Share

Chapter 4

Author: Amelia Siauw
last update Last Updated: 2021-01-18 17:28:40

    Di dalam Istana...     

    Seisi Aula Utama terdiam dalam kesenyapan yang mengerikan tatkala si utusan selesai membacakan petisinya. Mereka semua pun ganti memandangi Kaisar Liang Wang Di, yang kini menatap utusan tersebut dengan sorot mata tajam menusuk.

    "Jadi intinya, bangsa Khanate ingin memerdekakan diri?" Sang Kaisar bertanya perlahan.

    Si utusan menelan ludah. "Anu... Yang Mulia... mereka sudah memerdekakan diri..."

    Sunyi. Kemudian Kaisar Liang memukul meja di sebelahnya keras-keras. Kemarahan membuat wajahnya memerah. Ia segera bangkit berdiri.

    "Benar-benar keparat! Segera kirim pasukan ke Khanate dan seret para pemberontak itu ke sini!"

    Seorang menteri veteran keluar dari barisan para pejabat. "Baginda, mohon Anda pertimbangkan masak-masak perintah Anda tersebut. Kita telah mengirim puluhan, bahkan mungkin  ratusan ribu pasukan untuk merebut kembali wilayah-wilayah yang telah lepas dari kita, tetapi apakah mereka berhasil? Malah hanya semakin banyak menambah korban saja. Pula, masih banyak masalah dalam negeri yang belum teratasi. Pemberontakan Cheng Xi Bo saja masih belum dapat diredam. Bagaimanapun, lepasnya Khanate ini memang telah kita prediksikan dari dulu. Karenanya, alangkah baiknya bila Yang Mulia tetap memusatkan perhatian pada masalah dalam negeri terlebih dahulu. Setelah kita kuat, barulah kita memfokuskan diri pada masalah luar negeri."

    Kaisar Liang mendelik ke arah sang menteri. Di pihak lain menteri veteran lain juga ikut membuka suara, "Saya setuju dengan Menteri Zhang. Mohon Yang Mulia terlebih dahulu memfokuskan perhatian pada masalah Cheng Xi Bo."

    Dua orang menteri sudah memberikan pendapat mereka, menteri-menteri yang lain pun lantas dengan lantang berujar, "Mohon Yang Mulia terlebih dahulu mengurusi masalah Cheng Xi Bo!"

    Kaisar yang sudah berusia setengah abad itupun hanya bisa kembali terduduk sembari menarik nafas panjang penuh kekalahan. "Kau boleh pergi!" ia mengusir si utusan.

    Sebuah seruan melengking mendadak bergema, semakin lama semakin keras. "Ayahanda Kaisar!"

    Para pejabat mengeluh dalam hati. Tanpa perlu melihat pun mereka sudah tahu siapa yang barusan berseru tadi. Yang tak lain merupakan putri bungsu sang kaisar, Putri Xiu Lan yang baru berusia tiga belas tahun. Mereka semua merutukkan kalimat yang sama, Bagaimana mungkin sang kaisar membiarkan puterinya bertindak tidak tahu aturan dengan mengganggu sidang sepenting ini berulang-ulang kali...

    Betapapun, tidak ada seorangpun yang berani berkomentar ketika Puteri Xiu Lan menghambur ke ayahnya yang segera memeluknya, "Ya... ya... Ada apa puteriku... sampai-sampai kau mengganggu Ayahku bekerta sekarang?"

    Tidak ada nada marah dalam suara sang kaisar, Putri Xiu Lan pun tak sungkan-sungkan mengungkapkan seruannya, "Ayahanda... Saya tak mau menghadiri Pesta Bangsawan nanti malam!"

    "Putri... Anda jangan mengganggu Baginda... Beliau sedang sibuk sekarang..." Para dayang sang putri muncul menyusulnya, nafas mereka semua terengah-engah.

    Putri Xiu Lan berkacak pinggang. "Pokoknya aku tak mau datang ke pesta! Kak Ying Lan dan Kak Feng Lan punya baju pesta baru, hanya aku sendiri yang tidak punya!"

