Kyeo menyandarkan punggungnya di batang pohon. Jaraknya yang terlalu jauh dari gadis Akibara membuat Kyeo merasa aman dan yakin tidak akan ketahuan oleh gadis yang sudah berhasil membebaskannya dari segel.
Akan repot jadinya jika gadis itu sampai mengetahui bahwa Kyeo—iblis yang terpandang dan hebat luar biasa—ketahuan sedang mengawasi setiap pergerakannya.
Bisa-bisa gadis itu akan terus menggodanya, dan Kyeo sangat tidak mengharapkan hal itu terjadi.
Penglihatan yang tajam dan pohon yang tinggi benar-benar menguntungkan Kyeo dalam mengawasi setiap gerak-gerik sang gadis Akibara. Entah karena alasan apa ia memperhatikan gadis manusia itu, Kyeo sendiri pun tak tahu alasannya.
"Tunggu, apa yang sedang ia lakukan?" Dalam ketenangannya mengawasi sang gadis dari atas pohon, Kyeo melihat gadis itu menarik seorang pria muda beserta seorang kakek-kakek tua menuju ke arah kediaman me
Subuh hari itu, matahari belum menampakkan dirinya sebagai sang raja siang yang begitu penuh dengan sinarnya yang dikatakan bagus untuk meningkatkan daya tahan tubuh seseorang. Masih terlalu dini, dan matahari masih enggan keluar dari singgasananya. Bahkan sang fajar yang memiliki cahaya kemerah-merahan menjelang matahari terbit pun belum tampak, kala itu. Langit masih gelap gulita, bulan masih bersinar dengan sinarnya yang redup. Jalanan begitu lengang, terdengar bunyi-bunyi burung malam yang saling bersahut-sahutan di kedalaman hutan. Lolongan makhluk malam; anjing hutan pun terdengar sesekali. Membangkitkan bulu roma tanpa alasan yang pasti. Menakutkan ketika hal itu terjadi secara tiba-tiba. Walau tak terlihat ada seorang pun penduduk desa yang keluar dari dalam rumah subuh hari itu, nyatanya ada satu sosok yang berjalan di tengah kegelapan. Sendirian, tak kenal rasa takut. Ia berja
Rin tidak mengerti mengapa Kyeo menjauhinya tanpa sebab akhir-akhir ini. Iblis itu selalu saja menghindar ketika ditanya mengenai perubahan sikapnya yang selalu menjaga jarak dari sang gadis. Bahkan, ketika mereka duduk bersantai atau sekadar jalan pagi keliling desa, Kyeo selalu berada di jarak yang cukup jauh darinya. Sebelumnya Kyeo tidak pernah seperti itu, sebab ia selalu mengikuti ke mana saja gadis Akibara pergi. Iblis itu benar-benar membuat Rin heran dengan tingkahnya yang tak seperti biasanya. Pernah, Rin mendengar kisah dari seorang penduduk yang menyaksikan Kyeo bertarung dengan siluman banteng yang mengamuk. Iblis itu hanya menggunakan kekuatan fisiknya saja ketika melawan banteng malang tersebut, dan sama sekali tidak mengeluarkan kekuatan iblisnya. Seolah-olah sedang menumpahkan kekesalannya, melalui pukulan demi pukulan yang ia layangkan kepada siluman banteng itu. Kyeo
Rin tersentak, terkejut mendapati sang kakak yang tiba-tiba saja sudah berada di hadapan mereka. Gadis itu langsung panik, apakah Yuuto melihat semuanya? Apa sang kakak melihat Kyeo yang menciumnya? Apa kakaknya tahu bahwa ... ia juga membalas ciuman Kyeo? Semua pertanyaan berputar-putar di benak sang gadis Akibara, menyebabkan kepanikan kecil di hatinya. Takut jika Yuuto berpikiran yang tidak-tidak, meski kenyataannya hal yang Rin dan Kyeo lakukan bukan seperti yang pria itu bayangkan. Yuuto mendekat dan meraih tangan adiknya. Ia menatap Kyeo dengan tatapan tidak suka. "Ayo, pulang!" perintahnya kepada sang adik. Rin ditarik paksa oleh Yuuto, menuju arah rumah mereka. Rin menoleh ke belakang, memandangi Kyeo yang terlihat murka. Kedua tangannya terkepal erat, wajahnya memerah karena memendam amarah di dasar hatinya. Rin menatap sang iblis sayu.
