Share

Chapter 12

Penulis: Amelia Siauw
last update Terakhir Diperbarui: 2021-01-18 17:29:14

     Dengan berhasil dikalahkannya An Dao Dui, maka kekuatan Cheng Xi Bo secara drastis berkurang jauh. Hanya dibutuhkan beberapa hari untuk menumpas habis pemberontakan itu. Cheng Xi Bo sendiri  terlalu malu untuk mengakui kekalahannya  bunuh diri dengan menebas lehernya sendiri, dan mayatnya ditemukan tak jauh di tepi sungai Jiang Chang.

    Panglima Liu menepuk pundak Yu Shi dengan bangga. "Kaulah penentu kemenangan ini, Li Run Fang! Bila kau tidak mendapatkan ide tersebut, malah mungkin  kita yang akan dibunuh oleh Cheng Xi Bo!"

    Yu Shi menundukkan kepalanya, menjawab dengan nada penuh kerendah hatian. "Jenderal terlalu memuji Ide itu pula bisa saya laksanakan berkat bantuan seseorang"

    Namun ia tak berhasil menemukan penolong misteriusnya. Para pawang menolak untuk memberitahukan identitas si cadar, dan kudanya tiba-tiba saja telah terikat di samping kemahnya.

    "Kita akan segera kembali ke ibukota. Dan tatalah penampilanmu serapi mungkin, karena kita akan menghadap Baginda Kaisar."

      Yu Shi kontan merasakan jantungnya berdegup kencang. "Kita akan menghadap Kaisar?"

    "Tentu saja! Kita semua adalah pahlawan bagi Liang, mana mungkin Kaisar tidak memberikan kita penghargaan. Terutama kau, Nak. Kaisar sangat ingin bertemu denganmu karena beliau tahu kaulah pahlawan dalam pertempuran kali ini."

    Yu Shi membisu. Perlahan-lahan, ia memasukkan genggaman tangannya yang basah oleh keringat dingin ke dalam saku bajunya. Nanti, sebentar lagi, ia akan bertemu dengan Kaisar Liang  musuh yang paling dibencinya. Perasaannya kini campur aduk. Amarah, kebencian, dendam dan juga rasa takut, semuanya menumpuk jadi satu menguasai pikirannya.

    Tidak aku tak boleh ketakutan begini. Justru kalau aku kacau begini, kaisar pasti akan mengetahui identitasku dan aku tak punya kesempatan untuk mewujudkan misi kami. Lagipula belum tentu pula ia masih mengenaliku. Terakhir kali ia melihatku adalah saat aku masih sembilan tahun, dan sekarang aku sudah dua puluh dua tahun. Dia tidak akan mengenaliku.

    Tanpa membuang-buang waktu, pasukan kekaisaran segera bertolak kembali ke Ibukota An Chang.

    Mereka sudah diperlakukan bak pahlawan besar semenjak memasuki gerbang ibukota. Seluruh penduduk An Chang berdiri di pinggir kiri dan kanan, menyerukan pekik-pekik kemenangan. Dari atas kudanya, Yu Shi memandang para penduduk kota yang sibuk mengelu-elukannya. Lamat-lamat, perasaan bangga menguar dan menjalari dadanya. Ia yang selama ini selalu dihina, diremehkan dan disiksa bagai binatang, kini dielu-elukan bak pahlawan besar oleh seluruh penduduk An Chang. Bola matanya menegang, tangannya menggenggam pelananya  semakin erat. Bila saja ia hanya seorang diri, ia pasti telah meneriakkan kalimat itu sekeras-kerasnya, "Ayahanda! Ibunda! Kakek... Aku telah berhasil maju selangkah dalam mewujudkan misi suci ini!"

    Tetapi justru dialah pusat perhatian seluruh An Chang sekarang. Mereka semua telah mengetahui Yu Shi-lah yang mendapat ide "Hewan Langit" untuk mengalahkan An Dao Dui. Ia dapat mendengar seseorang memulai, kemudian seruannya diikuti oleh yang lain, dan pada akhirnya seluruh An Chang mengumandangkan pekikan tersebut.

    "Hidup Kapten Li Run Fang! Hidup Kapten Li Run Fang! HIDUP KAPTEN LI RUN FANG!"

