THE HANDSOME PROFESSOR'S WIFE

THE HANDSOME PROFESSOR'S WIFE

last updateLast Updated : 2025-01-29
By:  Banggultom gultom Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
23Chapters
219views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

"Aris, kita kan di kampus. Jangan seperti ini, nanti ada yang melihat," ujar Clara dengan nada cemas, mencoba melepaskan diri dari dekapan suaminya. "Kamu lupa kalau aku ini suamimu?" Aris justru menarik tubuh Clara lebih dekat, membuatnya terduduk pas di pangkuannya. "Tapi, bagaimana kalau penggemar Bapak tahu? Ini bisa jadi masalah besar untuk reputasi Bapak," protes Clara, wajahnya memerah antara gugup dan malu. "Aku tidak peduli apa pun yang mereka pikirkan. Yang penting bagiku hanya kamu, Clara, bukan mereka atau siapa pun," ucap Aris lembut, kedua tangannya kini memegang dagu istrinya, memaksanya menatap langsung ke matanya.

View More

Chapter 1

Clara adalah namaku

Namaku Clara. Aku bukan putri emas, apalagi emas murni yang diperlakukan seperti putri sendiri. Aku ini cuma anak yatim yang tinggal di gubuk kecil bersama emak, hidup pas-pasan seperti ranting yang tua dan jatuh dari pohonnya.

“Hmmmm...” Aku masih ingin memejamkan mata, bermesraan dengan bantal guling. Tapi kenyataan memaksaku untuk bangun. Aku tidak boleh malas-malasan. Emak harus ku bahagiakan. Apalagi bapakku sudah lama pergi menghadap Yang Maha Kuasa, meninggalkan aku dan emak sendirian.

Selepas aku bangun, aku tak lupa tuk berdoa kepada yang memberi aku nafas serta kehidupan yang aku syukuri, aku langsung membereskan kamar dan bersiap-siap untuk kuliah.

Walaupun aku dan Emak miskin, pendidikan adalah prioritas bagiku. Kalau bisa emak harus berhenti bekerja jadi tukang cuci di rumah tetangga yang mulutnya seperti speaker rusak, aku harus berhasil. Bukan berhasil cari cowok kaya...eh, bukan itu! Aku harus lulus kuliah dan mendapatkan pekerjaan yang layak.

Dengan baju lusuh yang sudah beberapa kali dijahit emak, aku pamit. Kalau tidak pamit, bisa-bisa emak marah dan aku disumpahi jadi kodok. Hahaha.

Aku tidak lupa untuk mencium pipi kesayanganku, Emak.

Warnanya yang sudah pudar karena keringat yang mengucur deras setiap hari.

Saat melihat jam tangan kusam di pergelangan kiriku, mataku langsung melebar.

Ternyata Sudah pukul 7:20! Dengan langkah terburu-buru, aku berlari sekuat tenaga. Tidak ada waktu untuk santai. Aku harus sampai sebelum dosen brengsek datang.

Kakiku yang pendek menerobos kerumunan mahasiswa yang sibuk nongkrong bersama geng masing-masing. Mereka seperti semut yang sedang berburu makanan.

“Brengsek lu, cewek udik! Main tabrak aja!” teriak seorang cowok yang ku tabrak.

Aku masa bodoh. Hinaan dan cercaan seperti itu sudah biasa bagiku. Menjadi orang miskin itu berarti siap jadi bahan ledekan. Aku tidak peduli dan tidak merasa perlu minta maaf. Kalau aku berhenti untuk minta maaf, pasti aku cuma akan jadi bahan olok-olokan mereka.

Ogah! Orang kaya memang suka seenaknya terhadap mahasiswa seperti aku, yang kuliah berkat beasiswa. Hahaha.

Meskipun nafasku sudah hampir habis, aku tetap berlari. Aku harus tiba di kelas sebelum si dosen brengsek datang.

Syukurlah, aku berhasil. Saat pintu kelas kubuka, ternyata si dosen belum datang. Dengan cepat, aku menuju kursi yang tersisa, pojok dekat jendela.