Rin merapikan diri, bersiap untuk pergi berlatih bersama Kyeo, saat tiba-tiba saja sang kakak mencegat langkahnya di depan pintu keluar—tepat di depan kamarnya. Ia menatap kedua mata Yuuto lekat-lekat. "Ada apa, Kak?" tanyanya cepat. Yuuto langsung menangkup pipi Rin seraya memperhatikan luka lecet dan memar keunguan di leher adiknya dengan cepat. Matanya memicing tajam, "Lehermu kenapa?" tanyanya penuh selidik. Ia baru menyadari memar itu setelah kembali lagi ke rumah adiknya. Rin berusaha menutupi bekas cekikan Kyeo dengan rambut panjangnya, menimbulkan ketidaksukaan dari sang kakak yang sedari tadi memperhatikan. "Rin, jawab Kakak," pinta Yuuto dengan nada tegas. Gadis itu hendak menceritakan semua yang terjadi kepada sang kakak, menjelaskan sampai tidak ada lagi kesalahpahaman. Namun, ia urungkan niatnya ketika melihat Kyeo sudah berdiri di ambang pintu masuk dengan tang
Di tengah hutan yang lebat, kala tengah malam menjelang, terlihatlah asap mengepul di satu titik. Aroma pembakaran daging tercium dari puluhan meter, membuat para serigala hutan melolong satu sama lain dari atas tebing yang tinggi. Yuuto meraih sebuah ranting sedang dan panjang yang telah dibersihkan, ia lalu mengambil seekor ikan yang didapatnya dari sungai yang berada tak jauh dari sana. Kepulan asap sebelumnya berasal dari api unggun yang pemuda Akibara itu nyalakan. Malam yang dingin dapat sedikit ditaklukan dengan kehadiran api yang menyala dari tumpukan kayu yang terbakar. Yuuto yang sudah selesai menusuk ikan berukuran sedang miliknya, segera menancapkannya ke dekat api unggun yang menyala. Sembari menunggu ikannya matang, Yuuto terlihat merenung memikirkan sesuatu. Kedua tangannya tergenggam satu sama lain, sorot matanya tertuju pada api yang tengah membakar makan malamnya, sesaat kemudian ia mengus
Zura tersenyum tipis ketika melihat betapa posesifnya Kyeo kepada sang gadis Akibara. Ada sedikit perasaan tidak rela di hatinya saat melihat Rin dipeluk mesra oleh lelaki iblis lainnya. Hanya dia saja yang boleh memeluk gadis itu dengan mesra, dulu. Namun kini, ada orang lain yang juga menginginkan gadis yang ia cintai. Terlebih lagi, yang menginginkan gadis itu adalah iblis dengan kasta tertinggi di dunianya. Apakah Zura pantas memiliki gadis sebaik Rin? "Kami berdua membahas tentang—" "Tidak ada apa-apa, lupakan saja masalah ini!" Sang iblis kelelawar menjawab dengan nada emosi. Rangkulannya di pinggang Rin semakin bertambah erat. Dapat Rin rasakan sesuatu yang tidak pernah Kyeo tunjukkan kepada orang lain, termasuk juga kepada dirinya sendiri. Sebuah perasaan kuat dari sosoknya yang sama sekali tak ingin miliknya dibagi kepada orang lain. Menyentuh miliknya pun, akan membuat t
Bukan Kyeo namanya jika ia tak merasa kesal saat melihat Rin dan Zura berada di ruangan yang sama, terlebih lagi, di sebuah kamar yang awalnya hanya dipakai oleh Rin saja! Mereka satu kamar ... di tempat tidur yang sama ... dengan hanya satu ranjang kayu sederhana di sana. Bagaimana bisa Kyeo merasa tenang saat mungkin saja iblis Onigama itu mendekati sang gadis di saat gadis itu tidur?! Baiklah, ini memang tidak seperti Kyeo yang biasanya. Kyeo di hari-hari biasa itu selalu mengabaikan Rin dan tak peduli terhadap keberadaan sang gadis. Namun, iblis itu berubah saat menyadari ada sesosok iblis lainnya yang juga dekat dengan sang gadis Akibara. Kyeo tidak suka fakta ini. Terlebih lagi, iblis itu seperti menyimpan rasa kepada Rin, lalu jika itu tidak cukup, Kyeo juga tahu jika Rin pun menaruh rasa kepada iblis berwajah babyface itu! "Cih, mereka gila," maki Kyeo seraya mendengkus kesal. S
Rin pikir, dengan berakhirnya pembicaraan di antara mereka pada siang hari itu, Kyeo akan sadar dengan tingkah lakunya yang menyebalkan, lalu pulang ke rumah mereka seperti tidak terjadi apa-apa. Namun, dugaan Rin salah. Nyatanya iblis itu tidak kembali juga walau hari sudah gelap dan matahari telah bertukar posisinya dengan bulan. Kyeo nyatanya tak kembali juga ke rumah sang miko sampai berjam-jam lamanya. Meski sebelumnya Kyeo sempat mengungkapkan semua kekesalannya kepada sang gadis Akibara, tapi ternyata itu tak cukup bisa membuat Kyeo kembali pulang ke rumah. Rin sungguh tak mengerti. Apa yang Kyeo inginkan sebenarnya? Ingatan gadis itu lantas melayang pada ingatan siang hari itu, di mana Kyeo hampir saja mencium bibirnya. Rin lagi-lagi tak mengerti. Itu tak seperti kebiasaan Kyeo yang Rin ketahui. Yang gadis itu tahu tentang sang iblis adalah Kyeo suka sekali mengejutkannya dengan serangan tiba-tiba.