Entah mengapa ada perasaan gelisah yang dialami King, saat Juyan dan Hera berlama-lama di dalam kamar. Keduanya pun keluar dari kamar. Masih terlihat Hera yang kaku berada di dekat King. Ia merasa tidak nyaman saat ini karena tatapan King yang sangat tajam mengarah kepadanya. Tanpa mengucapkan satu kata pun dari bibirnya. "Kenapa dia memandangku seperti itu? seharusnya ia mengatakan jika aku punya salah, jangan malah diam seperti ini," gumamnya dalam hati. Juyan memecah kesunyian dengan berpamitan kepada keduanya dan mengingatkan Hera untuk bersiap-siap karena jam 7 malam nanti, ia dan King akan bertemu dengan kedua orang tuanya. Sepeninggal Juyan, Hera semakin takut karena King masih terus menatapnya dengan sinis. "Hei, kenapa lo masih berdiam diri disitu, rapikan tempat ini! ingat perjanjian pra
Dengan kasar, King menhempaskan tubuh Hera ke tempat tidur. Ia lalu membuka lemari dan melihat jika semua gaun yang ada di lemari itu modelnya sama semua,mengekspos bagian dada dan punggung. "Sialan! Kenapa semua baju-baju ini kekurangan bahan?" Ia mengambil semua gaun-gaun itu dan melemparkannya di bawah lantai kamar. "Tunggu disini, dan jangan mencoba untuk keluar dari kamar!"King berlalu dari kamar Hera dan mengunci istrinya itu di dalam kamar.Seolah-olah Hera ingin melarikan diri. Hera yang shock dengan sikap King yang tiba-tiba marah kepadanya, hanya mampu bersedih dan mencoba mengikuti semua keinginan suaminya itu. Sekitar setengah jam ia menunggu King datang. Ia memanfaatkan waktu untuk merapikan kembali gaun-gaun yang berserakan di lantai kamar dan kembali memasukkannya ke dalam le
King tiba-tiba tercengang saat ia bisa mencapai pelepasannya hanya dengan membayangkan tubuh istrinya itu. "Shit!" ada apa denganku? apakah aku sudah sembuh?" Tanpa seorang pun yang tau, sejak kepergian Gladis untuk selamanya. Alat tempur King tidak berfungsi dengan baik. Itu salah satu alasan ia menolak dekat dengan lawan jenisnya. Ia pernah mengkonsultasikannya kepada seorang dokter spesialis ternama. Dokter itu mengatakan jika alam bawah sadar King yang belum bisa lepas dengan Gladis yang membuat ia seperti itu. Dokter mengatakan hanya King yang dapat menyembuhkan luka batinnya sendiri. Sekalipun ia minum obat semahal apapun tidak dapat menjamin ia akan sembuh total. Ia mengguyur tubuhnya di bawah aliran shower, sambil berpikir kenapa ia dapat dengan mudahnya mencapai puncak nirwana. Namun ia tidak dapat menemukan jawabannya.  
Keduanya saling pandang. Hera tidak tau harus menjawab apa. King berpikir keras hendak menjawab apa, lalu ia ingat satu hal. "Mi, apa mami sudah mulai pikun ya?" ujarnya kepada nyonya Yesi. "Maksud kamu apa King?" tanya maminya. "Papi, apa papi ingat sesuatu?" ujarnya kepada tuan Roland. Keduanya serentak menggelengkan kepala. "Jelaskan King, jangan bikin penasaran deh!" seru Sang Mami. King pun menjelaskan disaat sebelum omanya meninggal, ia pernah berpesan jika kelak King menikah, harus menggunakan cincin pernikahan mereka. Itulah yang menjadi alasannya tidak membeli cincin pernikahan. "Sial..! kok gue bisa lupa beli cincin! untung saja gue masih ingat pesan mendiang oma dulu, kalau tidak bisa berabe semua," gumamnya dalam hati.
Bentakan King seketika membuat Hera takut ia buru-buru keluar dari kamar mandi. "Ma..maafkan saya tuan, saya terpaksa memakai baju dari mami, karena gaun yang saya pakai tadi sudah kotor," ujarnya sambil menunduk, tangannya mulai sibuk menutupi belahan duagundukannya yang terpampang nyata di depan mata King, belum lagi paha mulusnya yang juga terlihat oleh King. "Sial!" mata King seakan terbelalak melihat penampilan Hera yang begitu menggoda baginya, tanpa ia sadari alat tempurnya berubah wujud lagi, torpedonya kembali melesak berdiri tegak di balik celananya, ia buru-buru membelakangi Hera dan berjalan menuju lemari dan mengambil dengan sembarang kemeja panjangnya dan menyuruh Hera untuk memakainya. "Pakai ini!" ujarnya sambil menyerahkan kemejanya kepada Hera, ekor matanya masih sempat melihat dua gundukan kembar istrinya itu yang terasa pas di tangannya.
Hera yang menyadari jika suaminya sudah selesai mandi dan berada di belakangnya. Segera menghadap ke arah King sambil menunduk, lalu berkata "tu..tuan saya mau mandi dulu," ujarnya sambil memeluk paper bag yang warnanya sama dengan paper bag yang tadi malam. Saat ia hendak melangkah ke kamar mandi, King berkata, "paper bag itu dari siapa?" "Tadi pelayan datang tuan, katanya ini dress dari mami dan saya di suruh memakainya." "Letakkan paper bag itu!" bentak King. "Ba..baik tuan." serunya takut lalu meletakkan paper bag tersebut di atas kasur King. King meraih ponselnya lalu mencoba kembali menelpon Juyan, baru deringan pertama, pintu kamar mereka sudahdi ketuk dari luar. Ia melangkah menuju pintu dan melihat dari kamera yang menempel di pintu kamar jika yang datang adalah pengawalnya.
Semua orang yang berada disitu kaget dengan perkataan nyonya Yesi yang melupakan cincin peninggalan Oma mereka. "Lah, mami, kok bisa lupa sih?" ujar King kesal. "Mami bagaimana sih, kita sudah jauh-jauh kesini lho mi," tuan Roland ikut-ikutan kesal. "Hahaha, becanda doang kok, kalian serius amat, cie pengantin baru, saling berpegangan tangan," goda nyonya Yesi. Seketika King melepas genggamannya dari tangan Hera dan pura-pura sibuk dengan ponselnya. Lalu keluarga itu pun berdoa di depan makam opa dan omanya King. Setelah berdoa, mereka saling berhadapan dan saling bergantian menyematkan cincin di jari manis masing-masing. Tuan Roland bahkan menyewa fotografer ternama untuk mengabadikan moment bersejarah bagi putranya ini, baik melalui video ataupun beberapa foto.
Ternyata, Fred memiliki perusahaan besar, sama seperti yang ia miliki. Padahal tadi rencananya ia ingin menghancurkan perusahaan Fred karena telah berani menggoda istrinya di depan matanya sendiri. Setelah berbelanja beberapasepatu, King membawa Hera di sebuah butik dan kembali menyuruhnya untuk membeli semua yang ia mau. Ia lalu memilih beberapa pakaian dan juga dress serta baju tidur, karena ia belum membawa pakaian ganti. Ia lalu berinisiatif untuk membeli beberapa pakaian untuk suaminya karena ia juga tau jika King tidak membawa pakaian ganti dari Jakarta, bahkan ia juga membeli underwear untuk suaminya. Karena ia tidak tau ukuran underwear King, ia lalu meminta bantuan seorang pelayan, "mbak, saya mau membeli underwear untuk suami saya, bisa nggak mbak memperkirakan berapa ukuran yang di pakai pria yang sedang duduk di so