Aldi membelalakkan mata menatap Reyna, dia memegang kepala yang masih agak berat. Aldi kemudian mengingat aktifitas intim yang belum lama mereka lakukan.
"Kenapa aku ada di sini? Dan kenapa kau masih sudi tidur di kamar yang sama denganku?" tanya Aldi menatap Reyna tajam. Laki-laki itu teringat kembali dengan pengakuan Reyna yang mencintai laki-laki lain. Dan meminta agar mereka berpisah. Aldi menahan geram karena marah.
"Kita masih suami istri, Mas. Dan aku harap kau beristirahat. Ini sudah hampir subuh, Mas tadi pulang dalam keadaan mabuk," jelas Reyna.
"Kau mengaku mencintai laki-laki lain. Tapi kenapa kau masih bisa bercinta denganku? Apa kau juga sering melakukan itu bersama kekasihmu secara diam-diam? Apa kau sudah tidur dengan laki-laki itu, Reyna! Katakan padaku! Benar dugaanku, bukan? Hah! Murahan sekali," umpat Aldi seraya bangkit dari tempat tidur.
Reyna meraba dadanya
Nadia menerima panggilan telpon dari Reyna.. "Hallo, Mas Aldi, ini sudah jam 7 malam. Kenapa belum pulang? Mas lembur malam ini?" tanya Reyna terdengar khawatir di ponsel. "Emm ... hallo. Pak Aldi sedang tidur mbak." jawab Nadia singkat. "Tidur di mana? Maaf ini dengan siapa?" tanya Reyna. Ponsel dimatikan Nadia seraya menatap Aldi yang juga sejak tadi memperhatikan Nadia. "Apa dia menanyakan dirimu?" tanya Aldi. "Iya, Papa Azlea kenapa tidak berterus terang saja tentang aku. Jika seorang wanita tahu dia dibohongi, aku yakin dia akan benci dan meninggalkanmu. Jadi kenapa tidak jujur saja?" "Sudahlah, biarkan ini menjadi urusan kami," ucap Aldi seraya bangkit dari tempat tidur. Nadia menatap bingung kepada tingkah laku Aldi. "Kau mau kemana, Pa," tanya Nadia heran melihat Aldi ke
"Mas, saat ini kita sudah punya jalan masing-masing. Pisah adalah jalan terbaik. Ikhlaskan aku dengan laki-laki yang aku cintai, dan kau ... bisa bebas bersama istri dan anakmu," ucap Reyna dengan suara bergetar menahan sesak dan air mata yang bersamaan membanjiri wajahnya. Laki-laki dihadapan Reyna terpaku dengan wajah terkejut. Aldi melangkah mendekati Reyna, menatap dengan hati yang bergejolak. "Maksudmu? Is-tri dan a-nak?" tanyanya terbata-bata, kaki dan tangannya terasa gemetar. Reyna menundukkan wajahnya, dia menahan semua perasaan yang selama ini telah lama ida pendam. Namun dia sudah tidak sanggup lagi menyembunyikan semua kenyataan pahit. Semua rahasia Aldi yang sudah dia ketahui. "Sayang, ka-u?" tanya Aldi dengan keraguan dan dada yang bergetar hebat. Sesuatu yang dia takutkan ternyata telah terjadi. Pria itu menyentuh wajah Reyna lalu mengangkat dagunya u
Pagi ini Aldi sudah ke kantor tanpa pamit. Hal yang tidak pernah dia lakukan pada Reyna. Tentu saja karena Reyna masih belum terbangun. Semalam wanita itu tidak bisa memejamkan mata hingga jam empat subuh. Aldi yang sadar tidak melihat Reyna yakin bahwa wanita itu semalam pasti tidak bisa tidur. Sama seperti dirinya yang gelisah dan tidak bisa tidur pulas, perbincangan malam tadi membuat mereka gelisah dengan kesimpulan Aldi tetap bersikukuh mempertahankan Reyna. Saat Aldi bangun dan tidak menemukan istrinya, Aldi khawatir, dia takut Reyna jatuh sakit. Laki-laki itu masuk ke kamar Reyna dan kemudian meraba keningnya. "Ah, dia tidak demam, syukurlah kau baik-baik saja," gumam Aldi. Pria itu kemudian menunduk dan mengecup kening Reyna. Dia tidak merasakan sesuatu yang perlu dikhawatirkan, namun dia melihat mata Reyna yang sembab usai menangis. "Kau menyakiti dirimu dan aku. Apa sebe
