Sumpah rasanya aku malu luar biasa, tak bisa melihat pak Aris lagi, pak Aris melihat semuanya tapi masih bersikap biasa dia normal atau tidak.
"Rambut basah jangan langsung di tutup."ucap pak Aris, yang tiba-tiba saja menghardrayer rambutku antara romantis dan menyeramkan, menyeramkan ya begitu aku mencoba menjadi perempuan ber otak bersih tapi entah kenapa ya Allah, mataku malah melihat ke arah lain. "Terimakasih pak?"ucapku,dia dengan tatapan teduh masih mengeringkan rambutku. "Saya bukan bapak kamu," balasnya pelan, emang bener sih tapi kan bapak Dosen. "Kan bapak Dosen."ucapku tak mau kalah, pak Aris mematikan hardrayernya kemudian dia, sedikit membungkukan badannya dan menatap mataku dengan tatapan yang aduhai bikin kaki lemas tak berdaya. Dia cuma diem dan terus menatapku, apa dia berencana menggodaku, oke aku tatap balik matanya siapa takutkan. Kami saling tatap-tatapan, sampai aku duluan yang memalingkan wajah, damagenya bukan main apa lagi pas liat dia senyum. "Bapak gak lapar." "Saya lebih lapar makan kamu ."ucapnya lalu segera menjauh dari diriku, dan pergi kekamar mandi, mungkin mau mandi masa ganteng-ganteng gak mandi kan malu sama wajahnya. Setelah kami sama-sama membersihkan diri, lalu kami melakukan sholat Magrib berjamaah. Aku mencium Lengan pak Aris, tanda bahwa aku menghormati dirinya sebagai suami. "Pa-"Di rumah panggil saja mas." ucap pak Aris kepadaku, kayaknya dia malu juga di usianya yang baru nginjak 28 di sebut bapak, mana sama bininya lagi. "Iya, tapi mas Aris saya mau ngomong."ucapku agak ragu ngomongnya sih, takut marah dia terus nantinya nilai mata kuliahku dia potong lagi kan jadi inalillahi. "Ngomong aja," "Saya mau pernikahan kita di rahasiakan."pintaku. "Kenapa?"tanya Mas Aris Penasaran. "Mas kan tau mas banyak fansnya, jadi buat jaga hati mereka." ucapku ber- alasan "Terserah kamu ajalah." ucapnya, setelah itu dia bangkit dari duduknya dan membereskan bekas sholat. Akupun segera menyusul karna mau melakukan makan malam bersama untuk kedua kalinya di rumah ini bersama dengan orang ini. Pas udah sampai ruang makan, ternyata emakku dan bocah tengil itu sudah di sana, dilihat dari gelagatnya pasti akan mengganggu lagi. "Apa aku bilang, jadikan heheh ciye jadi. Jadi jodoh kan hehehe." usilnya, aku memolototinnya dengan mata galaku, dia malah tertawa dan ngadu ke emak ku, dasar pengadu. Aku duduk dengan emakku. "Emak ma- "Dahulukan dulu suamimu nak, kamu sekarang bukan punya emak lagi."ucap Emakku, yang mau tak mau aku menurutinya, bocah tengil itu cekikikan gak jelas, awas aja di kampus dia nanti. "Iya Mak, Mas Aris mau makan apa?"tanyaku agak ragu sih, tapi kok dia keliatan senang pas aku panggil mas Aris. "Apa aja, "jawabnya simpel ngomongnya irit betul, bahkan pas di ajak ngobrol sama mamah aja dia ngomong semaunya. Ya udah aku ambilin aja semua lauknya, sekalian ngerjain, sesekali di kerjain kan enak, liat tuh mata sudah menatapku tajam. "Makan yang banyak ya mas, biar perutnya cepat buncit."aku memberikan nasi yang berisi lauk pauk yang penuh itu. "Makan sepiring berdua aja, ini gak bakal habis, "pinta mas Aris, malah jadi tatapan ciye dari bocah itu kan. 'berhenti meledekin bocah tengil, kalau beginikan jadi senjata makan tuan. 