungkin mereka akan berbuat mesum, pikirnya, mengingati jalanan setapak itu begitu sepi.Dari balik tembok, dilihatnya seorang perempuan berbaju ungu, dan dua laki-laki sedang melakukan transaksi. Perempuan itu menyerahkan satu amplop tipis kepada salah satu dari pria tersebut. Juga satu botol kecil berisi cairan."Dia itu begitu rapi,” Ayara mengomentari penampilan si perempuan. “rasanya tidak mungkin jika dia hendak menjajakan diri, kepada dua pria itu di tempat seperti ini." Ayara terus mengamati. Sesaat, ia teringat sesuatu, bukankah itu perempuan yang kemarin dia lihat, bersama salah seorang manager platform kepenulisan Angkasa Biru, di acara temu penulis, di floating cafe? Sedang apa dia di si
Part 3. Pertemuan BerikutnyaTidak memerlukan waktu lama buat Ayara mencerna apa yang baru saja disampaikan oleh Dihyan. Balas budi. Dua kalimat yang tidak bisa Ayara bantah, karena keduanya tidak bisa lunas hanya dengan hukuman cambuk rotan.Berkali-kali Ayara menarik napas berat. Sebagai gadis jelang sembilan belas tahun, yang jiwa mudanya masih menggebu, dan menginginkan impiannya sendiri terwujud, Ayara sangat keberatan atas permintaan Dihyan dan Gayatri.Seharusnya dia meraung saat ini. Menolak dengan keras permintaan mereka. Orang yang telah membesarkannya itu. Namun Ayara tidak melakukannya. Pantang baginya menangis di depan orang, seperti wanita pada umumnya."Katakan sesuatu, Ayara," pinta Dihyan.“Ayara, kamu bersedia kan, Nak?” Gayatri menimpali dengan nada cemas. Mereka sangat tahu karakter Ayara. Sejak kecil, jika dia tidak mau melakukan sesuatu, dia akan berontak dan lebih memilih dicambuk lima sampai sepuluh kali di bawah pohon jambu air, di belakang rumah, hingga kedua
Part 4, Pria Arogan Di KelasnyaBegitu memasuki ruangan, Ayara langsung mencari tempat untuk duduk. Dia langsung tersenyum ketika mendapati Gistara, sahabatnya, memberi isyarat dengan jarinya agar ia datang kepadanya. Ayara langsung menuju tempat yang ditunjuk Gistara.“Apa yang terjadi?” bisik Ayara ketika ia telah duduk di belakang Gistara. Tumben, biasanya Gistara akan memberinya tempat di depan dia atau di sampingnya agar memudahkan mereka mengobrol di sela-sela materi.“Belum terjadi apa-apa, tetapi dia tadi sempat bertanya, apakah ada yang terlambat datang,” jawab Gistara.“Lalu?”“Gimana lagi, semua serentak menyebut namamu.”“Oke.”“Ayara awas!” tiba-tiba Gistara berseru. Dengan tangkas Ayara menggerakkan tubuhnya ke belakang. Sementara tangan kanannya menyambar benda yang barusan melayang menujunya. Lalu, dengan satu gerakan yang sangat cepat, Ayara kembali melempar benda tersebut kepada orang yang melemparnya."Wow …" gumam sebagian orang yang ada di ruangan.Ayara menatap t
Part 5. Rumah Nawang NehanKyra meraung, memohon kepada ayahnya agar tidak dibawa ke rumah Nawang Nehan. Kuliahnya tinggal tiga semester lagi selesai. Mimpinya untuk menjadi designer terkenal tinggal beberapa langkah lagi akan terwujud. Juga rencana menikah dengan Fusena setelah lulus kuliah. Pria tampan impian banyak wanita di kampusnya, yang kini menjadi pacarnya. Apa jadinya jika dia harus menikah dengan anak Nawang Nehan yang terkenal Arogan dan tak tersentuh hukum itu? Akan menjadi apa nasibnya?“Ibuuu aku mohon, Bu, bujuk ayah agar tidak melakukan ini kepadaku, Bu,” teriak Kyra. Gayatri hanya bisa memejamkan kedua matanya. Kedua tinjunya mengepal. Bayangan wajah Ayara tersenyum mengejeknya melintas di benaknya. Kamu telah mengecoh kami, Ayara. Nawang menarik tangan Kyra agar mau keluar dari rumah.“Ayah mohon, Kyra. Kita semua akan mati jika kamu juga menolak,” pinta Dihyan.“Lalu mengapa kalian tidak membiarkanku mati saja sejak bayi!” teriak Kyra.“Kyra,” Dihyan tidak berdaya