Share

Chapter 11

Author: Amelia Siauw
last update Last Updated: 2021-01-18 17:29:09

     Enam jam telah berlalu. Matahari pagi telah merekah menyinari ufuk timur, tapi si orang bercadar masih belum kembali juga. Yu Shi mendesah panjang. Bukan hanya tidak mendapatkan pawang, sekarang ia juga kehilangan kuda putih kesayangannya. Berkali-kali ia merutuki kebodohannya karena terlalu mudah mempercayai seseorang yang bahkan tidak dikenalnya. Bagaimana kalau orang itu benar mata-mata? Bagaimana kalau ini semua ternyata adalah permainan Cheng Xi Bo untuk menjebaknya?

    Ia merosot jatuh, bersimpuh pasrah di atas tikar kemahnya, lantas menggelengkan kepala kuat-kuat. Gagallah sudah rencana terakhirnya, akhirnya ia hanya bisa membiarkan nyawanya berakhir di sini. sekarang. Dan setelah di akhirat nanti, ia masih harus menghadap arwah keluarga dan leluhurnya yang pastinya meminta pertanggung jawabannya, mengapa ia gagal mewujudkan misi suci ini.

    Seorang prajurit menerobos masuk ke dalam kemah dengan terburu-buru, "Tuan! Pasukan Cheng Xi Bo dengan An Dao Dui-nya kembali menyerang! Harap Anda mempersiapkan diri!"

    Walaupun tahu akan kalah, Yu Shi tidak langsung ingin menyerah begitu saja. Ia segera bangkit berdiri dan menyerukan perintahnya, "Lekas kumpulkan pasukan! Kita akan bertarung melawan musuh sampai titik darah penghabisan!"

    "Laksanakan!"

    Bila bertempur di tanah kematian, maka bertempurlah sampai mati Yu Shi menegakkan kepalanya, berjalan menuju ke hadapan pasukannya yang sekarang tinggal lima puluh orang saja. "Kita semua tahu, lawan kita adalah An Dao Dui yang dijuluki Pasukan Neraka. Kita telah gagal dalam melawan mereka, dan kita telah kehilangan banyak teman seperjuangan karena mereka. Tetapi bagimanapun juga, kita adalah prajurit! Maka kita harus memiliki mental, dan juga harga diri seorang prajurit! Kita tidak akan mati sebelum bertempur, dan kita harus bertempur sampai titik darah penghabisan!"

    Ia mengangkat pedangnya tinggi-tinggi. Para prajuritnya mengikutinya. Mereka semua kini berseru-seru, "Kita akan bertempur sampai titik darah penghabisan! Sampai titik darah penghabisan!"

    Sorak-sorai para prajurit begitu membahana bagaikan nyaris memecah kolong langit, namun anehnya masih ada suara lain yang masih bisa menandingi sorak-sorai mereka. Merasa penasaran, para prajurit berhenti memekik dan mulai memperhatikan suara-suara aneh tersebut, yang ternyata merupakan suara geraman binatang buas. Suara-suara liar itu semakin mendekat, dan kini mereka dapat melihat sosok hewan-hewan buas itu. Singa, macan, beruang, pula berbagai jenis ular besar kini mengarah tepat ke arah mereka. Di samping hewan-hewan tersebut, para pawang berlari sambil mengendalikan langkah binatang-binatang tersebut.

    Mulanya Yu Shi tidak dapat mempercayai penglihatannya. Barulah setelah para prajuritnya berseru panik, ia menyadari bahwa penglihatannya itu benar. Ia lantas mengangkat pedangnya lebih tinggi lagi, berujar penuh kegembiraan, "Kita akan menang! Kita pasti akan menaklukkan Cheng Xi Bo dan An Dao Dui-nya, hari ini juga!"

    Ia lantas menghampiri para pawang yang kini menghaturkan salam kepadanya. "Anda Kapten Li Run Fang? Kami diminta membawa hewan-hewan ini untuk membantu Anda."

    "Benar. Sayalah Li Run Fang," jawab Yu Shi sembari memperhatikan para pawang dengan hewan-hewan buas mereka.  Ia lalu kembali berujar, teramat puas, "Bagus sekali, tetapi akan lebih bagus lagi bila kita menambahkan sesuatu pada mereka."

    "Masih ada yang kurang, Tuan?"

    "Ya. Dan kita akan segera melengkapinya."

***

    Di pihak lain, pasukan Cheng Xi Bo disertai An Dao Dui-nya menunggu musuh mereka sambil duduk-duduk santai. Ada yang mengipas-ngipas dirinya, ada yang tidur-tiduran, ada yang saling mengobrol  pada intinya dilihat dari tingkah laku mereka, mereka sangat memandang remeh musuh mereka itu.

    "Mau sampai seratus kali pun pasukan kerajaan melawan, kita tetap akan bisa mengalahkan mereka!"

    Prajurit lain ikut menukas, "Komandan Song Qiu memang terlalu bermurah hati! Seharusnya Anda jangan membiarkan mereka hidup. Bukankah prinsip kita adalah membasmi sampai ke akar-akarnya?"