“Lumayan, kalau ketiduran gak bakal kelihatan,” pikirku. Tapi aku tahu diri. Dosen brengsek maut itu tidak bisa diajak bercanda. Kalau nekat macam-macam, bisa-bisa nilai semester ini berakhir tragis. Wkwkwkw.

Beberapa detik kemudian, dosen killer itu datang. Penampilannya rapi dan elegan, sukses membuat para mahasiswi menjerit dalam hati. Kecuali aku. Kalau mereka sampai mengungkapkan kekagumannya secara langsung, bisa habis riwayat mereka.

Meski galak, si dosen ini tetap jadi idaman. Pernah, di toilet kampus, aku mendengar seorang cewek bilang, “Aku rela hamil anaknya Pak Dosen Maut, biar keturunanku jadi bagus.”

Aku cuma bisa berkata di hati, “Kamu mau sama dia, tapi dia belum tentu mau sama kamu.” Kalau aku ngomong begitu di depan mereka, yakinlah aku bakal di-bully habis-habisan.

Pikiranku buyar ketika si dosen maut memanggil namaku dan menyuruhku presentasi materi kemarin. Gawat! Aku belum baca ulang lagi. Inilah ciri khas si dosen. Selalu saja ada kuis mendadak.

“Saya, Pak?” tanyaku dengan suara bergetar.

Materinya sulit. Rasanya ingin aku mengumpat, tapi takut dosa. Mau tidak mau, aku maju ke depan.

Tatapan tajam dosen maut itu membuatku semakin gugup. Aku melirik catatan yang untungnya kemarin sudah ku tulis lengkap. Ini satu-satunya harapanku agar bisa menjawab semua pertanyaannya.

Aku mulai menjelaskan. Baru beberapa kalimat, dia sudah melontarkan pertanyaan. Pertanyaannya satu, tapi jawabannya bercabang ke mana-mana. Aku tetap berusaha menjawab dengan tenang, meski dalam hati aku ingin menangis.

Selama satu jam penuh, aku menjadi sasaran tanya jawab. Rasanya seperti menjadi asisten dosen tanpa dibayar. Tapi, ya sudahlah. Yang penting nilainya bagus.

Setelah selesai, aku kembali duduk. Lega rasanya. Teman sekelas ku yang cantik, anak orang kaya, giliran maju. Kukira dia bakal diperlakukan lebih baik. Ternyata tidak. Si dosen malah semakin galak. Setiap ucapannya dikoreksi habis-habisan.

Ternyata, cantik pun tidak menjamin kebal dari dosen maut. Untung wajahku biasa saja, jadi aku tidak terlalu menarik perhatian.

Saat pelajaran hampir selesai, si dosen maut melontarkan kalimat yang membuat semua mahasiswa terdiam.

“Bagaimana kalian mau lulus ujian kalau otak saja tidak dipakai? Belajar itu pakai otak, bukan untuk gaya-gayaan.”

Selesai jam pelajaran, aku langsung ke kantin. Aku harus membantu emak di kantin bekerja. Lumayan, uangnya bisa membantu kebutuhan hidupku. Meski begitu, ada risikonya. Aku sering jadi sasaran keisengan anak-anak kampus.

Aku mendekati meja sekelompok junior dan bertanya, “Mau pesan apa?”

Salah satu dari mereka menjawab sambil tertawa, “Pesan kakak senior!”

Aku menghela napas. Mereka hanya buang-buang waktu dengan tawanya yang menyebalkan. Rasanya tangan ini ingin melayang ke wajah mereka, tapi aku memilih diam. Sabar, Clara.

Akhirnya, setelah sejam, pesanan mereka selesai. Baru saja aku hendak kembali ke kelas, seseorang memanggilku.

“Clara.”

