Share

MERADANG

Author: Raifiza27
last update Last Updated: 2021-05-05 19:38:58

Lelaki muda itu, menyambut uluran tangan Beatrix dengan sedikit membungkuk.

"Dokter Aston Dariel."

"Seorang Dokter?" ulang Beatrix menggoda.

Dengan pandangan tertunduk, lelaki itu mengangguk. Sesekali Aston Dariel mencuri pandang ke arah Beatrix. Dia pun tahu jika Beatrix terus mengamati dirinya. Sampai pandangan mata  mereka saling berserobok. Saling beradu antara iris mata yang liar. Lalu keduanya saling melempar senyum. Sangat terlihat jelas, sang dokter terpikat oleh Beatrix yang menawan dan sangat menggairahkan.

"Silakan kalau mau ke atas, Dok!" Suara Beatrix cukup mengejutkan dokter muda itu.

"Tapi, anda tak ada yang terluka Nona?"

"Tak ada sama sekali," jawab Beatrix dengan wajah yang ramah.

Robert langsung mengajak dokter muda itu mengikutinya naik ke lantai dua. Menuju kamar Jill Anne.

"Hemmmm, sosok yang penuh kharisma. Apalagi dokter muda. Sayang, pesonamu masih kalah jauh dari William. William memang benar-benar penggoda wanita," ujar Beatrix berbisik.

Beatrix melanjutkan kembali langkahnya menuju taman samping. Yang penuh dengan bunga lily, berwarna warni. Membuat Beatrix memejamkan matanya sesaat. Lalu, menghirup udara segar yang berhembus. Seolah sedang menyambut dirinya.

"Kenapa Nyonya ada di sini?" tegur Ester.

Teguran Ester membuat Beatrix terkejut. Seketika dia menoleh. Ester sudah berdiri di sebelahnya.

"Apa aku tak boleh ke sini? Aku hanya ingin melihat bunga- bunga lily yang indah bermekaran, Ester."

"Sebaiknya Nyonya kembali ke atas. Di lantai dua, Nyonya bisa menemani Tuan di sana. Kalau Nyonya berada di sini, menunjukkan tak ada rasa empati Nyonya Floy pada Nyonya Jill!" tegas Ester.

"Harus seperti itu?"

"Begitulah etika yang harus dilakukan, Nyonya Floy," ucap Ester sedikit membungkuk.

"Baiklah, aku akan kembali ke atas. Hanya saja Ester, aku tak tahan melihat kemesraan mereka. Dada aku ini sakit rasanya. Kamu tahu kan, yang aku maksud Ester?"

"Nyonya cemburu?"

Beatrix mendekap tubuhnya sendiri. Mengusap kedua lengannya. Sampai terasa hangat. 

"Aku tak ingin menjawabnya Ester!"

"Itu masih belum seberapa, Nyonya. Bagaimana dengan perasaan Nyonya Jill Anne? Pernahkah Nyonya Floy, ikut merasakannya?"

Seketika tubuhnya bergetar. Seakan apa yang diucap Ester, sangat menyakitkan. Terlebih kemarahan dalam lubuk hatinya saat ini.

'William tak pernah bisa merasakan sakitnya hati ini. Andai aku bisa membuat kau cemburu?' 

"Naiklah ke atas Nyonya!"

"Oke, Ester. Aku akan naik ke atas."

Dengan perasaan dongkol. Beatrix kembali naik ke lantai dua. Dia hanya berdiri di ambang pintu. Sekilas Dokter muda itu melirik padanya.

"Bagaimana Dokter Aston?" William berdiri berhadapan dengan Aston Dariel.

"Kondisi Nyonya Jill, sudah membaik. Sangat benar sekali tadi langsung diberikan penghangat. Entah minuman atau sup hangat. Pasti sebentar lagi Nyonya akan siuman. Detak jantung dan nadinya semua normal. Kita tinggal menunggu dia sadar kembali."

"Terima kasih, Dok!" tegas William.

Dia ikut mengantar keluar kamar kepergian dokter muda itu.

"Floy, tolong kau jaga dia. Setelah ini aku akan kembali."

"A-aku menjaga dia, William?"

"Apa aku ada salah bicara?"

"Ta-tapi, William? Dia pergi karena marah sama aku. Bagaimana nanti kalau dia terbangun, terus melihat aku William?"

Lelaki tampan itu hanya mengibaskan tangan. Yang memberi artian, agar Beatrix tak banyak bicara.

"Uhhh, kesal kalau dia seperti ini. Sudah sok kuasa saja dia. Lama-lama menyebalkan, tapi aku terlanjur cinta," gerutu Beatrix.

Esmo yang mendengar. Hanya tersenyum masam.

"Biar saya saja yang menjaga Nyonya Jill," ucap Esmo.

