Home / Romansa / TERPERANGKAP HASRAT MAFIA KEJAM / Bab 4 Mencium Seluruh Tubuhnya

Share

Bab 4 Mencium Seluruh Tubuhnya

Author: Simbaradiffa
last update Huling Na-update: 2024-01-16 12:00:01

Plok! Plok! Plok!

Suara hentakan menggema di kamar yang menjadi saksi bisu direnggutnya kesucian Arsana yang selama ini dia jaga. Arsana hanya bisa menahan sakit dan perih, sementara Zayver bergelora di atasnya. Penuh nafsu, amarah, dan ... cemburu.

Apa benar Zayver merasa cemburu?

Kemurkaan seorang suami yang istrinya pulang malam bersama pria lain, apalagi namanya kalau bukan cemburu. Meskipun dalam hati Zayver, dia menyangkal perasaan itu dan menganggap bahwa hal yang wajar jika suami marah saat istrinya berbohong apalagi berkhianat.

Rasa gengsi telah menutup mata hatinya, Zayver mencurahkan semua gejolak amarah itu dengan caranya sendiri, yakni menggauli sang istri tanpa ampun, tak peduli jika Arsana kesakitan karena ini adalah pertama kali dia melakukannya.

Zayver menciumi seluruh tubuh Arsana dari rambut hingga kaki, lalu kembali memasukkan miliknya kedalam milik Arsana. Terkadang Arsana meronta kesakitan, Zayver akan memukulnya. Rasa sakit Arsana jadi berkali-kali lipat, dan dia hanya bisa menangis dalam kungkungan Zayver yang seperti orang kesetanan.

"Sebut namaku," perintah Zayver.

Arsana hanya diam, tidak melihat ke arah Zayver.

"Sebut namaku!" bentak Zayver, tangannya mencengkram kedua pipi Arsana.

"Zayver," lirih Arsana.

"Lebih keras lagi," pinta Zayver, sambil menghentakkan pinggulnya.

"Zayver, ah…”

"Stop, Zayver ... Ah… Ah, stop! Aku lelah," mohon Arsana, dan hal itu malah Zayver anggap sebagai sebuah permintaan.

Setiap kali Arsana mengatakan sudah, maka Zayver akan kembali melakukan aksinya dengan dihiasi bumbu-bumbu kekerasan. Tamparan, jambakan, dan pukulan, Zayver menikmatinya dan dia melakukan itu semua tanpa rasa lelah. Semalaman. Hingga tubuh Arsana rasanya remuk redam, tulangnya seperti hancur, hanya tersisa daging saja.

"Mau lagi?" bisik Zayver dan kali ini Arsana pura-pura tidur demi menjaga tubuhnya yang seperti sekarat saking kelelahannya.

"Pura-pura tidur?" kekeh Zayver memandangi jam dinding yang menunjukkan pukul dua pagi.

"Arsana! Arsana!" panggilnya dengan suara keras karena dia tahu kalau istrinya itu hanya pura-pura tidur saja.

Zayver lalu melangkah ke kamar mandi untuk mandi demi mengembalikan kesegarannya, karena dia ingin melakukannya lagi. Sedangkan Arsana membuka sedikit matanya, merasa lega karena akhirnya Zayver akan menyudahi aktivitas melelahkan dan menyakitkan ini. Begitu pikirnya.

Namun, tanpa Arsana duga, Zayver kembali menindih tubuhnya setelah kembali dari kamar mandi. Arsana yang merasa sesak dengan tindihan itu lantas mengeluarkan suara dan membuka matanya, hingga dia dapat melihat Zayver sudah segar di atasnya. Tersenyum menyeringai, persis seperti harimau yang hendak menerkam.

"Masih jam setengah 3," kata Zayver membalikkan tubuh Arsana agar telungkup dan memasukkannya dengan kasar bersamaan dengan jambakkan di rambutnya.

Arsana hanya bisa pasrah, karena melawan pun percuma, sebab dia hanya akan mendapat siksaan lainnya jika berani menolak.

Zayver melakukannya dengan berbagai gaya, bahkan menyuruh Arsana yang pemula untuk bergerilya di atasnya. Dengan terpaksa, Arsana naik ke tubuh suaminya yang wangi sabun mandi itu dan membiarkan Zayver menghentak-hentakkan tubuhnya, sementara Arsana hanya diam saja di atas sana.

Berkali-kali Zayver mengerang karena kenikmatan, berbanding terbalik dengan Arsana yang memekik kesakitan, sebab Zayver selalu melakukannya dengan kasar dan penuh kekerasan.