'batinku merutuk, terpaksa aku menikah terpaksa aku juga makan sepiring berdua begini, mana sesendok dan segarpu, kalau beginikan kaya ciuman secara tidak langsung. Tapi aku dapat melihat emak Bahagia melihatku mesra sama pak eh mas Aris, Aries maksudnya ahhaa plesetin dikit ah. "Mau tambah lagi mas, "aku tanya begitu basa-basi doank. "Enggak,"jawabnnya secara replek aku ngambilin air minum, malah di ledekin. "Ciyeeeeeeeeeeeeeee, "ledek lagi tuh bocah, Aku mendengar pak eh mas Aris menahan tawanya. Kalau mau ketawa -ketawa aja Bambang,gak usah di tahan -tahan , sembelit nanti tahu rasa, ganteng-ganteng hobinya ngeledek. Setelah selesai makan, aku ikut emak niat nya mau sholat dan tidur di sana, tapi emakku ngusir dengan galaknya. "Kamu udah nikah, udah sewajarnya tidur sama suamimu." Dengan terpaksa aku kembali ke kamarku dengan Mas Aris, Aries tapi bukan versi zodiak ya sengaja' di pelesetin kalau enggak suka aneh aja manggil dosen galak itu dengan panggilan akrab. Pas masuk kamar, aku lihat pak Dosen eh mas Aris masih sibuk dengan laptopnya. "Mau di bikinin kopi gak." tawarku dengan murah hati, dia melirikku sekilas kemudian berkata dengan singkat "Gak, "jawabnya, sabar-sabar lebih baik aku tidur besok pagi aku ngampus, tapi ngomong-ngomong tidur pasti bakal sekasur sama dia donk. Ya udahlah mau gimana lagi, bismillah aku naik ranjang, kemudian segera membaringkan tubuhku di arah kiri yang lebih tepatnya menghadap arah jendela. Jantungku berdetak kencang, padahal akukan gak jatuh cinta sama pak dosen, tapi kenapa ya kok gugup setengah mati, jantung dan badan terasa panas terbakar, padahal belum di apa-apain sama mas Aris, untuk menyembunyikan ke gugupan aku, aku menutupi seluruh tubuhku dari ujung kaki sama ujung kepala dengan selimut, udah mirip mayat aja, karna kalau gitu pak Aris pasti tau aku gugup setengah mati. Tiba-tiba aja ranjang terasa bergoyang, kok tambah gugup ya, Aku mengeratkan pelukanku pada selimut dan membungkus tubuhku dengan selimut, sehingga jadi lebih mirip dadar gulung. "Sudah tidur?"tanya Pak Aris eh mas Aris. "Belum bisa tidur."jawabku, kemudian aku dan sama-sama terdiam, lebih sibuk dengan pikiranku sendiri. "Besok mamah saya datang, kamu siapkan."tanya mas Aris lagi, aku membuka selimut bagian kepalaku kemudian berbalik ke arahnya, gak sopan juga sih kalau lagi ngomong di punggin. "Ya harus siapkan."jawabku tanpa berani menatap mas Aris, Mas Aris tiba-tiba mendekatiku dan berbisik. "Ngomong-ngomong kamu kecil juga ya, "ucap pak Aris ambigu, membuat aku langsung melotot kan dan menatapnya kesal. "Kalau bapak gak suka yang kecil, kenapa gak cari yang gede kemarin."ucapanku malah membuat Mas Aris makin menyeringai, dia ngerjain aku atau bagaimana sih. Tiba-tiba Mas Aris tertawa gak jelas. "ternyata otak kamu kotor juga ya istri ku, yang aku maksud kecil itu lenganmu emang apa?' ucap mas libra geli. Aku kesal, dia mempermainkan aku, aku bangun dan keluar dari dalam selimut,gak usah jaga-jaga imeg lagi, toh aku hampir udah tau baik buruknya pak dosen ini sebelum menikah. Aku bangun dan memukul dadanya yang tengah berbaring, dia bukannya kesakitan atau kesal malah seperti menahan tawanya. "Aku ini bukan badut ya mas." ucapku dengan mata yang masih menatapnya tajam, dosen gila itu malah semakin tertawa terbahak, aku kira sifat dia tidak seperti ini, kalau tau sifatnya sering berubah mana mau aku menikah dengan nya. Aku berdecak dan kembali tidur memunggunginya, tiba-tiba aja Mas Aris memeluk tubuhku dari belakang dan menarik tubuhku kedalam pelukannya. 