Membuat Beatrix tersenyum lebar.

"Ta-tapi, nanti William akan marah sama aku. Haaahhhh ...!"

Akhirnya wanita cantik itu, duduk di pinggiran ranjang. Pandangan terus mengarah pada madunya yang masih saja pingsan.

Tak lama berselang. Tubuh Jill mulai menggeliat lemah. Buru-buru Esmo menghampiri. Lalu Jill mengerjap matanya hingga berkali-kali.

"A-aku di mana?" Suara Jill masih terdengar lemah.

"Nyonya sudah berada di rumah," sahut Esmo. Yang membuat Jill mengalihkan pandangannya. Namun kedua matanya,  seakan melotot lebar. Saat melihat Beatrix sudah berada di sampingnya.

"K-kau ...? Buat apa kau ke sini."

"A-aku di suruh sama 'suami' kita untuk menemani-mu."

Jill Anne terus menggeleng.

"Pergi ... pergi!" teriak Jill berusaha mengusir keberadaan Beatrix di dalam kamarnya.

"A-aku hanya mengikuti apa yang disuruh 'suami' kita," tukas Beatrix membela diri.

Mendengar kalimat wanita yang ada di hadapannya. Semakin membuat Jill meradang. Hatinya bagai terbakar api yang panas membara.

"Suami kau bilang?" Tatap matanya lekat mengarah pada Beatrix yang menahan kekesalan pada Jill Anne.

"Memang 'suami' aku. Apa salah aku menyebutnya begitu?"

"Yang benar kau ini hanya gundik!"

Beatrix tersentak dengan kalimat tajam Jill Anne yang kasar.

"Aku tak menyangka, perempuan berkelas sepertimu bermulut kasar dan jahat."

Bergegas Beatrix pergi meninggalkan kamar. Dia berlari kecil menaiki anak tangga menuju kamarnya sendiri.

"Akan ada saatnya, kau merasakan sakit ini! Lihat saja kau wanita sialan!" gerutu Jill Anne.

***

Follow Ig Raifiza_lina, F* Raifiza Lina

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • THE DUKE WILLIAM ( 9 ISTRI )   PETUNJUK

    "Memangnya apa yang bisa aku lakukan?""Kamu ikuti prosedur mereka. Kami ingin tahu sampai sejauh mana William terjerat. Kasus ini saksinya hanya kamu, Sherley!""Tapi, aku tak melihat penembaknya. Bahkan sosok posturnya aku mulai sedikit lupa."Sampai Sherley teringat pada seseorang, si pemberi surat dari Angle White."Aku baru ingat!""Apa?" Jill meanatap tajam."Aku jadi ingat sama sosok si pengantar surat. Menurut aku perawakannya mirip penembak itu, cuman aku masih ragu.""Kamu jangan asal menebak, Sherley. Akan sangat berbahaya buat kamu. Sebaiknya kita fokus pada William."Sherley tertegun sejenak.'Kenapa Jill mengalihkan pembicaraan ini? Apa dia sudah punya rencana lain?"Buru-buru Sherley mendekati dan menarik lengannya sedikit menjauh dari Laurice dan Beatrix."Ada apa Jill?""Maksud kamu?""Apa yang kamu sembunyikan dari aku? Aku sangat tahu kamu, pasti kamu sedang mere

  • THE DUKE WILLIAM ( 9 ISTRI )   WILLIAM DIPERIKSA

    Tiba-tiba .... "Tidak salah sama sekali!" sahut Beatrix yang sudah berdiri di ambang pintu. Mmebuat mereka bertiga tersentak. "Kamu ... menguping?" sentak Jill geram. Dengan tenang dan santai, Beatrix menutup pintu kamar. "Tenanglah, Jill. Kalau dalam hal ini, aku sepakat denganmu. Kapan niat itu akan kamu lakukan?" Jill masih terlihat tegang dengan kedatangan Beatrix, hal yang tidak dia duga sebelumnya. "Percayalah sama aku. Tidak mungkin aku akan bocorkan perihal ini. Karena semenjak kejadian menyakitkan itu, aku membencinya." Sepertinya Jill bisa mempercayai Beatrix. "Baiklah kalau begitu. Kita akan menunggu apa yang akan dilakukan Lady Rose. Apa benar dia mampu membuat William benar-benar mengusir kita dari sini." "Dan pastinya menceraikan kamu, Jill," sahut Laurice. "Kalau itu sampai terjadi, kita akan keluar tanpa apa pun. Ingat juga, keluarga Lady rose suaranya masih didengar pihak kerajaan,