Malam pertama yang selalu dinanti-nanti setiap pasangan suami istri malah menjadi hal yang mengerikan bagi Arsana. Hatinya jauh dari kata bahagia, dan mungkin Arsana malah trauma dan makin membenci suaminya.

"Apa semua perempuan mengalami hal semenyakitkan ini?" desis Arsana saat hendak bangun dari tidurnya.

Arsana bangkit dari ranjang dengan hati-hati, merasa tubuhnya hancur sehingga meringis kesakitan. lalu mengambil pakaiannya yang berserakan di lantai dan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Kini, waktu sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Hampir dua belas jam Zayver mempermainkannya, dan kini lelaki itu tanpa rasa bersalah dan berdosa bisa tertidur pulas. Zayver tak melihat bercak darah di ranjangnya yang berantakan akibat ulahnya menggagahi Arsana, Zayver juga tak melihat Arsana yang kesulitan tidur saking sakit dan lelahnya.

Lelaki itu hanya mendengkur, menikmati moment fly-nya setelah mengeluarkan lahar panas yang membakar rahim Arsana.

***

Meskipun lelah dan wajahnya terlihat pucat, tak lantas membuat Arsana lupa akan tugasnya mengajar sebagai Guru Relawan. Setelah mandi, dia bersiap dengan pakaian rapi dan meninggalkan Zayver yang masih tertidur pulas.

Entah kapan suaminya itu akan bangun, Arsana tidak peduli. Dia hanya ingin melakukan tugasnya sebagai Agen Rahasia tanpa memikirkan bagaimana Zayver akan marah lagi nantinya. Tekad Arsana sudah bulat dan tidak bisa diganggu gugat.

Arsana mengingat-ingat jalan yang kemarin dilewatinya, hingga akhirnya sampai di sekolah tempat dia mengajar. Edward juga ada di sana dan sama-sama hendak masuk kelas.

"Selamat pagi, Bu Arsana. Anda terlihat pucat?" safa Edward.

"Mungkin saya kekurangan vitamin A, B, C, dan U," jawab Arsana.

"Apa itu vitamin U? Saya baru dengar," sahut Edward menautkan alisnya.

"Uang. Hahahaha ...." Arsana tertawa lepas seakan tak pernah merasakan sakit yang semalam menerpanya.

"Anda ternyata punya selira humor juga, ya!"

"Ya, kalau hidup lurus-lurus saja tidak seru!" timpal Arsana lalu masuk ke kelas 4, di mana para muridnya sudah menunggu.

***

Jam satu siang, Arsana sudah boleh pulang, dan waktu senggang itu dia gunakan untuk berkomunikasi dengan atasannya. Arsana diperintahkan segera mengintai gembong narkoba yang konon ada di sekitar tempat tinggalnya.

"Kamu temukan pabriknya tetapi jangan kentara, karena takut nyawamu terancam. Kamu selidiki saja dan kalau sudah menemukan tempat yang dicurigai, hubungi kami, dan tim elite dari kepolisian akan langsung terjun melakukan penangkapan."

"Siap, Komandan!" seru Arsana dan dia langsung berperan sebagai warga biasa saat hendak pulang.

"Hey, tunggu!"

Seseorang memanggilnya dan ternyata itu adalah Edward.

"Hi," safa Arsana.

"Mau pulang?" Arsana mengangguk dan mereka berjalan beriringan.

Dalam beberapa saat, tak ada yang berbicara di antara keduanya, hingga Arsana menemukan sebuah gedung usang di jalan menuju rumahnya. Arsana bahkan baru menyadari kalau di dekat rumahnya ada gedung usang itu.

"Edward, apa kamu tahu itu gedung apa?" tanya Arsana menunjuk ke arah gedung.

"Oh, itu gedung kosong dan terbengkalai," jawab Edward.

"Oh, ya? Mengapa tidak dipakai padahal gedung itu terlihat masih kokoh, kalau ada yang mengurusnya pasti takkan usang seperti itu."

Edward hanya diam, tak menanggapi perkataan Arsana yang seperti penasaran dengan keberadaan gedung itu.

"Aku mau ke sana," ucap Arsana, membuat Edward menoleh dan langsung melarangnya.

"Untuk apa? Bahaya! Takutnya di sana ada ...." Edward menggantung ucapannya.

"Ada apa? Masa bule penakut sih? Ikut, yuk," ajak Arsana dibalas gelengan oleh lelaki itu.

