Share

Chapter 14

     Masih ada tiga negara yang belum berhasil dikuasai Han. Yeong-Shan, Khanate dan Qi. Ming Shi memastikan ambisinya harus dapat terwujud. Ia harus menguasai ketiga negara itu.

     Target pertamanya adalah Yeong-Shan. 

     Ia membicarakannya dalam rapat kerajaan. “Sudah tiba waktunya kita mengerahkan pasukan menaklukkan Yeong-Shan. Ada yang mempunyai usul mengenai ini?”

     Jenderal Wei maju ke depan. “Lapor, Yang Mulia. Pasukan kita berada dalam stamina puncak. Bila kita menyerang Yeong-Shan, kemenangan sudah pasti berada di pihak kita.”

     Tidak ada tanggapan dari menteri lainnya. Menganggap kebisuan mereka sebagai tanda persetujuan, Ming Shi bangkit berdiri, mengeluarkan titahnya.

     “Kuperintahkan Menteri Sun memimpin 100.000 pasukan, untuk segera pergi menaklukkan Yeong-Shan!”

***

     Yeong-Shan terletak jauh di ujung timur laut, bahkan masih lebih jauh dibandingkan batas terjauh Kekaisaran Han, Tukhestan. Karena jauhnya, sedikit sekali interaksi yang terjadi di antara Han dan Yeong-Shan, sehingga sangat sedikit yang diketahui bangsa Han tentang Yeong-Shan. Namun, ada satu perihal umum di mana tidak ada seorangpun rakyat Han yang tidak mengetahuinya; Yeong-Shan adalah negeri yang sangat mengagungkan wanita. Wanitalah yang memegang peranan utama di sana. Pemimpin negaranya, sang Ratu, adalah wanita. Calon pewaris tahta adalah puteri mahkota. Para menteri pengurus administrasi negara adalah wanita. Jenderal pemimpin perang berkelamin wanita. Pada intinya, struktur dominasi jenis kelamin Yeong-Shan sangat berlawanan dengan mayoritas negara di dunia. 

     Ratu penguasa Yeong-Shan bernama Ratu Seo-Yu. Ia seorang pemimpin yang sangat andal, karena berhasil menaikkan derajat negerinya yang dulu amat direndahkan bangsa lainnya oleh sebab menempatkan wanita dalam posisi tertinggi. Ia mampu membuktikan kepada dunia bahwa walaupun wanita yang memimpin Yeong-Shan, tidak menjamin Yeong-Shan lantas menjadi lemah dan mudah dilecehkan. Kemampuannya memimpin negara membuat banyak pemimpin dunia angkat topi padanya. Dan yang lebih membuat para penguasa semakin salut pada sang Ratu adalah, ia berhasil mencapai semua prestasi ini dalam usia yang sangat muda, 25 tahun.

     Ratu Seo-Yu telah menikah. Dari perkawinannya, ia telah memiliki dua orang puteri dan seorang putera. Mereka semua masih sangat kecil, sedangkan ayah mereka telah meninggal dalam usia muda karena sakit. Ratu Seo-Yu memiliki seorang adik perempuan yang juga merupakan Perdana Menterinya, Puteri Ryu-Na. Bala tentaranya dipimpin oleh seorang Jenderal wanita kawakan yang bertubuh indah pula atletis, bernama Jenderal Min-Hwa. Mereka bertiga terampil, mahir, dan keserasian mereka dalam memimpin Yeong-Shan membuat mereka dikenal dengan sebutan “Trio Mawar Yeong-Shan.”   

     Sebagai seorang ratu yang berkompeten, Ratu Seo-Yu sudah lama tahu Han mengincar negerinya. Mereka telah mendengar Politik Ekspansi Delapan Penjuru berhasil memaksa tiga perempat dunia bertekuk lutut di bawah perintah Han, dan mereka pula tidak dapat menyangkal tidak merasa takut dengan ekspansi Han tersebut. Mereka menyiapkan penjagaan yang sangat ketat, dan merasa bingung karena Han masih saja tidak menyerang mereka.

     “Memang itulah strategi militer Han yang terkenal; Menyerang Ketika Musuh Lengah,” PM Ryu-Na berujar. “Karena itu, kita tidak akan pernah lengah. Perketat penjagaan terus menerus. Juga tidak boleh ada sedikit saja konflik dalam negeri yang bisa dimanfaatkan Han untuk memprovokasi kita. Dengan demikian, tidak peduli betapa kerasnya Han berusaha, mereka tidak akan bisa menguasai kita.”