David menggeleng saat sosok pelayan yang menabrak Reyna telah menghilang dari pandangan mereka. "Cepat sekali dia menghilang," gumam David terdengar kesal. Laki-laki dihadapan Reyna menoleh dan menatap Reyna dengan wajah menyesal. "Maaf Reyna," ucap David dengan kejadian yang baru saja terjadi. "Oh, tidak apa-apa Kak. Pelayan itu saja yang ceroboh tidak melihat kehadiran kita di sini." Setelah itu David mengajak Reyna masuk ke resto hotel untuk makan siang, mereka membicarakan sistem kerjasama yang akan David tawarkan. "Ini hard copy untuk perjanjian kerjasama yang aku tawarkan. Dan soft copy nya telah aku email. Kau bisa mempelajari kembali. Jika ada point yang kira-kira berat untuk kau setujui, kau bisa diskusi denganku," jelas David pada Reyna. Reyna mengangguk paham. Dia lalu berbasa basi sebentar dan kemudian pam
Jelaskan padaku! Untuk apa kau ke hotel dan bertemu dengan laki-laki itu! Apa untuk menjual dirimu? Apa uang yang aku berikan masih kurang, hm? Dasar pelacur!" Reyna mengikuti langkah Aldi dengan sorot matanya. Menatap punggung suaminya yang melangkah keluar dari kamar setelah puas melempar cacian untuknya. Reyna kembali menggeser pandangan ke arah gambar dirinya yang dia duga hasil print dari ponsel seseorang. Entah siapa pelaku yang ingin membuat dia dan suaminya kembali perang. Foto yang dia pegang memperlihatkan gambar Reyna yang dipeluk dengan intim oleh seorang laki-laki yang membelakangi kamera. Hanya terlihat wajah Reyna dengan jelas berada di dalam pelukan laki-laki itu. Sedangkan wajah laki-laki itu tidak terlihat sama sekali. "Ada yang sengaja ingin memfitnahku agar mas Aldi jadi bertambah benci padaku." Reyna menghela napas dan membuangnya sedikit kasar.&nb
Reyna tahu, Aldi membawa Nadia dan bayinya ke rumah mereka hanya untuk sengaja menyakiti hatinya. "Ter serah saja apa yang ingin kau lakukan, mas Aldi. Aku akan menahan dan mencoba tidak terpengaruh dengan semua ini," batin Reyna bermonolog. Sosok wanita dengan mata bulat indah itu melangkah seraya menggendong Azlea. Baru saja beberapa langkah kakinya berpijak, dia mendengar suara Nadia bertanya kepada Aldi "Pa, besok aku jadi ke kantor bersamamu?" "Iya, kita pergi bersama. Biar Azlea bersama Reyna. Biarkan dia belajar jadi ibu. Walau aku sangsi apakah kelak dia akan bisa merasakan jadi ibu sungguhan," ucap Aldi dengan keras. Reyna tahu kata-kata itu sengaja Aldi ucapkan untuk menyindirnya. Reyna tidak peduli, dia tetap melangkah menuju kamarnya untuk membawa Azlea. Saat Reyna meletakkan baby Azlea di tempat tid
Reyna keluar dari kamar suaminya, kakinya masih terasa lemas, lututnya gemetar menahan kesakitan yang dia rasa, ia lalu pergi ke kamar dan mengunci pintu lalu membuang dirinya ke tempat tidur. Reyna menangis pilu, hatinya terluka melihat Aldi bercumbu di depan mata. Reyna tahu Nadia istri siri Aldi, namun, dia tidak pernah membayangkan akan melihat sang suami bercumbu dengan wanita lain di depan matanya. Reyna memejamkan mata menahan luka di hati yang terasa sakit. Aldi benar-benar membuat semuanya hancur. "Akhh! Sakit sekali rasanya, Tuhan, tolong aku, mengapa sesakit ini? Biarkan aku pergi dari hidupnya, Tuhan, aku sudah tidak sanggup menahan semua derita ini," isak Reyna tersedu. Sungguh Aldi membuat hatinya porak poranda. Keinginan Reyna hanya satu, dia ingin mencurahkan semua isi hatinya keada Sang Pencipta. Sosok wanita yang mengenakan kerudung putih itu sujud dengan tubuh
"Saat makan kau tidak ingin aku layani, kenapa untuk pakaianmu tidak sekalian wanita itu yang melayani, kau aneh!" balas Reyna. Reyna akan melanjutkan langkahnya ketika Aldi menahan tangan wanita itu. "Kau sudah berani membantahku? Kemana Reyna yang patuh pada suaminya dulu? Apakah semua ini karena ulah laki-laki brengsek itu," bisik Aldi di samping Reyna dengan tetap menahan tangan Reyna. Reyna mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Aldi, tetapi wanita itu gagal melakukannya. Dia kemudian melangkah lebih dekat. "Terserah Mas! Aku tidak peduli dengan semua penilaian Mas padaku, seperti aku juga tidak peduli dengan hubungan kalian!" seru Reyna tegas. Aldi meremas tangannya dan mengeraskan rahang menahan marah. Dia lalu menarik tangan dan membawa Reyna ke kamar utama dengan sedikit kasar. Aldi mendorong tubuh Reyna masuk