Beranda / Romansa / THE DUKE WILLIAM ( 9 ISTRI ) / CEMBURU TERNYATA MENYAKITKAN

Share

CEMBURU TERNYATA MENYAKITKAN

Penulis: Raifiza27
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-05 14:16:48

"Tuan ... Tuan!"

Terdengar suara Benton yang terus berteriak mencari sosok William. Membuat Ester dan Esmo berlari tergopoh-gopoh berlari menghampirinya.

"Kamu ini gila ya?" sentak Esmo berang.

"I-ituuuu ...!"

"Itu apa?"

Benton terus menunjuk ke arah belakang. Di mana tempat kandang kuda berada. Membuat kedua wanita itu saling beradu pandang.

"Sebenarnya apa yang kamu lihat?"

"Mariana ... Mariana kembali pulang."

Sontak raut wajah Ester dan Esmo sumringah. Mereka sangat senang mendengar kabar itu. Lalu bersiap-siap akan menjemput tuannya.

"Berhenti! Dengarkan aku dulu bicara!" Kini dia yang menyentak kedua wanita itu.

"Ada apa lagi?"

"Tak ada Nyonya bersama Mariana," ucap Benton lirih.

Tiba-tiba mereka mendengar derap langkah yang keras,  menuju arah mereka bertiga. Seketika mereka menoleh dan melihat sosok William sudah berdiri di belakang ketiganya.

"Siapa yang datang?"

Benton segera menghampiri William.

"Mariana, Tuan. Dia datang hanya seorang tanpa Nyonya."

Raut wajah William yang semula kaku dan dingin, mulai mencair. Berubah memerah. Dari sorot matanya terpencar kekhawatiran.

"Apa tali kekangnya terputus?"

"Tidak, Tuan. Semua lengkap, bahkan Mariana tak ada luka sama sekali."

Mendengar kalimat yang terlontar dari Benton. Napasnya terdengar menderu kasar. Sangat terlihat jika William panik. Tak ada seorang pun yang bisa menyangkal hal ini.

"Sekarang juga siapkan kudaku!" teriak William berjalan cepat menuju arah pintu keluar yang berada di samping kastil.

Mendapat perintah dari tuannya. Segera Benton berlari dengan cepat. Hanya dalam sekian detik, kuda berwarna hitam yang terlihat sangat tangguh, telah siap.

"Huuuppp!"

Hanya sekali loncatan yang cukup tinggi. William sudah berada di atas punggung kuda. Walau hujan masih mengguyur deras. Tak menyurutkan niat William mencari sosok sang istri.

Kuda pun melaju dengan kencang. Pandangan mata Esmo dan Ester terus mengekor pada kepergian sang tuan. Mereka berdua berharap Jill Anne akan baik-baik saja.

"Apa yang kalian lihat?"

Tiba-tiba, Beatrix sudah berada di belakang mereka dengan pandangan heran.

"Kenapa kalian diam? Jangan buat aku bertanya sampai dua kali ya!"

"Ehhhh ... itu Nyonya Floy. Tuan sedang mencari Nyonya Jill Anne," sahut Ester.

Esmo pun segera meninggalkan Ester bersama dengan Beatrix.

"Hemmm, aku sudah menyuruh untuk mencarinya. Tapi, dia malah menolak. Sekarang malah pergi. Dasar, gitu udah bikin aku nangis."

Beatrix kembali menuju kamar. Terlihat sekali dia masih sangat kesal, dengan sikap William yang kasar padanya.

Ester yang melihat tingkah Beatrix. Hanya bisa geleng-geleng.

"Baru sehari," bisiknya lirih.

_oOo_

Derap tapak kuda terdengar kencang beriringan dengan air hujan yang mengguyur. Yang sekian lama, tak juga berhenti. William melihat ke arah laut. Pusaran angin puting beliung seakan ingin memporak porandakan semua isi laut.

"Aku harus lebih cepat dari badai itu. Tapi, di mana aku harus mencarinya?"

William membelokkan arah kudanya. Menyusuri pantai dari ujung ke ujung.  Hingga dua kali dia melintas. Dengan harapan bisa menemukan sosok Jill Anne.

"Tak mungkin dia bunuh diri. Sangat tak mungkin!"

Namun, hingga detik ini pun. Sosok sang istri tak juga dia temukan.