     Jadi, ketika pada akhirnya Ming Shi mengeluarkan titah untuk menyerang Yeong-Shan, militer Yeong-Shan mampu dengan cepat mengetahuinya. Mereka menyiapkan sejumlah besar kapal perang dengan angkatan bersenjata terbaik di Teluk Dong-Nal, siap menyambut Han.

***

     Tiba waktunya bagi armada laut Han menjalankan tugasnya. Karena Yeong-Shan merupakan negara kepulauan yang seluruh pantainya dikelilingi lautan luas, termasuk Han harus menyebrangi samudera untuk bisa mencapai Yeong-Shan.

     Sebagian besar anggota pasukan berasal dari Tukhestan, karena negara bagian itulah yang letaknya paling dekat dengan Yeong-Shan, serta paling memahami bangsa tersebut. Ini merupakan sebuah sensasi tersendiri bagi He Xian. Ia belum pernah bertemu dengan satu saja bangsa Tukhestan sebelumnya, apalagi bekerja sama dengan mereka. Ia begitu terkesima melihat orang-orang dengan perawakan yang sangat berbeda dengan bangsanya. 

     Ini sangat mengagumkan. Mereka semua tinggi-tinggi, berkulit terang, serta memiliki rambut dan bola mata dengan warna-warna menarik. Mereka memiliki kemampuan intelektualitas yang hebat, dan sudut pandang sangat berbeda dengan kita dalam memandang kehidupan. Seharusnya mereka adalah bangsa tangguh yang sulit dikalahkan. Tapi Han berhasil menaklukkan mereka Menyadari kenyataan ini, He Xian tercenung. Betapapun ia membenci pemikiran Ming Shi, ia harus mengakui kebrillianan kaisar muda itu dalam berpolitik.

     Adapun panglima tertinggi dari pasukan Tukhestan adalah Sasha Vsevolodovich, yang juga merupakan Raja vassal Tukhestan. Raja Sasha berusia awal tiga puluhan, kekar dan tinggi besar, amat terampil di bidang militer kelautan, pula seorang yang periang dan berjiwa bebas. Karakternya yang kurang lebih sama dengan He Xian menjadikan mereka berdua cepat akrab.

     “Baginda, apakah Anda telah mendapat strategi andal untuk mengalahkan Yeong-Shan?” He Xian bertanya. Saat itu hari telah menjelang senja, mentari jingga kemerahan siap tenggelam memasuki samudera luas. Kedua panglima tersebut tengah berdiri di atas dok utara kapal, memandang langit luas yang kini dihiasi semburat merah kebiruan.

     Sasha menghela nafas panjang. “Han sudah sebesar ini, terlalu kuat untuk dilawan siapapun. Walaupun Yeong-Shan bersekutu dengan Khanate dan Qi tetap saja mereka tidak akan bisa menang melawan kita. Kemenangan kali ini sangat jelas berpihak pada Han, tak perlu strategi apapun lagi.”

     “Aku setuju,” balas He Xian, ikut menghela nafas. 

     “Jadi, lebih baik kita menghitung berapa waktu yang diperlukan Han untuk menguasai dunia? Itu lebih menarik untuk dibahas!” Kemudian Sasha mengedip. “Kami tengah mengadakan taruhan mengenai hal itu. Kau mau ikut, Bung?”

     He Xian mengangkat bahu. “Ah aneh-aneh saja! Tidak ah, aku tidak tertarik ikut. Toh, uangnya baru akan kuperoleh setahun lagi!”

     “Oh, jadi Tuan Sun bertaruh setahun.” Sasha mengeluarkan selembar kertas dari kantong pakaiannya, kemudian menulis; Sun He Xian - 1 tahun.

     “Hei, aku tidak ikut taruhan!” He Xian berusaha meraih kertas itu, namun Sasha lebih cepat. Ia memasukkannya kembali ke dalam kantung. 

     “Kusarankan kau ikut, Tuan Sun! Hadiahnya sangat menggiurkan, terutama bagi kita kaum pria!” Sasha tertawa. 

     He Xian tersenyum kecut. Sekaligus merasa gembira. Ia sangat senang dengan perilaku Sasha yang amat santai, yang mampu membuat hatinya merasa tenang walaupun sebentar lagi mereka akan menghadapi perang. Soalnya, walau ia yakin mereka pasti menang, tetap saja ia merasa tegang. Dalam perang, segala sesuatu itu tidak pasti.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status