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
23 Chapters
Clara adalah namaku
Namaku Clara. Aku bukan putri emas, apalagi emas murni yang diperlakukan seperti putri sendiri. Aku ini cuma anak yatim yang tinggal di gubuk kecil bersama emak, hidup pas-pasan seperti ranting yang tua dan jatuh dari pohonnya.“Hmmmm...” Aku masih ingin memejamkan mata, bermesraan dengan bantal guling. Tapi kenyataan memaksaku untuk bangun. Aku tidak boleh malas-malasan. Emak harus ku bahagiakan. Apalagi bapakku sudah lama pergi menghadap Yang Maha Kuasa, meninggalkan aku dan emak sendirian.Selepas aku bangun, aku tak lupa tuk berdoa kepada yang memberi aku nafas serta kehidupan yang aku syukuri, aku langsung membereskan kamar dan bersiap-siap untuk kuliah.Walaupun aku dan Emak miskin, pendidikan adalah prioritas bagiku. Kalau bisa emak harus berhenti bekerja jadi tukang cuci di rumah tetangga yang mulutnya seperti speaker rusak, aku harus berhasil. Bukan berhasil cari cowok kaya...eh, bukan itu! Aku harus lulus kuliah dan mendapatkan pekerjaan yang layak.Dengan baju lusuh yang su
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more
Rumah Dosen
Baru saja aku hendak kembali ke kelas, beberapa orang tiba-tiba memanggilku. "Clara?" panggil mereka. Ya, aku tahu nama ini memang mirip merek sampo clear, tapi itu pemberian dari emak dan bapakku. Masa iya aku harus minder hanya karena hal sepele begitu? "Ada apa?" tanyaku dengan wajah sedikit bingung. Setahuku, aku tak pernah berurusan dengan mereka, apalagi dengan cowok-cowok kampus. Bukannya sok eksklusif, tapi aku memang lebih suka menjaga jarak. Bukan berarti aku kuper, hanya saja aku malas membuang energi untuk hal-hal nggak penting. "Kami butuh bantuan kamu," ujar salah satu dari mereka dengan nada memelas."Bantuan apa? Asal bukan yang aneh-aneh," jawabku sambil mengangkat alis. Jangan sampai aku disuruh ikut-ikutan membully orang atau hal konyol lainnya. Bisa-bisa aku kena masalah besar."Bukan, kok. Cuma nemenin kita ke rumah Pak Dosen Maut buat ngerjain tugas. Nanti kita kasih kamu uang yang lumayan," ujar mereka lagi, seakan tahu aku sedang butuh uang. Sepertinya mere
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more
Hujan
"Yah, hujan besar," gumamku pelan, masih berdiri di depan pintu rumah Pak Dosen, tepatnya Pak Aris. Aku mendesah gusar. "Bagaimana ini? Masa iya aku harus pulang hujan-hujanan." DUAR!!! Suara petir yang menyambar membuatku sontak menutup telinga. Aku selalu memanggil nama tuhan beberapa kali, berharap hatiku yang takut ini bisa sedikit tenang. "Tuhan, tolong redain hujan ini..." batinku, sambil terus memandang jalanan yang mulai tergenang air. Lalu, suara berat dan tegas datang dari belakangku, membuatku sedikit melompat kaget. "Kamu belum pulang?" Aku menoleh perlahan. Pak Aris berdiri di sana, mengenakan kemeja lengan panjang yang digulung hingga siku. Dengan ekspresi datar khas dirinya, ia memandangku penuh tanda tanya. Aku hanya menggeleng cepat. Dalam hati, aku mengomel, Udah jelas-jelas belum pulang, masih aja ditanya. Dia ngak liat apa, nyawa dan jiwa raga masih di depan rumahnya. Tapi tentu saja aku tak berani mengatakannya. Ia menghela napas panjang, lalu tanpa basa-
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more
Fitnah dari keluarga
