Kabar itu begitu mengejutkan Sasha. Matanya memandang terbelalak surat yang tergeletak di hadapannya. Yang berbunyi: “Putri Svetlana telah berada dalam genggaman kami. Jika Baginda ingin beliau selamat, datanglah ke Kota Rumair sore hari ini. Tertanda: Pemerintah Pusat.”
“Han Ming Shi, kau benar-benar iblis berhati keji! Bahkan kau tega menggunakan selirmu sendiri sebagai umpan!” sembari berseru demikian, Sasha meraih pedang kebesarannya, kemudian lekas menghambur keluar istana.
Para pembesar lain sibuk menahannya. “Yang Mulia, mohon tenangkan diri Anda dan pertimbangkan ulang semua ini. Siapa tahu, ini hanya berupa jebakan Han,” salah seorang menteri memberi pendapat.
“Tidak bisa! Kalau masalahnya mengenai Svetlana, aku tidak bisa tenang!” Sasha menjerit frustrasi.
“Justru itu Baginda, mereka tahu kelemahan Anda,” menteri lainnya menambahkan. “Tentu saja kita harus menyelam
Telah menduga hal seperti ini bakal terjadi, Sasha dan seluruh pengikutnya sontak mengambil senjata masing-masing, siap menyerang. “Aku sarankan Anda menyerah saja, Baginda Sasha. Dengan kekuatan sekecil itu Anda tidak akan sanggup menang melawan kami,” sebuah suara muncul menyela. Sasha lantas mengalihkan pandangan ke arah orang tersebut, dan kontan berseru marah, “Keparat Han Ming Shi! Beraninya kau menganiaya adikku!” Ming Shi tersenyum sinis, “Menganiayanya? Keterlaluan sekali tuduhanmu itu.” Ia menghampiri Svetlana, menariknya berdiri kemudian memeluknya. “Mana mungkin aku sebiadab itu, menganiaya selir kesayanganku sendiri.” “Jangan banyak mulut kau, orang terkutuk!” membabi buta, Sasha mengerahkan senjatanya ke arah Ming Shi, namun dengan mudah kaisar muda itu berhasil menahannya. Bahkan dengan sekali pukul, Ming Shi berhasil memaksa Sasha jatuh terjerembab ke lantai.  
“Ini disebut Pil Pemusnah Energi Pusat, tetapi hasilnya tidak akan diperoleh dalam sekejap. Reaksinya muncul perlahan-lahan, tetapi pasti, dan mematikan. Orang yang mengonsumsinya pada mulanya tidak akan menyadari ada sesuatu terjadi dalam dirinya, sampai suatu hari ketika reaksi pil ini mencapai titik maksimal, orang tersebut akan mengalami gejala-gejala pusing, mual, kehilangan tenaga dan keletihan secara mendadak, yang berlanjut pada kehilangan kesadaran dan akhirnya kematian.” Begitulah yang diterangkan Kasim Huan padanya kemarin siang. “Pil ini merupakan ramuan rahasia tabib kenamaan di Song, Tabib Liu Zhenghua. Karenanya Yang Mulia boleh percaya dengan keampuhan khasiatnya.” Ming Shi mengangguk-anggukan kepalanya, sembari mengamati sekotak pil beracun itu dengan saksama. Racun jenis inilah yang dibutuhkannya untuk menghabisi nyawa Svetlana. Ia tidak ingin Svetlana mati tepat setelah bercinta dengannya dan memancing kecurigaan semua
Seharusnya He Xian telah bisa memprediksi hari ini akan mendatangkan bencana baginya. Semenjak sore tadi langit mendung kelabu, dan walaupun sekarang tengah musim dingin, hawa dingin yang berhembus amat tak wajar, sangat menusuk pula membekukan. Ia seharusnya tahu sesuatu yang buruk telah terjadi, dan akan menjadi jauh lebih buruk jika ia terus menundanya. Tidak. Ia tidak boleh mengikuti kata-kata Min-Hwa, terus berdiam diri di sini dan bersembunyi seperti seorang pengecut. Ming Shi menawan orangtuanya jelas hanya untuk menjadikan mereka umpan, tujuan kaisar muda itu yang sebenarnya adalah dirinya, jadi bila ia menyerahkan diri, orangtuanya pasti akan dibebaskan dan tidak perlu ada nyawa tidak bersalah yang dikorbankan. He Xian menggertakkan giginya, ia pun bangkit dan berjalan keluar dari rumah penginapan tempatnya berdiam. Saat ia membuka pintu, sebutir bola putih kecil menimpa wajahnya. He Xian mengamati pemandangan