"Ah, cemen. Aku di sini kan Guru Relawan, selain bertugas mengajar, aku juga harus membaca situasi dan melihat keadaan. Sayang sekali kalau gedung itu kosong, aku bisa mengusulkan pada pemerintah untuk disegarkan dan dipakai kepentingan masyarakat. Iya, kan?"

Arsana berjalan menuju gedung itu, dan Edward yang juga penasaran akhirnya ikut Arsana juga.

"Huh, ikut juga kamu!" ledek Arsana.

"Aku mau melarang kamu, Bu Arsana! Konon di sana ada sebuah perkumpulan mafia, selama aku mengabdikan diri di sini, tak ada seorang pun yang berani mendekat apalagi masuk ke sana!" jelas Edward membuat Arsana tersenyum senang karena perlahan, dia menemukan titik terang.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nelangsa
kuat juga arsana ya. digali berkali-kali masih bisa pergi mengajar.
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • TERPERANGKAP HASRAT MAFIA KEJAM   Bab 50 Akhir Segalanya

    Arsana selesai mengemasi semua pakaiannya dengan hati yang berat. Setiap pakaian yang dilipatnya terasa seperti menambah beban di dadanya. Setelah semuanya dimasukkan ke dalam koper, dia menghela nafas panjang, mencoba menguatkan diri. Dia mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi nomor Zayver, namun sayangnya ponselnya tidak aktif. Kegelisahan menyelimuti hatinya. Arsana merasa bingung dengan kepergian Zayver yang tiba-tiba dan juga dengan hilangnya pengawalan anak buah Zayver yang biasa menjaganya. Seakan-akan Zayver telah menarik semua penjagaannya, meninggalkannya sendirian di rumah.Merasa hampa dan kesepian, Arsana mencoba mengirim pesan kepada kedua sahabatnya, Leana dan Zahra, bahwa dia akan meninggalkan Papua lebih dahulu. Kata-kata yang dituliskannya terkesan datar, mencerminkan kebingungannya. Dia menatap layar ponselnya sejenak, berharap ada keajaiban yang akan terjadi, namun kenyataan tetap saja menyakitkan. Setelah semua persiapannya selesai, Arsana segera menuju band

  • TERPERANGKAP HASRAT MAFIA KEJAM   Bab 49 Berlutut Di Lantai Berdebu

    Setelah memarkir mobilnya, Arsana masuk ke dalam mall dan berputar-putar untuk mengetahui siapa yang membuntutinya. Dari kaca toko yang dilewatinya, Arsana melihat dua orang pria mengikuti dari kejauhan. Arsana segera merencanakan langkah berikutnya.Dengan cepat, Arsana memasuki sebuah toko pakaian dan menghilang di antara rak-rak baju. Dia memilih beberapa pakaian, berpura-pura mencoba beberapa di antaranya di ruang ganti. Di dalam ruang ganti, Arsana mengamati dua pria itu dari cermin kecil yang dipasangnya di sudut ruangan. Pria-pria itu tampak kebingungan mencari Arsana.Setelah beberapa saat, Arsana melihat celah untuk keluar dari toko tanpa terlihat. Dia menyelinap keluar dan dengan cepat menuju pintu belakang mall. Begitu berada di luar, Arsana dikejutkan oleh dua orang yang tiba-tiba mencegatnya."Nona Arsana, ini kami," ucap salah satu pria yang tak dikenali Arsana."Siapa kalian? Kenapa mengikutiku?" tanya Arsana dengan tegas."Aku anak buah Zayver yang diperintahkan Matteo

  • TERPERANGKAP HASRAT MAFIA KEJAM   Bab 48 Sebuah Kebenaran.

    Saat sampai di rumah, Arsana mendapati Matteo, Kris, serta kedua temannya, Leana dan Zahra, sudah menunggunya. Leana dan Zahra langsung memeluk Arsana, mencoba menenangkannya."Arsana, kami di sini untukmu," kata Leana dengan suara lembut."Kami tahu ini berat," tambah Zahra sambil mengusap punggung Arsana.Arsana menarik napas panjang, lalu melepaskan pelukan mereka. Ia menatap Matteo dan Kris dengan mata penuh pertanyaan. "Aku harus tahu. Apakah Zayver benar-benar terlibat dalam kasus ilegal ini?"Matteo mengangguk pelan. "Ya, kita memang terlibat, tetapi bukan dalam barang ilegal seperti narkoba. Kami berempat terlibat dalam perdagangan senjata ilegal, bahkan kami baru saja membangun sebuah tempat gudang penyimpanan dan juga tempat pembuatannya disini untuk cabang baru."Arsana di buat terkejut. "Senjata ilegal? Bagaimana bisa?"Matteo melanjutkan, "Sejak dulu, Zayver adalah seorang Mafia dengan koneksi yang cukup luas, sebelum menjadi CEO di perusahaannya sekarang. Namun, dia tida