Aku pulang ke rumah dengan hati yang kacau, meninggalkan Pak Aris bersama kakak sepupuku. Kalau dia macam-macam sama Pak Aris gimana? Pikiran itu terus berputar di kepalaku, membuat langkahku terasa berat. "Masuk rumah, biar dia saya yang urus," ucapnya tadi, yang terngiang-ngiang di telingaku. Suara itu mengganggu ketenanganku. Tiba-tiba suara emak menyadarkan ku dari lamunan. "Nak, baru balik? Kenapa malam sekali?" tanya emak penuh kekhawatiran. Raut wajahnya yang tua semakin menunjukkan kerisauan. "Maaf, Mak. Tadi hujan deras, jadi lama pulangnya. Clara minta maaf, ya, Mak," ucapku sambil mencium tangan emak yang sudah keriput dimakan usia. Ada rasa bersalah menyelimuti ku. "Ya sudah, yang penting selamat sampai rumah. Tapi ingat, sayang, jangan kebiasaan pulang malam-malam begini," nasihat emak lembut, walau masih menyimpan rasa cemas. "Lebih baik istirahat, yuk, Mak. Udah malam ini," ajak ku cepat, tak ingin emak terus khawatir. Emak menatapku lekat-lekat, seolah in
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more
Menikah Akibat fitnah
"Bismillahirrahmanirrahim, saya terima nikahnya Clara binti Bapak Ardi dengan mas kawin 25 gram emas beserta alat salat dibayar kontan," ucap Pak Aris dengan lancar. Aku masih merasa ini mimpi. Kenapa aku mendadak mengiyakan waktu itu untuk menikah dengan Pak Dosen? "Bagaimana para saksi?" tanya sang penghulu. "Sah," ucap para tamu undangan yang hadir di acara akad nikahku dengan Pak Aris. Tidak banyak, hanya sekitar 50 orang, itu pun kebanyakan dari pihak Pak Aris. Dari pihakku hanya ada aku, Emak, dan pamanku yang menjadi wali nikahku. Pak Aris mengulurkan tangannya ke arahku, dan ibu mengisyaratkan agar aku menerima dan mencium tangan Pak Aris bukan bibirnya, jangan ngarep! Setelah mencium tangannya, giliran Pak Aris yang mencium keningku, lalu berdoa di atas ubun-ubun ku sebelum mengecupnya. Rasanya deg-degan menikah dengan pria populer seperti Pak Aris. "Selamat ya, Clara. Akhirnya ada laki-laki yang mau tanggung jawab," ucap pamanku dengan mulut sembrononya. Kalau dia bukan
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more
Ranjang Tidur Penuh Drama
Sumpah rasanya aku malu luar biasa, tak bisa melihat pak Aris lagi, pak Aris melihat semuanya tapi masih bersikap biasa dia normal atau tidak. "Rambut basah jangan langsung di tutup."ucap pak Aris, yang tiba-tiba saja menghardrayer rambutku antara romantis dan menyeramkan, menyeramkan ya begitu aku mencoba menjadi perempuan ber otak bersih tapi entah kenapa ya Allah, mataku malah melihat ke arah lain. "Terimakasih pak?"ucapku,dia dengan tatapan teduh masih mengeringkan rambutku. "Saya bukan bapak kamu," balasnya pelan, emang bener sih tapi kan bapak Dosen. "Kan bapak Dosen."ucapku tak mau kalah, pak Aris mematikan hardrayernya kemudian dia, sedikit membungkukan badannya dan menatap mataku dengan tatapan yang aduhai bikin kaki lemas tak berdaya. Dia cuma diem dan terus menatapku, apa dia berencana menggodaku, oke aku tatap balik matanya siapa takutkan. Kami saling tatap-tatapan, sampai aku duluan yang memalingkan wajah, damagenya bukan main apa lagi pas liat dia senyum. "Bapak g
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more
Hubungan yang dirahasiakan
"mas Aris besok harus kekampus."aku merasakan kalau mas Aris menciumi tengkukku, bulu bulu kumis dan jenggotnya yang baru tumbuh bikin geli. Sekarang aku tahu Mas Aris menikahiku bukan karna cinta, tapi Karna sebatas ingin halal dan menyentuh tubuhku. "Ya udah tidurlah."mas Aris memelukku dengan erat, dagunya di simpan di kepalaku, kaki besarnya menindih pinggulku. Kalau begini, bagaimana caranya aku gerak. Apa mungkin dia ngambek ya, ah masa bodo besok ada kelasnya aku gak boleh kesiangan. Besok paginya. Sehabis sholat subuh, aku segera turun untuk pergi memasak dan juga menyiapkan kopi, serta cemilan untuk mas Aris. Emang gak di suruh tapi sebagai istrikan harus bisa merawa suami, walaupun awalnya suami tak di inginkan, tapi selama bisa di perjuangkan tidak boleh gampang menyerahkan. Lagian mas Aris kurang apa coba, ya mungkin kurang waras aja, sisanya kurang minum obat. ."ini mas kopinya sama pisang goreng."ucapku, Alis mas Aris terlihat di angkat, meremehkan makan