"Jiiill ...!"

"Jiiill ...!"

Sampai William kehabisan suara. Serasa dia putus asa. Akan tetapi dalam benak hatinya. Dia tak terima jika sampai Jill, tak ditemukan.

"Aaaaarghh! Kamu di mana Jill?" teriaknya terus tak henti.

Hingga angin bertiup semakin kencang. Sepintas dia melihat pusaran puting beliung, masih bergerak di tengah laut. Sesaat hati William bergetar hebat. Seakan  berkecamuk antara penyesalan dan ego seorang lelaki.

Tanpa sengaja, manik matanya tertuju pada kain yang berkibar tertiup angin. Buru-buru dia menghentakkan kedua kakinya, di kedua sisi perut kuda. Yang langsung melesat kencang.

"Hiiiiaaaahhh!"

Sampai akhirnya, pandangan mata William menangkap seseorang yang terlentang.

"Jill ... jill!"

Dia langsung melompat dari kuda. Lalu berlari kencang menuju sang istri yang dingin membeku.

"Tidak ... tidak! Kau jangan pergi tinggalkan aku. Kau tak boleh pergi, Jill!"

Dia langsung menggendong dan memeluk erat Jill Anne. Lalu naik ke atas kuda. Yang langsung melesat dengan kecepatan tinggi. Dari kejauhan menara kastil miliknya telah terlihat. William semakin menghentakkan kaki, agar kudanya bergerak lebih cepat.

Saat kuda mulai memasuki halaman kastil. Beberapa pelayan sudah berdiri berjajar di pintu masuk depan dan samping.

"Ester ... Ester!" teriak William panik.

Dia menggendong tubuh Jill Anne dan segera membawa ke lantai dua. 

"Siapkan air hangat. Sup hangat dan madu hangat. Sekarang juga!" teriak Ester pada beberapa pelayan.

Lalu dia berlari menuju lantai dua. Bergegas Ester mengambil handuk dan pakaian kering untuk tuannya.

"Ester, di mana kau?"

"Biar saya yang merawat, Nyonya, Tuan. Kita butuh dokter, Tuan William." 

"Baiklah."

Bergegas William menuruni beberapa anak tangga.

"Robert!"

Salah seorang pelayan laki-laki menghampiri William.

"Iya, Tuan. Apa yang perlu saya lakukan?"

"Panggil Dokter Aston Dariel sekarang juga! Paksa kalau dia tak mau!" tegas William.

"Ba-baik, Tuan."

Segera dia menuju kamar pribadinya. Yang berada bersebelahan dengan kamar Jill Anne.  Esmo menghampiri dirinya. Setelah mempersiapkan pakaian kering dan bersih.

"Tuan ada sup hangat, di meja."

"Siapkan gelas anggurku, Esmo."

"Baik, Tuan."

Raut wajah yang masih kusut. William menghangatkan tubuhnya dengan menghabiskan dua gelas anggur terbaik buatan Prancis. Setelah sedikit merasa tenang. William keluar menuju kamar Jill Anne.

"Bagaimana kondisi Jill?" William berdiri di sebelah Esmo yang terus menggenggam telapaktangan tuannya.

"Badannya mulai hangat, Tuan."

"Ohhhh ...."

"Apa Tuan tak ingin memegang tangan Nyonya? Mungkin dengan snetuhan Tuan, Nyonya akan terbangun."

"Seyakin kamu?"

"Saya selalu meyakini apa pun yang baik dan benar, Tuan."

William memandang raut wajah Jill yang memucat. Bibirnya yang membiru, mulai sedikit memerah.

Tanpa banyak bicara. William duduk di sebelah Jill. Pandangannya terus menatap tajam pada sang istri. Dia membelai lembut wajahnya. Kemudian mengecup hangat bibir Jill, cukup lama.

Tanpa mereka sadari. Beatrix telah berdiri di ambang pintu. Sikap dan perhatian William pada Jill, yang begitu lembut dan manis. Membuat hatinya berdebar kencang. Entah marah atau cemburu yang melesak di dada.

Tak kuasa melihat perhatian yang diberikan William pada Jill. Semakin membuat dadanya terasa nyeri dan perih. Tak pernah Beatrix sangka semua akan seperti ini. Ternyata cemburu itu menyakitkan. Tak heran sampai Jill melakukan hal konyol seperti ulahnya tadi.