  • TERPERANGKAP HASRAT MAFIA KEJAM   Bab 47 Penuh Percaya Diri

    Keesokan harinya, Zayver berpamitan pada Arsana untuk pergi bekerja. Begitu juga dengan Arsana yang meminta izin pada Zayver untuk pergi ke studionya.Setelah mendapatkan izin, Arsana segera mengemudikan mobil miliknya. Namun, dalam perjalanan, Arsana mengambil arah lain, bukan ke tempat studionya. Dia menuju sebuah bangunan untuk bertemu dengan rekan tim agennya. Mereka telah mendapatkan informasi dari salah satu rekannya yang berhasil masuk ke dalam bangunan tersebut dan mengaku sebagai pekerja, bahwa bangunan itu digunakan untuk memproduksi barang ilegal dan obat-obatan terlarang. Selain itu, di dalam bangunan besar tersebut juga terdapat banyak gudang penyimpanan persenjataan ilegal yang baru saja tiba.Sebelum sampai ke tempat tujuan, Arsana menyimpan mobilnya di sekolah lamanya, di mana dia biasanya mengajar sebagai guru relawan. Namun, setelah insiden kebakaran villa yang membuatnya kehilangan anak pertamanya, Arsana berhenti mengajar.Arsana segera berjalan mendekati sebuah mo

  • TERPERANGKAP HASRAT MAFIA KEJAM   Bab 46 Kedalam Pelukan

    Alex belum juga menjawab, Zayver telah memutuskan teleponnya, menyimpannya begitu saja. Zayver memandang ke arah wajah Arsana yang sedang terlelap tidur. Dia tidak mengerti dengan apa yang dikatakan Alex, sehingga memilih untuk tidur kembali dan membawa Arsana kedalam pelukannya. ****Keesokan harinya, Arsana tidak dapat pergi kemanapun karena Zayver ada di rumah. Dia hanya duduk di ayunan taman belakang sambil menunggu kedatangan Zayver yang sedang mengambil minuman untuk mereka berdua.Zayver yang ingin kembali menemui Arsana di halaman belakang, tiba-tiba melihat kedatangan Alex, Matteo, dan Kris. Entah apa yang mengundang kedatangan mereka tiba-tiba, tanpa menghubungi Zayver terlebih dahulu.Zayver mengerutkan kening, merasa ada yang tidak beres. Dia berjalan mendekati mereka dengan langkah cepat. “Apa yang kalian lakukan disini?” tanyanya dengan nada tegas, seakan tidak suka dengan kehadiran mereka.Alex tersenyum tipis. "Tentu saja untuk bertemu istrimu,” jawabnya."Ck!” Zayve

  • TERPERANGKAP HASRAT MAFIA KEJAM   Bab 45 Melepas Semua Pakaiannya

    Setelah pertemuan selesai, Arsana keluar dari ruangan dengan langkah tegap. Dia tahu bahwa kegagalan bukanlah salah timnya melainkan dirinya sendiri yang terlalu fokus pada kehidupan pribadinya. Namun kali ini, Arsana akan berusaha untuk mulai fokus kembali pada misinya yang belum selesai sebelum dia mengundurkan diri dari pekerjaannya.Dengan langkah cepat, Arsana memasuki sebuah taksi untuk menuju studio.Arsana berhenti tak jauh dari studio foto miliknya yang sudah lama tidak dikunjunginya. Namun, ketika dia melangkah lebih dalam, hatinya sedikit terkejut melihat apa yang ada di hadapannya. Studio itu berantakan. Semua barang yang ada di dalamnya berserakan tak karuan. Dengan langkah cepat, Arsana berjalan menuju meja kerjanya, tempat di mana komputer yang biasa digunakan untuk mencetak foto seharusnya berada. Namun, yang dia temukan hanyalah ruang kosong. Komputer dan mesin cetak lainnya hilang begitu saja.Arsana berdiri terpaku sejenak, mencoba memahami apa yang terjadi. "Ini pa

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status