    Suatu hari, Yu Shi membatin. Suatu hari nanti, aku akan bebas untuk membuka identitasku yang sebenarnya, dan namaku yang sesungguhnyalah yang akan mereka kumandangkan.

    Mereka akhirnya tiba di Istana. Yu Shi memandangi bangunan mewah itu, lekat-lekat. Kegetiran yang amat sangat segera memenuhi batinnya. Bangunan yang dulunya adalah milik keluarganya, dibangun oleh leluhurnya, dan diperindah oleh kakeknya sehingga menjadi Istana Terindah di seluruh dunia, kini jatuh ke tangan pihak lain yang dengan kejamnya membuang mereka sekeluarga ke jurang kematian.

    Suatu hari nanti, pasti... Ia kembali membatin. Pasti akan kurebut segalanya yang seharusnya menjadi milik keluarga Han!

    Pintu Istana berderik membuka. Dari baliknya, muncullah keluarga kekaisaran dengan Kaisar Liang berdiri paling depan, datang menyambut mereka semua.

    "Para ksatria pemberani!" Sang Kaisar berseru. "Selamat datang kembali di An Chang, dan terima kasih banyak kalian telah mempersembahkan kemenangan yang begitu berharga bagi kami. Kalian telah menyelamatkan nyawa kekaisaran Liang dari tangan pemberontak, karena itu, saya akan menganugerahi kalian semua dengan penghargaan setinggi langit!"

    Seluruh penduduk An Chang bersorak-sorai. Para prajurit berseru-seru gembira. Namun Yu Shi hanya bisa mematung, memandangi Kaisar Liang dalam kebisuan.

    Ini adalah kala ketiga ia bertatap muka secara langsung dengan musuh bebuyutannya. Kala pertamanya adalah pada saat ia menjumpai pria itu tiba-tiba muncul dalam kamar tidur ayahnya, membunuh sang kaisar dan selanjutnya merebut stempel kekaisaran. Kala keduanya adalah ketika pria itu menarik paksa ia beserta ibu dan saudara-saudaranya yang lain ke Aula Istana. Telinga Yu Shi serasa berdengung. Mendadak, ia kembali dapat melihat adegan dua belas tahun yang lalu terputar balik dalam memorinya.

    "Kaisar Han Shang Xing telah tewas! Kini, akulah sang Penguasa tertinggi! Akulah Kaisar baru negeri ini! Negeri Liang!"

    "Memang aku tidak salah pilih. Panglima Liu, aku benar-benar bangga padamu."

    " mengenai putera-puteri Kaisar lama, akan dikirim untuk bekerja di penambangan di Yitmaiszk Tukhestan!"

    "Li Run Fang!"

    Yu Shi tersentak dari lamunannya, namun ia dapat dengan cepat menghapus kekagetan dari wajahnya. "Ya, Jenderal?" Ia berpaling menghadap Kaisar Liang. Emosi-emosi yang tengah menguasai pikirannya semakin bergejolak. "Yang Mulia… memanggil saya?"

    Panglima Liu kembali mengambil alih pembicaraan, "Dialah pahlawan utama perang ini, Yang Mulia. Walaupun masih muda, namun pemikirannya sangat brilliant dan luar biasa."

    Kaisar Liang kini menatap Yu Shi, lama dan tajam. "Rasa-rasanya aku pernah melihat anak ini sebelumnya..."

    Yu Shi tersentak, rasa takut segera menguasai pikirannya. Pemuda itupun lantas berdoa dalam hati, Langit... tolong berikan keajaiban jangan biarkan kaisar ini mengenaliku sekarang... kumohon...

    "Aku yakin aku pernah melihat anak ini sebelumnya, entah di mana..." Kaisar memandangi Yu Shi dengan lebih saksama. "Siapa namamu, Nak?"

    "Lapor Yang Mulia... Nama saya Li Run Fang!" Sebisa mungkin Yu Shi menekan nada kekhawatiran dalam suaranya.

    Panglima Liu menambahkan, "Dia adalah putera angkat pejabat Li, Yang Mulia."

    Kaisar Liang lantas mengangguk-anggukkan kepalanya. "Oh... begitu rupanya... Pantas saja rasanya aku pernah melihatnya! Jadi kau putera angkat Tuan Li? Mungkin kita pernah bertemu dalam suatu pesta atau upacara kerajaan, hm?"