'Mungkin aku akan melakukan hal yang sama. Kalau sampai William memacari wanita lain lagi. Aku tak akan pernah bisa terima!'

Beatrix pun berjalan meninggalkan kamar Jill. Dia menuruni beberapa anak tangga tanpa melihat ke arah depan. Pandangannya tertuju ke bawah. 

Sampai sebuah benturan cukup keras membuat dirinya hampir terjatuh.

Bruuuukkk!

"Aaaahhhh!" teriak Beatrix.

Seorang lelaki muda, berwajah kharismatik dengan sigap menangkap dirinya. Hingga manik mata mereka saling beradu tanpa sapatah kata.

"Ohhh, maaf," ujar Beatrix lembut.

"Saya yang harusnya minta maaf pada Nona."

Tanpa banyak berbasa basi. Beatrix langsung mengulurkan tangannya.

"Beatrix Floy!"

Lelaki muda itu, menyambut uluran tangan Beatrix dengan sedikit membungkuk.

"Dokter Aston Dariel."

"Seorang Dokter?" ulang Beatrix seperti menggoda.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • THE DUKE WILLIAM ( 9 ISTRI )   PETUNJUK

    "Memangnya apa yang bisa aku lakukan?""Kamu ikuti prosedur mereka. Kami ingin tahu sampai sejauh mana William terjerat. Kasus ini saksinya hanya kamu, Sherley!""Tapi, aku tak melihat penembaknya. Bahkan sosok posturnya aku mulai sedikit lupa."Sampai Sherley teringat pada seseorang, si pemberi surat dari Angle White."Aku baru ingat!""Apa?" Jill meanatap tajam."Aku jadi ingat sama sosok si pengantar surat. Menurut aku perawakannya mirip penembak itu, cuman aku masih ragu.""Kamu jangan asal menebak, Sherley. Akan sangat berbahaya buat kamu. Sebaiknya kita fokus pada William."Sherley tertegun sejenak.'Kenapa Jill mengalihkan pembicaraan ini? Apa dia sudah punya rencana lain?"Buru-buru Sherley mendekati dan menarik lengannya sedikit menjauh dari Laurice dan Beatrix."Ada apa Jill?""Maksud kamu?""Apa yang kamu sembunyikan dari aku? Aku sangat tahu kamu, pasti kamu sedang mere

  • THE DUKE WILLIAM ( 9 ISTRI )   WILLIAM DIPERIKSA

    Tiba-tiba .... "Tidak salah sama sekali!" sahut Beatrix yang sudah berdiri di ambang pintu. Mmebuat mereka bertiga tersentak. "Kamu ... menguping?" sentak Jill geram. Dengan tenang dan santai, Beatrix menutup pintu kamar. "Tenanglah, Jill. Kalau dalam hal ini, aku sepakat denganmu. Kapan niat itu akan kamu lakukan?" Jill masih terlihat tegang dengan kedatangan Beatrix, hal yang tidak dia duga sebelumnya. "Percayalah sama aku. Tidak mungkin aku akan bocorkan perihal ini. Karena semenjak kejadian menyakitkan itu, aku membencinya." Sepertinya Jill bisa mempercayai Beatrix. "Baiklah kalau begitu. Kita akan menunggu apa yang akan dilakukan Lady Rose. Apa benar dia mampu membuat William benar-benar mengusir kita dari sini." "Dan pastinya menceraikan kamu, Jill," sahut Laurice. "Kalau itu sampai terjadi, kita akan keluar tanpa apa pun. Ingat juga, keluarga Lady rose suaranya masih didengar pihak kerajaan,

  • THE DUKE WILLIAM ( 9 ISTRI )   RENCANA PEMBUNUHAN

    "Mungkin, ada baiknya kamu ikuti saran dari surat itu. Siapa tahu Abel benar-benar mencintai kamu?"Sherley hanya tersenyum masam."Entahlah? Aku pun tidak bernapsu untuk mendapat cinta dari siapa pun.""Termasuk William? Tampaknya kamu telah tergoda padanya.""Dia terlalu banyak memiliki wanita. Sulit untuk bisa setia. Aku tak mau dan tak ingin hidup seperti kamu, Jill. Menderita!"Jill Anne hanya menyeringai dengan mengangkat sudut bibirnya."Itu William sudah menemui mereka. Aku hanya ingin kamu segera bebas dari permasalahan ini."Dari arah atas, terdengar suara Laurice memanggil mereka."Jill!"Kedua wanita menghentikan langkah, dan melihat pada Laurice yang berlari kecil mendekat."Ada apa ini?""William ada tamu dari para penyidik mengenai kasus penembakan Darriel.""Apa?! Ta-tapi tidak mungkin 'kan William melakukannya?""Semoga speerti itu, Lau. Kenapa? Kamu speertinya sangat ke