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more
Cemburu
Mas Aris menarikku ke dalam pangkuannya, setelah aku ijin ke mama mertua mau mandi dulu.Kaget sumpah, apa lagi aku duduk pas di tengah-tengah."Mas ngapain,"Tapi mas Aris tidak bicara apa-apa, dia malah menatap mataku dalam diam.Dia gak ngomong apa-apa, mengambil tanganku yang di pegang Raditya tadi, setelah itu dia menjilatinya dengan lidahnya, astaghfirullah kelakuannya membuat ku deg-degan terus."Tidak boleh ada pria lain yang menyentuh mu, selain mas."Ucapnya."Apa?"aku bertanya, takut pendengaranku salah."Mas, aku mau mandi mau..Kata-kataku terhenti saat wajah mas libra, mencium bibirku lalu melumatnya pelan."Kamu istri mas, gak boleh dekat sama lelaki lain."ucapannya malah membuat aku semakin tidak percaya. "Terus mas bisa dekat dengan perempuan lain gitu, "ucapku dengan perasaan masih berdebar - debar, aku kan udah janji gak bakal suka mas Libra, tapi kok jadi begini kalau deket sama pisik mas Aris suka gugup gak jelas."Mau gimana lagi mas kan dosen."ucapnya membela di
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more
Hak Menjadi Suami
"Mas nanti malam minta hak, mau tak mau, kamu harus mau." ucapnya mutlak.Aku mendadak keringat dingin, kalau mas Aris minta haknya, berarti hak nganu donk."Tapi Mas Aris,' ""Gak boleh nolak, itu sudah kewajiban kamu."ucapnya kemudian dia mengecup keningku, dan berkata lagi dengan wajah datarnya."Badanmu bau laki-laki itu, sekarang mandi dan ganti baju, kemudian temui mas di depan."Habis ngomong gitu, mas Aris pergi begitu saja, yang terbayang di otakku adalah kata Hak.Mas Aris minta hak, di otaku terbayang adegan yang pernah aku baca di novel dewasa, di cium dadakan juga masih salting setengah mati, ini minta hak bisa pingsan duluan sebelum selesai, apa lagi badan mas Aris kan bagus, gimana ini kok aku yang jadi berdebar sendiri, aku harus membersihkan otak ku dengan mandi pokoknya, kuraih handuk dan peralatan mandi yang lainnya.Mas Aris kenapa minta harus bilang-bilang dulu, langsung juga pasti di kasih eh. Otaku makin gak beres, aku harus cepat-cepat beres..Clara pop End.D
last updateLast Updated : 2025-01-05
Read more
Pengganggu
Aku merapikan penampilanku ,hari ini aku ingin tampil sedikit beda, aku ingin membuat mas Aris marah dan kesal, ya syukur -syukur kalau sampai emosi.Meskipun badanku masih lelah gara-gara ah entahlah memikirkannya juga jadi malu, aku harus tetap masuk kuliah.Kakiku masih linu buat jalan, untungnya mama mertuaku yang baik hati dan tidak sombong memberikan ramuan penghilang nyeri, kayaknya mama tau aku habis di unboxing anaknya dengan kejam."Habiskan ini nak, biar rasa sakitnya cepat hilang."ucap mamah mertuaku, melihatnya jadi ingat emakku, nanti habis kuliah aku harus ve dia."Iya mah, makasih."aku mengambil minuman itu dan segera meminumnya, jangan di Tanya rasanya seperti apa, rasanya seperti janji-janji manta dulu, manis -manis sepet pahit.Pagi tadi saat Bangun tidur badanku remuk semua rasanya, bagian kemaluanku sakit dan perih, si pelaku jangan di tanya dia ngapain aja, dia cuma natap aku tanpa kedip pula, apa aku se aneh itu?"Aris kasar sama kamu ya nak?" Pertanyaan mamah m
last updateLast Updated : 2025-01-05
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status