'ya Allah kalau begini mana bisa aku tidur.' "Mas Aris," "Hmm." "Aku gak bisa tidur kalau dempetan begini. "balasku grogi. "Mau dempetan yang lain ya." ucapnya di telingaku, suaranya membuat bulu kudukku merinding. "Mas Aris, ada cicak kawin tuh " ucap ku yang salah mengalihkan obrolan kita. "Jadi kamu mau kawin juga begitu.""Mas, kayaknya aku telat. ""Telat bayar hutang? " Tanya Aris sambil menatap mata Clara."Telat datang bulan."jawan Clara, Aris langsung memeluk Clara, Clara kaget'bukan main."Mas marah."tanya Clara,"Kenapa harus marah, mas seneng karna ada hasilnya juga." balas Aris sambil menyentil kening Clara."Hasil apa, di kira tanaman?" Clara ngomel, Aris mencium pipi jidat dan bibirnya."Hasil tanam cinta. "bisik Aris , Dan satu pukulan bantal mengenai wajah Aris, akibat Clara terlalu salting."Hahahaha. "Aris tertawakan renyah, kemudian dia menarik Clara kedalam pelukanya lagi."Tidurlah. "Ajak Aris, dia memejamkan mata, tapi pikirannya kemana-mana, banyak cabang yang iya pikirkan dan salah satu di antaranya adalah Clara." Mas mau nidurin aku gak? " "Omonganya Clara ambigu banget , bikin orang yang dengar salah paham." Nidurin gimana? "Tanya Aris sambil tersenyum geli." Iya bikin aku tidur, soalnya gak ngantuk. "Ucap Clara sambil ngedusel di perut bagian atas milik Aris.Aris berbisik p
"Bisa buatkan kopi. "Dia segera bangkit dan mengiyakan, raut wajahnya tidak kesal, kepaksa atau suka, dia datar-datar saja, gak bisa di tebak perasaannya seperti apa."Iya Pak. " Jawabannya dengan suara yang amat sangat lembut, tidak di lembut-lembutkan atau di manis-maniskan."Antarkan ke ruangan saya. Jangan lupa kopi hitam tidak manis dan tidak pahit"Dia berkata iya, setelah itu berjalan menuju pantry."Wei Aris, ngerjain anak baru eh. " Leo memang hobi nggetin orang."Sok tahu. "Lalu berjalan menjauhi Si leo menyebalkan yang tukang nyebarin rumor sembarangan."Atau jangan kau tertarik pada dia. "Tebaknya dengan nada alis yang di angkaat, raut wajahnya meledek" Berisik. "Ku lanjutkan perjalanan kakiku menuju ruangan ku, ku perhatikan semuanya, semua tingkah para mahasiswa dan mahasiswi itu, tapi tak ada yang seperti perempuan itu dalam segala hal.Kalau di bilang cinta pada pandangan pertama, ngak, bisa di bilang ke arah tertarik.Pas dia datang dan membawa kopi, ku Jaga image d
Sayaaangnya Clara, Clara menatap layar laptop itu dengan jenuh, pak Leo menjelaskan dengan payah batin Clara, baru jam 10 pagi, tapi hatinya Clara udah kangen sama Aris.Dia ngambil hpnya, HP pemberian Aris beberapa hari yang lalu, walaupun ngasihnya diam-diam, tapi seneng juga sih."Mas, kapan balik, " Clara tersenyum tipis dia ngirim juga foto selfie.Setelah itu Clara menutup hpnya, dan kembali menatap layar laptopnya, Clara memaki leo diam-diam."Kapan sih selesainya hadeh." Padahal dulu Leo adalah dosen kesayangannya, tapi sekarang kok melihat dia membosankan sama sekali. Yang ada di benaknya cuma Aris saja seorang tak ada yang lain, Clara niat nya mau berdiri kok tiba-tiba pusing keleyengan.Sementara itu di tempat Aris.Aris yang tengah mengajar dengan konsentrasi, di kagetkan oleh notifikasi hpnya sendiri.Hampir saja dia melemparkan hpnya, jika saja tak melihat notifikasi hpnya dari siap, Aris tersenyum kecil, ketika melihat Foto Clara mana pose manja, dia jadi pengen buru-bu