    Yu Shi terperangah. Kaisar Liang kembali meneruskan, "Sebetulnya, aku sangat kagum dengan ayah angkatmu itu. Siapa yang tidak tahu bahwa dialah yang merupakan salah satu fondasi utama pembangun yang membuat Kekaisaran Han dapat berjaya di seluruh dunia!" Mendengar nama Kekaisaran Han disebut-sebut, jantung Yu Shi tersirap seketika. "Tapi ah... Bukannya aku menghina ayahmu, tapi ayahmu itu memang terlalu keras kepala! Dia terlalu mengutamakan kesetiaan dan segala tetek bengek lainnya, makanya dia tidak bisa maju sampai sekarang!" Ia berhenti sejenak. "Tapi kau berbeda. Kau mau menyumbangkan bakatmu untuk Liang. Benar-benar bagus!" Tiba-tiba sang kaisar bangkit berdiri. "Kita akan merayakan pesta kemenangan besar-besaran malam ini! Terutama untuk menghormati Li Run Fang yang bersedia mengabdikan dirinya demi negara!"

    Kaisar Liang menganugerahi Yu Shi dengan banyak sekali hadiah emas dan permata, bahkan menjanjikan menganugerahinya dengan pangkat tinggi. Penghargaan kaisar yang sedemikian besar menjadikan Yu Shi sorotan utama semua orang. Seluruh kaum bangsawan amat penasaran dengan Yu Shi, yang sebelumnya hanya rakyat awam biasa namun dalam sekejap dianugerahi penghargaan besar dari kaisar. Semua orang - bahkan termasuk Perdana Menteri - berlomba-lomba ingin berbicara dengannya.

    "Puteri Pertama, Puteri Kedua dan Puteri Ketiga, telah tiba!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • THE HEIR OF DRAGON   Chapter 105

    Yu Shi menoleh ke arah Rong Xun. Sahabatnya mengangguk kecil. Walaupun tidak terucapkan kata-kata, namun pandangannya telah mengucapkan ribuan kata yang tak terungkap dengan teramat jelas. Yu Shi menengadahkan wajahnya, menegakkan tubuhnya, dan keluar dari tempat persembunyiannya, berjalan tepat menuju Tuan Li dan Feng Lan yang tak ayal sangat terkejut melihat kedatangannya. Feng Lan sampai terbelalak lebar. Sementara Tuan Li berdehem, dan pelan-pelan meninggalkan tempat mereka tanpa suara. Keadaan menjadi sangat hening. Mereka berdua hanya saling berhadapan tanpa berucap sepatah katapun. Sinar bulan berkedip, cahayanya menjadi lebih terang semenjak awan bergeser menjauhinya. Yu Shi mendehem. "Putri Feng Lan... aku telah mendengar seluruh percakapanmu dengan Guru Li..." Muncul semburat merah menghiasi pipi Feng Lan. "Ak

  • THE HEIR OF DRAGON   Chapter 104

    "Guru! Ini bukan soal dendam pribadi! Mereka adalah tawanan negara!" Rong Xun memotong. "Aku tidak sedang bicara padamu!" Rong Xun tergugu. "Tetapi kepadamu, Yu Shi. Walaupun kau kaisar, namun kau tetaplah muridku. Karenanya aku harus membimbingmu." Yu Shi hanya diam membisu. "Kakekmu adalah seorang yang terus menyimpan amarah masa lalu dan penderitaan yang tak bisa ia ungkapkan. Karenanyalah, ia bertindak sadis dan semena-mena terhadap orang lain. Karena ia tidak bisa memaafkan dunia dan masa lalunya. Tapi, walaupun ia telah meraih banyak kesuksesan, apakah ia bahagia? Tidak, ia selalu menderita. Makanya ia sangat menyesali mengapa tak daridulu ia membuang semua dendam dan amarahnya, dan saat ia ingin melakukannya, kematian telah menunggunya. Yu Shi, tahukah kau? Kau yang sekarang sama dengan kakekmu! Kau dikuasai amarah dan dendam! Padahal kakekmu mengharapkan keturunannya menjadi