    Menanggapi kata-kata bawahannya, Song Qiu terkekeh. "Mereka tidak akan bisa melawan. Kita nikmati dulu saja permainan ini  aku ingin melihat mereka tersiksa dan ketakutan sebelum mereka mati."

    Mereka semua tertawa terbahak-bahak, ketika salah seorang prajurit berseru, "Apa itu?"

    Seluruh prajurit lantas memandangi sebelah timur mereka, yang tiba-tiba saja dipenuhi asap yang sangat tebal. Dan saat gumpalan asap mulai menipis, muncullah binatang-binatang buas pasukan Yu Shi yang juga telah diberikan sedikit riasan tambahan, yang membuat mereka seolah-olah merupakan makhluk dari dunia gaib.

    Kini berganti pasukan Cheng Xi Bo yang pucat pasi, sementara para pawang, dengan dandanan para dewa khayangan, berseru lantang, "Pemberontak Cheng Xi Bo beserta anak buahnya An Dao Dui, telah melanggar aturan Langit dengan melawan Sang Putera Pilihan Langit, bahkan juga berani membawa-bawa nama Dewa Kematian. Kesalahan yang salngat besar, kami putuskan untuk turun tangan sendiri menghukum kalian!"

    Si pawang pemimpin bersuit panjang, tanda bagi para hewan untuk beraksi. Sementara itu, kaum Cheng Xi Bo kini pucat pasi, dan detik berikutnya mereka memutar langkah, dan selanjutnya kabur tunggang langgang. Mereka hanya berani bila menghadapi lawan berwujud manusia, lain halnya bila dewa yang menjadi musuh mereka. Dan efek tipuan yang Yu Shi buat benar-benar sangat bagus sehingga bahkan mungkin dewa langit yang asli pun juga akan tertipu melihatnya.

    Tapi mana mungkin hewan-hewan buas yang telah diberikan kesempatan untuk menyantap sebegitu banyak "hidangan" mau membiarkan mangsanya lari begitu saja? Dengan segera harimau-harimau, singa-singa, serta hewan-hewan buas lainnya melesat mengejar prajurit-prajurit malang itu. Dalam sekejap, mereka semua habis dimangsa oleh binatang buas.

    Tentu saja kaum Cheng Xi Bo tidak lantas tinggal diam menunggu ajal. Mereka lantas menarik busur panah, namun seakan telah menduga apa yang hendak mereka lakukan, Yu Shi memerintahkan para prajuritnya yang tadinya bersembunyi di bebatuan keluar menyerang tepat sebelum mereka sempat melepaskan anak panah.

    Pasukan Cheng Xi Bo dapat dipastikan hancur lebur. Kalau bukan karena dimangsa binatang buas, maka mereka mati karena tikaman senjata pasukan kerajaan.

    Tidak memakan waktu terlalu lama bagi pasukan kerajaan untuk menyatakan kemenangan mereka. Kini, mereka semua tengah bersorak-sorai menyerukan pekik-pekik kemenangan, dengan mengelilingi satu orang yang mereka arak menuju tempat tertinggi.

    "Hidup Kapten Li Run Fang! Hidup Kapten Li Run Fang!"'

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • THE HEIR OF DRAGON   Chapter 105

    Yu Shi menoleh ke arah Rong Xun. Sahabatnya mengangguk kecil. Walaupun tidak terucapkan kata-kata, namun pandangannya telah mengucapkan ribuan kata yang tak terungkap dengan teramat jelas. Yu Shi menengadahkan wajahnya, menegakkan tubuhnya, dan keluar dari tempat persembunyiannya, berjalan tepat menuju Tuan Li dan Feng Lan yang tak ayal sangat terkejut melihat kedatangannya. Feng Lan sampai terbelalak lebar. Sementara Tuan Li berdehem, dan pelan-pelan meninggalkan tempat mereka tanpa suara. Keadaan menjadi sangat hening. Mereka berdua hanya saling berhadapan tanpa berucap sepatah katapun. Sinar bulan berkedip, cahayanya menjadi lebih terang semenjak awan bergeser menjauhinya. Yu Shi mendehem. "Putri Feng Lan... aku telah mendengar seluruh percakapanmu dengan Guru Li..." Muncul semburat merah menghiasi pipi Feng Lan. "Ak

  • THE HEIR OF DRAGON   Chapter 104

    "Guru! Ini bukan soal dendam pribadi! Mereka adalah tawanan negara!" Rong Xun memotong. "Aku tidak sedang bicara padamu!" Rong Xun tergugu. "Tetapi kepadamu, Yu Shi. Walaupun kau kaisar, namun kau tetaplah muridku. Karenanya aku harus membimbingmu." Yu Shi hanya diam membisu. "Kakekmu adalah seorang yang terus menyimpan amarah masa lalu dan penderitaan yang tak bisa ia ungkapkan. Karenanyalah, ia bertindak sadis dan semena-mena terhadap orang lain. Karena ia tidak bisa memaafkan dunia dan masa lalunya. Tapi, walaupun ia telah meraih banyak kesuksesan, apakah ia bahagia? Tidak, ia selalu menderita. Makanya ia sangat menyesali mengapa tak daridulu ia membuang semua dendam dan amarahnya, dan saat ia ingin melakukannya, kematian telah menunggunya. Yu Shi, tahukah kau? Kau yang sekarang sama dengan kakekmu! Kau dikuasai amarah dan dendam! Padahal kakekmu mengharapkan keturunannya menjadi