Clara merasakan hal aneh, kok bisa-bisanya dia mau mandi sama Aris, padahal biasanya dia anti banget mandi sama Aris."Kamu beneran mau mandi sama mas? " Tanya Aris meyakinkan Clara ."Iya mas, biar tidurnya nyenyak, tapi mandi doank." Clara mengingatkan Aris, agar dia tidak macam-macam padanya." Baiklah, masuk bath up duluan, mas atur dulu suhunya. " Ucap Aris, dia mengatur suhu air Bath up, serasa air hangatnya sudah nyaman untuk di pake mandi, Aris menyuruh Clara untuk mandi duluan."Masuk duluan. "Ucap Aris, tapi tiba-tiba Clara bilang ssuatu yang membuat Aris kaget, nada manjanya bikin hati Aris berdesir hebat."Gendong mas. "Ucap Clara ." Iya mas buka baju dulu. "..Ujar Aris, dia baru saja melepaskan baju atasannya. Clara sudah langsung nemplok di pinggangnya. Mau tak mau Aris tersenyum tipis, setipis benang woll."Gak sabaran, "komentar Aris, yang di balas Gombalan receh ala Clara ."Bau badan mas enak. "Balas Clara , dia malah mencium bau tubuh Aris dengan sengaja." Udah-u
Clara Pov."Sayangnya mas, " Dua kata itu terus terngiang-ngiang di otaku. Mana perjalanan panjang lagi, hampir seharian dari depok ke Malang, aduh ini kepala sudah puyeng bukan main."Kamu kenapa?" Tanya Mas Aris, mungkin dia melihatku yang sudah lemah tak berdaya mau muntah."Mau muntah Mas, " Ucapku, aku gak tahan lagi, bodo amat kalau mau di ledek. Tapi raut wajah Mas Aris terlihat biasa aja,Mas Aris memberhentikan mobil yang kami tumpangi di dekat warung jalanan."Kenapa gak ngomong, kalau mabuk naik mobil. " Ucap Mas Aris, setelah aku dan dia istirahat di tepi jalan."Memang kalau aku bilang, gak ada jaminan mas ngeledek. " Ucap ku, malah sedikit emosi, mual dan pusing, rasanya mau ngeluarin semua isi perut.Terdengar Mas Aris menghela nafas, dia mengambil sesuatu dari dalam mobil, yang ternyata botol minum, serta obat anti baper, eh bukan tapi anti muntah karna mabuk kendaraan"Trauma sekali sama mas ya, " Ucap mas Aris padaku, dia memberikan obat serta air putih."Gimanaa gak
Aku belum paham, dengan apa yang di omongin mas Aris tadi."Mas mau pergi, terus aku sama siapa?" Aku menatap nya dengan mata-mata berkaca-kaca.Mas Aris mengusap rambutku dan menyelipkan rambutku ke belakang telinga."Ada mas." Jawab Mas Aris,"Mas Aris kan mau pergii, terus aku di rumah sendiri. " Aku menatap mas Aris sedih."Enggak sendiri, ada Arieskan. "Ujar Mas Aris meyakinkan."Ya kalau sama Arieskan gak bisa ketekan mas. " Ucapku yang malah membuat Mas Aris tertawa, seumur aku kenal dia, baru kali ini aku melihat Mas Aris tertawa sampai giginya keliatan."Ketekan yang begini" Ucap Mas Aris, sambil memasukkan ku kedalam keteknya."Mas ketekmu bany-Belum selesai aku ngomong dia main cium aja, udahlah dia mah pasti mau minta jatah, ujung-ujungnya, untung dia ganteng, untung aku juga sayang.Clara Pov end.Aris mencium aroma tubuh Clara. Dia menarik selimut untuk menyembunyikan kegiatan mereka."Mau ngapain mas. " Tanya Clara pura-pura polos."Entah." Aris kembali mencium Clara, C