    Kaisar menggeleng-gelengkan kepalanya dengan resah. Ia baru akan menegur putrinya, namun saat sang putri balas menatapnya memelas, ia lantas mengurungkan niatnya. "Baiklah," ujarnya kembut. "Ayah akan memberikanmu gaun yang terindah. Sekarang, kembalilah ke kamarmu, ya."

    Dari kejauhan, Tuan Li mengamati jalan seluruh perkara yang barusan terjadi, berpikir geram, Kaisar yang amat mengerikan. Dia begitu menyayangi putri bungsunya sampai-sampai membiarkan putrinya itu datang mengacaukan ritual sidang negara. Jangankan untuk mengembalikan kejayaan Han masa lampau, dia mampu mempertahankan diri agar jangan sampai dikudeta pun sudah merupakan keberhasilan yang bagus. Harus ada yang mengkudeta dan menggulingkannya... Pangeran Yu Shi harus berhasil menggulingkan dan menggantikannya.

    Namun ia tahu, dibutuhkan waktu lama sampai murid bimbingannya Yu Shi mampu mencapai tahap itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • THE HEIR OF DRAGON   Chapter 105

    Yu Shi menoleh ke arah Rong Xun. Sahabatnya mengangguk kecil. Walaupun tidak terucapkan kata-kata, namun pandangannya telah mengucapkan ribuan kata yang tak terungkap dengan teramat jelas. Yu Shi menengadahkan wajahnya, menegakkan tubuhnya, dan keluar dari tempat persembunyiannya, berjalan tepat menuju Tuan Li dan Feng Lan yang tak ayal sangat terkejut melihat kedatangannya. Feng Lan sampai terbelalak lebar. Sementara Tuan Li berdehem, dan pelan-pelan meninggalkan tempat mereka tanpa suara. Keadaan menjadi sangat hening. Mereka berdua hanya saling berhadapan tanpa berucap sepatah katapun. Sinar bulan berkedip, cahayanya menjadi lebih terang semenjak awan bergeser menjauhinya. Yu Shi mendehem. "Putri Feng Lan... aku telah mendengar seluruh percakapanmu dengan Guru Li..." Muncul semburat merah menghiasi pipi Feng Lan. "Ak

  • THE HEIR OF DRAGON   Chapter 104

    "Guru! Ini bukan soal dendam pribadi! Mereka adalah tawanan negara!" Rong Xun memotong. "Aku tidak sedang bicara padamu!" Rong Xun tergugu. "Tetapi kepadamu, Yu Shi. Walaupun kau kaisar, namun kau tetaplah muridku. Karenanya aku harus membimbingmu." Yu Shi hanya diam membisu. "Kakekmu adalah seorang yang terus menyimpan amarah masa lalu dan penderitaan yang tak bisa ia ungkapkan. Karenanyalah, ia bertindak sadis dan semena-mena terhadap orang lain. Karena ia tidak bisa memaafkan dunia dan masa lalunya. Tapi, walaupun ia telah meraih banyak kesuksesan, apakah ia bahagia? Tidak, ia selalu menderita. Makanya ia sangat menyesali mengapa tak daridulu ia membuang semua dendam dan amarahnya, dan saat ia ingin melakukannya, kematian telah menunggunya. Yu Shi, tahukah kau? Kau yang sekarang sama dengan kakekmu! Kau dikuasai amarah dan dendam! Padahal kakekmu mengharapkan keturunannya menjadi

