Happy reading all!
"Selamat pagi tuan muda, anda sudah bangun?" seru Juyan. "Jawab yang gue tanya dodol!" King menatap tajam ke arah pengawalnya. "Nona Hera yang meyuruh saya tuan muda, katanya tadi dia sudah memasak nasi goreng spesial dan ia menawarkan saya untuk sarapan disini." King melihat ke atas meja makan, "sial! ia tidak memasak sarapan untukku?" gumamnya dalam hati. "Terus dia kemana?" "Nona Hera sudah berangkat duluan tuan muda, katanya ia takut telat berangkat ke kantor," serunya lagi. "Oh jadi dia lebih mementingkan perusahaan dibandingkan suaminya yang sedang kelaparan saat ini?" King semakin kesal karena Hera meninggalkannya sendiri sementara jatah sarapan untuknya sudah dihabiskan oleh Juyan. Ia juga melihat jika kopi yang dibuat oleh Hera sudah dim
Ia ingin menyentuh ponsel Hera dan ingin memblokir nomor pria-pria itu namun keburu Hera keluar dari kamar mandi. "Wah, kenapa ia terlihat cantik sore ini?" gumamnya dalam hati. Namun ia masih mengingat kekesalannya kepada istrinya. "Tu..tuan anda sudah pulang?" tanyanya. "Menurut lo bagaimana?" seru King kesal. "Tu...tuan, tadi pagi saya sudah menyiapkan bekal sarapanuntuk tuan, apakah tuan sudah memakannya?" tanyanya lagi. "Bekal apaan hah?! yang ada gue makan angin hari ini! lo malah seenaknya menawarkan Juyan untuk sarapan disini! istri macam apa lo yang membiarkan suaminya kelaparan seharian!" Hera segera memeriksa tempat dimana ia meletakkan bekal sarapan untuk King, yang ternyata sudah terjatuh di bawah meja. Ia menyadari kekeliruannya lalu menghampiri King dengan memba
"Ma..maaf tuan, bukan maksud saya seperti itu. Tapi tuan sendiriyang mengatakan jika pernikahan kita tidak boleh di ketahui orang lain." Hera mencoba menjelaskan kepada King. "Oh, jadi lo menganggap ayah lo adalah orang lain dalam pernikahan kita, begitu maksud lo?" bentaknya lagi. King semakin emosi gara-gara Ewan, ia tidak menyukai adik tirinya itu, ia berpikir bisa saja Ewan memiliki perasaan lebih kepada Hera. Sesempit itulah pikiran King jika menyangkut tentang istrinya itu. "Bu..bukan begitu tuan, tolong.. maafkan saya tuan," Hera mulai menitikkan air matanya. "Tuan! tuan! tuan! berhenti memanggilku tuan! gue ini suami lo, bukan majikan lo! apa lo mengerti?!" Hera semakin menangis karena bentakan King. "Jawab yang gue tanya!" "I..iya tu.., i..iya mas saya mengerti," ujar Hera men
Beberapa kali Juyan mengulur waktu, agar mereka lama sampai ke rumah Hera. Ia beberapa kali menelpon nonanya itu. Namun panggilan telpon darinya tidak di angkat dan pesan singkat yang ia kirim juga tidak di baca. Dia sampai kehilangan akal untuk memberitahukan Hera jika suaminya akan datang ke rumahnya. "Tuan.., bagaimana jika tuan membawa parcel buah untuk ayah nona Hera ya setidaknya bisa dikatakan buah tangan untuk mertua Anda tuan," ujar Juyan lagi. Juyan menghentikan mobil di sebuah supermarket yang khusus menjual buah-buahan segar. Ia sedang menunggu tuannya yang sedang memilih beberapa buah untuk ia bawa kepada mertuanya itu. Juyan lagi-lagi menelpon Hera namun tidak di jawab, sampai King kembali dari supermarket membawa satu keranjang buah-buahan segar nonanya itu tetap tidak menjawab ponselnya. Sementara di rumahnya Hera di sidang