  • THE HEIR OF DRAGON   Chapter 103

    Di pihak lain, di dalam sel. Ternyata Xiu Lan telah masuk ke sana. Setelah seharian ia berpikir, hanya ia sendiri yang menjalani hidup bahagia dan tenteram sementara keluarganya yang lain akan menjalani hukuman mati, ia merasa sangat resah. Ternyata Xiu Lan merupakan anak yang baik, hanya perilakunya saja yang memang kurang matang, namun hatinya sungguh baik. Ia pun menyusup masuk ke dalam sel, dan menuntut untuk ikut menjalani eksekusi bersama. Ying Lan sampai menangis terharu dan memeluknya erat-erat. "Kakak, jangan menangis. Kau membuatku sedih," kata Xiu Lan. Ying Lan mengusap airmatanya. "Kalau saja aku tahu akan jadi begini, aku akan baik-baik terhadapmu!..." Saat itulah Feng Lan tiba. Ia juga tercegang melihat keberadaan Xiu Lan. Di pihak lain, orang-orang dalam sel juga sama tercegangnya saat melihatnya. "Feng Lan, kau juga sama seperti kami?..." Ying Lan bertanya tak percaya

  • THE HEIR OF DRAGON   Chapter 102

    Mereka kini berjalan menyusuri istana, aula istana, lorong-lorong, taman dalam... dan mereka semuanya diam, hening. Feng Lan meremas jari-jari tangannya. Perjalanan yang mereka tempuh sungguh panjang, sebelum mereka tiba di akhir perjalanan mereka; Paviliun Shu Ling. Dikelilingi taman yang indah, Paviliun Shu Ling merupakan paviliun yang amat asri dan rindang. Seharusnya senantiasa terjadi percakapan yang menyenangkan hati di sana, namun kali ini suasananya berbeda - suasana yang dipenuhi ketegangan. Feng Lan meremas tangannya kuat-kuat. Ia pandangi Yu Shi yang masih tetap berjalan di depannya dan memunggunginya walaupun mereka telah sampai di tempat tujuan, sangat lama. Dan ketika Yu Shi membalikkan tubuhnya, Feng Lan dapat melihat ekspresi wajahnya yang sayu dan sendu. Feng Lan menggigit bibir. Ia sangat terkejut melihat raut wajah sang kaisar muda, yang kini banyak dipenuhi kerut, dan terdapat lingkar

  • THE HEIR OF DRAGON   Chapter 101

    Penyerangan Han ke Liang tidak memakan waktu lama. Sudah sangat terlambat bagi Liang untuk mempersiapkan diri. Walaupun kini Ying Lan bekerja ekstra keras untuk menutupi kegagalannya, ia tetap harus menerima bahwa, hanya dalam kurun waktu tiga minggu pintu gerbangnya telah dibuka dan para prajurit musuhpun dapat dengan mudah meringkus para anggota kerajaan. Termasuk pula Feng Lan. Feng Lan memang datang di saat yang tidak tepat. Saat ia tiba di istana bersamaan dengan saat ketibaan para prajurit Han. Otomatis ia ikut tertangkap. Tapi tak apa. Aku jadi bisa bertemu dengan Yu Shi, pikirnya saat berada dalam kereta tawanan. "Kakak... aku takut..." Di sebelahnya, Xiu Lan berkata, tangannya yang gemetaran hebat memegang erat tangan kakaknya. Feng Lan mengusap rambut adiknya. "Tenanglah. Ada kakak di sampingmu..." &

  • THE HEIR OF DRAGON   Chapter 100

    "Kabar baik, Paduka! Song telah kita kuasai!" Komandan Besar Rong Xun memberi laporan. Duduk di singgasana, Yu Shi mengangguk. "Bagus," jawabnya singkat. Kini, ia memang terkenal suka memberikan jawaban singkat. Jangan mengharapkan jawaban panjang darinya. Rong Xun melanjutkan, "Dan kini kami tengah mengarah ke sasaran terakhir kita - Liang." Seluruh menteri di aula yang sangat luas itu mendesah, bergairah. Pula mereka tahu bahwa menaklukkan Liang adalah harapan terbesar pemimpin mereka. Ketika Liang ditaklukkan, maka Han akan mengulang kejayaannya menguasai dunia seperti dahulu kala. Tidak sesuai dengan dugaan orang-orang, mimik Yu Shi sama kakunya dengan sebelumnya. "Laksanakan," katanya pendek. "Perintah dari Paduka Yang Mulia, Laksanakan!" Rong Xun berseru. Setiap orang pun langsung masuk ke posnya masing-masing, siap be

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status