  • THE DUKE WILLIAM ( 9 ISTRI )   RENCANA PEMBUNUHAN

    "Mungkin, ada baiknya kamu ikuti saran dari surat itu. Siapa tahu Abel benar-benar mencintai kamu?"Sherley hanya tersenyum masam."Entahlah? Aku pun tidak bernapsu untuk mendapat cinta dari siapa pun.""Termasuk William? Tampaknya kamu telah tergoda padanya.""Dia terlalu banyak memiliki wanita. Sulit untuk bisa setia. Aku tak mau dan tak ingin hidup seperti kamu, Jill. Menderita!"Jill Anne hanya menyeringai dengan mengangkat sudut bibirnya."Itu William sudah menemui mereka. Aku hanya ingin kamu segera bebas dari permasalahan ini."Dari arah atas, terdengar suara Laurice memanggil mereka."Jill!"Kedua wanita menghentikan langkah, dan melihat pada Laurice yang berlari kecil mendekat."Ada apa ini?""William ada tamu dari para penyidik mengenai kasus penembakan Darriel.""Apa?! Ta-tapi tidak mungkin 'kan William melakukannya?""Semoga speerti itu, Lau. Kenapa? Kamu speertinya sangat ke

  • THE DUKE WILLIAM ( 9 ISTRI )   MENDERITA

    "Masih menduga?""Iya, karena belum terbukti apa pun. Mereka sama sekali tidak memiliki bukti tentang keterlibatan kamu.""Aku memang tidak melakukannya, Sherley!" tegas William.Jill Anne yang mendengar percakapan mereka menghampiri."Kalau aku boleh saran padamu. Sebaiknya kamu kasih ijin pada mereka, karena memang kamu bukan pelakunya. Jika kamu mempersulit, pasti mereka merasa benar atas dugaan selama ini."Sejenak William memikirkan perkataan Jill, tanpa berpikir panjang lagi. Sherley melirik padanya. Seolah mempertanyakan, saran Jill Anne yang bisa semakin menjebak William."Baiklah kalau begitu saran kamu, Jill. Aku yakin kamu masih peduli padaku.""William, tunggu!" Lady Rose mendekat. "Saran Jill itu gila! Buat apa kamu mengikuti mereka. Kamu 'kan punya kuasa.""Ahhh ... para bangsawan itu, mana ada yang peduli denganku, Rose. Mereka hanya memandang Jill Anne, yang pintar dan berduit, dari pada diriku!"

  • THE DUKE WILLIAM ( 9 ISTRI )   MENJEBAK WILLIAM

    Sepertinya William sudah tidak sabar menghadapi Sherley, yang menurutnya terus mengelak. Tangan kanan bergerak mencengkram lengan kiri Sherley kuat-kuat. Sampai membuatnya tersentak, karena sakit. "William!" sentak Jill Anne. "Tidak perlu kamu kasar begitu padanya!" "Wowww, kalian juga saling membela seperti ini? Ini hal yang sangat menarik, Jill," celetuk Lady Rose dengan senyum yang masam. Dalam waktu bersamaan, Jill Anne mendekati wanita itu. Dia mendorong kuat tubuhnya sampai hampir terjungkal. "Sekali lagi kamu ikut campur urusan kami, aku bungkam sendiri mulut kamu!" bentak Jill. Namun, ancaman itu semakin membuat Lady Rose tertawa. "Silakan kalau berani kau Jill Anne!" Sudut bibirnya menyungging, seakan mengajak Jill Anne untuk terus melanjutkan pertengkaran di antara mereka. Kesal dengan sikap Lady Rose, yang semakin mengejek. Tak segan Jill Anne menerjang tubuhnya, hingga kedua wanita bangsawan itu terhempas ke lantai.

  • THE DUKE WILLIAM ( 9 ISTRI )   PERTENGKARAN HEBAT

    Tiba-tiba,"Jill ... Jill!"Sontak Ester dan Jill berbalik dan memperhatikan sosok Sherley yang tersengal-sengal."Apa ... ada kejadian baru?""A-ada Nyonya. Sekarang juga Tuan William sedang menunggu Nyonya Sherley." Tampak Ester benar-benar khawatir."Kenapa dia mencari aku?" Sherley terlihat tegang."Hemmm ... kamu harus berhati-hati, Sherley. Aku takut kalau William mencurigai kamu soal ini.""Baik, Jill. Ester, di mana William menunggu aku?""Di lantai bawah, Nyonya.""Baik aku akan ke sana juga."Bergegas Sherley menuruni beberapa anak tangga. Dia tak ingin sampai William tahu ini adalah perbuatan dirinya. Melihat keaaan yang smekain runyam, Jill pun mengekori Sherley."Sherley, tunggu!"Wanita itu hanya menoleh dan meneruskan langkahnya."Ada apa, Jill?""Berhati-hatilah, William saat ini sedang didukung oleh Lady Rose. Dia sangat berbahaya, dan mampu membalikkan keadaan de

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status