  • THE HEIR OF DRAGON   Chapter 103

    Di pihak lain, di dalam sel. Ternyata Xiu Lan telah masuk ke sana. Setelah seharian ia berpikir, hanya ia sendiri yang menjalani hidup bahagia dan tenteram sementara keluarganya yang lain akan menjalani hukuman mati, ia merasa sangat resah. Ternyata Xiu Lan merupakan anak yang baik, hanya perilakunya saja yang memang kurang matang, namun hatinya sungguh baik. Ia pun menyusup masuk ke dalam sel, dan menuntut untuk ikut menjalani eksekusi bersama. Ying Lan sampai menangis terharu dan memeluknya erat-erat. "Kakak, jangan menangis. Kau membuatku sedih," kata Xiu Lan. Ying Lan mengusap airmatanya. "Kalau saja aku tahu akan jadi begini, aku akan baik-baik terhadapmu!..." Saat itulah Feng Lan tiba. Ia juga tercegang melihat keberadaan Xiu Lan. Di pihak lain, orang-orang dalam sel juga sama tercegangnya saat melihatnya. "Feng Lan, kau juga sama seperti kami?..." Ying Lan bertanya tak percaya

  • THE HEIR OF DRAGON   Chapter 102

    Mereka kini berjalan menyusuri istana, aula istana, lorong-lorong, taman dalam... dan mereka semuanya diam, hening. Feng Lan meremas jari-jari tangannya. Perjalanan yang mereka tempuh sungguh panjang, sebelum mereka tiba di akhir perjalanan mereka; Paviliun Shu Ling. Dikelilingi taman yang indah, Paviliun Shu Ling merupakan paviliun yang amat asri dan rindang. Seharusnya senantiasa terjadi percakapan yang menyenangkan hati di sana, namun kali ini suasananya berbeda - suasana yang dipenuhi ketegangan. Feng Lan meremas tangannya kuat-kuat. Ia pandangi Yu Shi yang masih tetap berjalan di depannya dan memunggunginya walaupun mereka telah sampai di tempat tujuan, sangat lama. Dan ketika Yu Shi membalikkan tubuhnya, Feng Lan dapat melihat ekspresi wajahnya yang sayu dan sendu. Feng Lan menggigit bibir. Ia sangat terkejut melihat raut wajah sang kaisar muda, yang kini banyak dipenuhi kerut, dan terdapat lingkar

  • THE HEIR OF DRAGON   Chapter 101

    Penyerangan Han ke Liang tidak memakan waktu lama. Sudah sangat terlambat bagi Liang untuk mempersiapkan diri. Walaupun kini Ying Lan bekerja ekstra keras untuk menutupi kegagalannya, ia tetap harus menerima bahwa, hanya dalam kurun waktu tiga minggu pintu gerbangnya telah dibuka dan para prajurit musuhpun dapat dengan mudah meringkus para anggota kerajaan. Termasuk pula Feng Lan. Feng Lan memang datang di saat yang tidak tepat. Saat ia tiba di istana bersamaan dengan saat ketibaan para prajurit Han. Otomatis ia ikut tertangkap. Tapi tak apa. Aku jadi bisa bertemu dengan Yu Shi, pikirnya saat berada dalam kereta tawanan. "Kakak... aku takut..." Di sebelahnya, Xiu Lan berkata, tangannya yang gemetaran hebat memegang erat tangan kakaknya. Feng Lan mengusap rambut adiknya. "Tenanglah. Ada kakak di sampingmu..." &

  • THE HEIR OF DRAGON   Chapter 100

    "Kabar baik, Paduka! Song telah kita kuasai!" Komandan Besar Rong Xun memberi laporan. Duduk di singgasana, Yu Shi mengangguk. "Bagus," jawabnya singkat. Kini, ia memang terkenal suka memberikan jawaban singkat. Jangan mengharapkan jawaban panjang darinya. Rong Xun melanjutkan, "Dan kini kami tengah mengarah ke sasaran terakhir kita - Liang." Seluruh menteri di aula yang sangat luas itu mendesah, bergairah. Pula mereka tahu bahwa menaklukkan Liang adalah harapan terbesar pemimpin mereka. Ketika Liang ditaklukkan, maka Han akan mengulang kejayaannya menguasai dunia seperti dahulu kala. Tidak sesuai dengan dugaan orang-orang, mimik Yu Shi sama kakunya dengan sebelumnya. "Laksanakan," katanya pendek. "Perintah dari Paduka Yang Mulia, Laksanakan!" Rong Xun berseru. Setiap orang pun langsung masuk ke posnya masing-masing, siap be

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status