Hera sampai terbatuk-batuk, King menyodorkan air putih kepada istrinya lalu berkata, "are you okay, honey?" ujarnya lembut. "Sa..saya hanya keselek mas," terlihat Hera gugup karena suaminya juga jadi ikut-ikutan menginap. "Ya sudah kak, karena suamimu juga menginap, kamu bersihin dulu kamarmu," Hera segera berlalu dari situ dan menuju kamarnya untuk membersihkannya seperti perintah ayahnya. "Duh.., dimana mas King akan tidur? apakah kami akan tidur seranjang lagi" tanyanya dalam hati. Kasurnya memang ukuran untuk ditiduri dua orang tapi tidak seluas kasur King yang ukurannya lebih lebar. Setelah selesai merapikan kamarnya, ia pun keluar lagi. Ia membereskan meja makan dibantu oleh Ewan. Sementara pengawal Juyan kembali masuk kedalam rumah dengan membawa tas kecil yang berisipakaian mereka. King memilih sendiri, pakaian yang dipakai oleh istrinya selama tidur di rumah aya
"shit!.aku kelepasan lagi!" Ia memegangi kepalanya dengan kedua tangannya mengisyaratkan penyesalan dengan apa yang ia lakukan barusan. "Maafkan aku soal yang barusan terjadi, aku tidak sengaja melakukannya," ujarnya lalu melihat ke arah istrinya. Hera terlihat sedang merapikan pakaiannya yang berantakan akibat ulah suaminya pagi itu, bibirnya terlihat bengkak dan ada beberapa bekas tanda kepemilikan dari suaminya. "I..iya, nggak apa-apa kok mas, aku..aku ke dapur dulu, mau menyiapkan sarapan," ucapnya lalu meninggalkan kamar dengan terburu-buru karena menutupi kegugupannya. Sepeninggal istrinya, King langsung menjatuhkan tubuhnya di atas kasur, dan bertanya kepada dirinya sendiri, "ada apa denganku? kenapa aku tidak bisa mengendalikan diri jika berada di dekatnya?" ia semakin bingung, namun tiba-tiba ia tersenyum, "rasa bibirnya semanis madu bahkan lebih manis dari madu! aku ingin mencicipinya lagi! seandainya tidak ada perjan
Juyan yang sedang menunggu di depanmobil bingung dengan sikap keduanya, Hera yang berjalan di depan tanpa beban tapi memasang wajah masam sedangkan King yang berjalan di belakang menenteng beberapa kantong belanjaan di kedua tangannya. Terlihat bajunya yang penuh keringat sedangkan sepatu dan celananya penuh percikan lumpur yang berasal dari dalam pasar tradisional itu. Juyan dengan cepat membuka bagasi mobil. Sedangkan Hera yang kesal kepada King langsung masuk ke dalam mobil. Terlihat King sedang memasukkan hasil belanjaan istrinya yang banyak itu ke dalam mobil. Juyan senyum-senyum sendiri melihat penampilang Sang Boss yang terlihat berantakan. " Hehehe tuan muda, andaseperti orang yang baru pulang di Medan perang," King menatap tajam pengawalnya itu. "Maksud lo?" balas King tak kalah sengit. "Hehehe becanda tuan muda, oh ya nona Hera kenapa tuan? kok seperti or
Alhasil pagi ini, King terpaksa beranjak dari tempat tidur dan menuju kamar mandi dengan malas-malasan. Kantung matanya juga mulaimenghitam karena kurang tidur, namun ia harus cepat sampai ke kantor karena pagi ini ia harus menghadiri meeting penting di kantornya. Keluar dari kamar mandi, ia melihat jika istrinya sudah menyiapkan pakaian yang akan ia pakai. Setelah selesai berpakaian, ia keluar dari kamar. Terlihat Hera sedang menyeduh kopi untuknya, "selamat pagi mas," sapa Hera sambil tersenyum ke arah suaminya. "Pagi," jawabnya tak bersemangat. Merekapun memulai sarapan pagi itu, terlihat King yang beberapa kali menguap menahan kantuknya. Ia lalu mencicipi kopi yang dibuat Hera untuinya. Rasa kopi ini kembali mengingatkannya kepada Sang Mantan Gladis. Ia lalu bertanya kepada Hera, "apakah kamu pernah ikut pelatihan cara membuat kopi sebelumnya?"