  • THE HEIR OF DRAGON   Chapter 103

    Di pihak lain, di dalam sel. Ternyata Xiu Lan telah masuk ke sana. Setelah seharian ia berpikir, hanya ia sendiri yang menjalani hidup bahagia dan tenteram sementara keluarganya yang lain akan menjalani hukuman mati, ia merasa sangat resah. Ternyata Xiu Lan merupakan anak yang baik, hanya perilakunya saja yang memang kurang matang, namun hatinya sungguh baik. Ia pun menyusup masuk ke dalam sel, dan menuntut untuk ikut menjalani eksekusi bersama. Ying Lan sampai menangis terharu dan memeluknya erat-erat. "Kakak, jangan menangis. Kau membuatku sedih," kata Xiu Lan. Ying Lan mengusap airmatanya. "Kalau saja aku tahu akan jadi begini, aku akan baik-baik terhadapmu!..." Saat itulah Feng Lan tiba. Ia juga tercegang melihat keberadaan Xiu Lan. Di pihak lain, orang-orang dalam sel juga sama tercegangnya saat melihatnya. "Feng Lan, kau juga sama seperti kami?..." Ying Lan bertanya tak percaya

  • THE HEIR OF DRAGON   Chapter 102

    Mereka kini berjalan menyusuri istana, aula istana, lorong-lorong, taman dalam... dan mereka semuanya diam, hening. Feng Lan meremas jari-jari tangannya. Perjalanan yang mereka tempuh sungguh panjang, sebelum mereka tiba di akhir perjalanan mereka; Paviliun Shu Ling. Dikelilingi taman yang indah, Paviliun Shu Ling merupakan paviliun yang amat asri dan rindang. Seharusnya senantiasa terjadi percakapan yang menyenangkan hati di sana, namun kali ini suasananya berbeda - suasana yang dipenuhi ketegangan. Feng Lan meremas tangannya kuat-kuat. Ia pandangi Yu Shi yang masih tetap berjalan di depannya dan memunggunginya walaupun mereka telah sampai di tempat tujuan, sangat lama. Dan ketika Yu Shi membalikkan tubuhnya, Feng Lan dapat melihat ekspresi wajahnya yang sayu dan sendu. Feng Lan menggigit bibir. Ia sangat terkejut melihat raut wajah sang kaisar muda, yang kini banyak dipenuhi kerut, dan terdapat lingkar

  • THE HEIR OF DRAGON   Chapter 101

    Penyerangan Han ke Liang tidak memakan waktu lama. Sudah sangat terlambat bagi Liang untuk mempersiapkan diri. Walaupun kini Ying Lan bekerja ekstra keras untuk menutupi kegagalannya, ia tetap harus menerima bahwa, hanya dalam kurun waktu tiga minggu pintu gerbangnya telah dibuka dan para prajurit musuhpun dapat dengan mudah meringkus para anggota kerajaan. Termasuk pula Feng Lan. Feng Lan memang datang di saat yang tidak tepat. Saat ia tiba di istana bersamaan dengan saat ketibaan para prajurit Han. Otomatis ia ikut tertangkap. Tapi tak apa. Aku jadi bisa bertemu dengan Yu Shi, pikirnya saat berada dalam kereta tawanan. "Kakak... aku takut..." Di sebelahnya, Xiu Lan berkata, tangannya yang gemetaran hebat memegang erat tangan kakaknya. Feng Lan mengusap rambut adiknya. "Tenanglah. Ada kakak di sampingmu..." &

  • THE HEIR OF DRAGON   Chapter 100

    "Kabar baik, Paduka! Song telah kita kuasai!" Komandan Besar Rong Xun memberi laporan. Duduk di singgasana, Yu Shi mengangguk. "Bagus," jawabnya singkat. Kini, ia memang terkenal suka memberikan jawaban singkat. Jangan mengharapkan jawaban panjang darinya. Rong Xun melanjutkan, "Dan kini kami tengah mengarah ke sasaran terakhir kita - Liang." Seluruh menteri di aula yang sangat luas itu mendesah, bergairah. Pula mereka tahu bahwa menaklukkan Liang adalah harapan terbesar pemimpin mereka. Ketika Liang ditaklukkan, maka Han akan mengulang kejayaannya menguasai dunia seperti dahulu kala. Tidak sesuai dengan dugaan orang-orang, mimik Yu Shi sama kakunya dengan sebelumnya. "Laksanakan," katanya pendek. "Perintah dari Paduka Yang Mulia, Laksanakan!" Rong Xun berseru. Setiap orang pun langsung masuk ke posnya masing-masing, siap be

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status