  • THE DUKE WILLIAM ( 9 ISTRI )   MENDERITA

    "Masih menduga?""Iya, karena belum terbukti apa pun. Mereka sama sekali tidak memiliki bukti tentang keterlibatan kamu.""Aku memang tidak melakukannya, Sherley!" tegas William.Jill Anne yang mendengar percakapan mereka menghampiri."Kalau aku boleh saran padamu. Sebaiknya kamu kasih ijin pada mereka, karena memang kamu bukan pelakunya. Jika kamu mempersulit, pasti mereka merasa benar atas dugaan selama ini."Sejenak William memikirkan perkataan Jill, tanpa berpikir panjang lagi. Sherley melirik padanya. Seolah mempertanyakan, saran Jill Anne yang bisa semakin menjebak William."Baiklah kalau begitu saran kamu, Jill. Aku yakin kamu masih peduli padaku.""William, tunggu!" Lady Rose mendekat. "Saran Jill itu gila! Buat apa kamu mengikuti mereka. Kamu 'kan punya kuasa.""Ahhh ... para bangsawan itu, mana ada yang peduli denganku, Rose. Mereka hanya memandang Jill Anne, yang pintar dan berduit, dari pada diriku!"

  • THE DUKE WILLIAM ( 9 ISTRI )   MENJEBAK WILLIAM

    Sepertinya William sudah tidak sabar menghadapi Sherley, yang menurutnya terus mengelak. Tangan kanan bergerak mencengkram lengan kiri Sherley kuat-kuat. Sampai membuatnya tersentak, karena sakit. "William!" sentak Jill Anne. "Tidak perlu kamu kasar begitu padanya!" "Wowww, kalian juga saling membela seperti ini? Ini hal yang sangat menarik, Jill," celetuk Lady Rose dengan senyum yang masam. Dalam waktu bersamaan, Jill Anne mendekati wanita itu. Dia mendorong kuat tubuhnya sampai hampir terjungkal. "Sekali lagi kamu ikut campur urusan kami, aku bungkam sendiri mulut kamu!" bentak Jill. Namun, ancaman itu semakin membuat Lady Rose tertawa. "Silakan kalau berani kau Jill Anne!" Sudut bibirnya menyungging, seakan mengajak Jill Anne untuk terus melanjutkan pertengkaran di antara mereka. Kesal dengan sikap Lady Rose, yang semakin mengejek. Tak segan Jill Anne menerjang tubuhnya, hingga kedua wanita bangsawan itu terhempas ke lantai.

  • THE DUKE WILLIAM ( 9 ISTRI )   PERTENGKARAN HEBAT

    Tiba-tiba,"Jill ... Jill!"Sontak Ester dan Jill berbalik dan memperhatikan sosok Sherley yang tersengal-sengal."Apa ... ada kejadian baru?""A-ada Nyonya. Sekarang juga Tuan William sedang menunggu Nyonya Sherley." Tampak Ester benar-benar khawatir."Kenapa dia mencari aku?" Sherley terlihat tegang."Hemmm ... kamu harus berhati-hati, Sherley. Aku takut kalau William mencurigai kamu soal ini.""Baik, Jill. Ester, di mana William menunggu aku?""Di lantai bawah, Nyonya.""Baik aku akan ke sana juga."Bergegas Sherley menuruni beberapa anak tangga. Dia tak ingin sampai William tahu ini adalah perbuatan dirinya. Melihat keaaan yang smekain runyam, Jill pun mengekori Sherley."Sherley, tunggu!"Wanita itu hanya menoleh dan meneruskan langkahnya."Ada apa, Jill?""Berhati-hatilah, William saat ini sedang didukung oleh Lady Rose. Dia sangat berbahaya, dan mampu membalikkan keadaan de

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status