Para pengawal bergegas menghampiri mereka, di lain pihak Tuan Sun kembali berujar, “Dan setelah saya bertemu dengannya dan mengajarinya perilaku pantas yang seharusnya dimiliki seorang pejabat, Anda boleh membinasakan nyawa saya!” Mereka semua terhenti. Melihat kata-katanya kembali mendapatkan perhatian, Tuan Sun meneruskan, “Memang, sebuah kesalahan besar kami sebagai orangtua, karena tidak mampu mendidik dan mengarahkan putera kami di jalan yang semestinya. He Xian memang pintar, tapi juga kekanakan dan tidak tahu mana yang benar dan salah. Dan sebelum ia membuang sifat kekanakannya, ia telah terlanjur dihasut oleh para pemberontak. Tapi saya sangat mengenal putera saya, ia sebetulnya adalah seseorang yang amat teguh menjunjung keadilan. Yang Mulia, Anda sendiri juga merasa begitu, bukan?” Tuan Sun menengadahkan wajahnya. “Bila Anda tidak menyetujui pendapat saya, Anda tidak mungkin mengangkat He Xian menjadi Menteri Anda. Anda juga menyadari potensi anak
He Xian berderap cepat menuju An Chang, Min-Hwa mengikutinya di belakang. Mereka memacu kudanya dengan kecepatan pehuh sehingga tidak sampai sehari mereka sudah tiba di An Chang. Terburu-buru mereka melaju ke Istana. Sesampainya di sana, He Xian berseru lantang, “Saya adalah Sun He Xian! Mohon perkenankan saya menghadap Paduka sekarang juga!” Gerbang Istana berderit terbuka, dan keluarlah Jenderal Wei disertai Letnan Xiang. “Pengkhianat negara Sun He Xian! Ternyata kau masih memiliki sedikit nyali patriotis untuk kembali ke sini.” “Tuan, saya bersedia menyerahkan diri saya. Jadi karena itu, mohon pertemukan saya dengan Paduka! Agar Beliau membebaskan keluarga saya! Mereka tidak ada kaitannya dengan semua ini, mohon ampuni mereka!” “Yang Mulia tidak ingin bertemu denganmu,” Jenderal Wei berkata dingin. “Dan mengenai keluargamu. sayang sekali. Mereka baru saja menjalani hukuma
Sebuah perahu kecil mendekat, perlahan-lahan berhenti di hadapan mereka. Dua orang turun dari atasnya. He Xian dan Min-Hwa tercegang bukan buatan saat mengenali kedua sosok tersebut. “Ratu Seo-Yu dan Perdana Menteri Ryu-Na!” “Sssttt!” Seo-Yu lekas-lekas berbisik memperingatkan. “Jangan keras-keras seperti itu! Kalau tidak, kita semua bakal celaka!” Ia memandang sekelilingnya, kemudian tersenyum. “Tapi bagus sekali, kalian semua masih hidup. Rupanya aku belum terlambat.” Min-Hwa menghaturkan hormat, “Kami juga merasa senang kedua junjungan dalam kondisi sehat wal’afiat. Saya tadinya sudah teramat cemas” “Terima kasih banyak, Min-Hwa, kami baik-baik saja. Kalau tidak, kami tidak mungkin bisa berada di sini untuk menolong kalian.” “Yang Mulia Ratu, maksud Anda, Anda berencana membawa kami ke Yeong-Shan?” Tuan Kurava tidak dapat menahan rasa penasarannya.
Para pembesar Yeong-Shan menyatakan keengganan mereka ikut serta dalam perjuangannya, tetapi setidaknya He Xian masih bersyukur karena pihak Tukhestan masih berkeinginan melawan Han. Begitu pula Min-Hwa, yang menyatakan setia mengikutinya ke manapun ia pergi. “Kalau begitu, Min-Hwa, kau bersedia mengikutiku ke Wu?” He Xian bertanya serius. Saat itu mereka baru saja berhasil melewati perbatasan Han. Waktu kira-kira menunjukkan pukul empat subuh. Sinar mentari sudah mulai merekah sedikit di ujung timur, menembus pepohonan yang berderet di kiri kanan jalan yang mereka lalui. Min-Hwa balas bertanya heran, “Mengapa kau ingin pergi ke sana?” “Aku mendengar di Wu ada seorang Guru yang sangat hebat. Namun walaupun kehebatannya termasyur ke seluruh penjuru, sang Guru malah memilih mengasingkan diri. Beliau seorang yang sangat setia. Beliau t
“Tapi rumput ini panjang dan lebat! Bisa membuat gatal-gatal!” Min-Hwa mengernyit. Ia mengambil pedang kecilnya, lantas menggunakannya untuk menyabit rerumputan. He Xian melakukan hal yang sama. Hal yang sama mereka lakukan saat menjelang tidur, setiap hari. Ketidakberhasilan mereka menemukan Lembah Kedamaian lama-kelamaan membuat mereka frustrasi, terutama karena ketiadaan pemandangan lain yang dapat mereka lihat selain rumput menambah perasaan tertekan mereka. Di suatu malam, Min-Hwa memangkas rumput lebih banyak dari biasanya. Tingkahnya serta merta mengundang keheranan He Xian. “Hei, itu terlalu banyak!” “Biar. Aku benci tiap hari melihat rumput melulu,” Min-Hwa memangkas semakin keras, dan sebaris rumput kembali terbang terpangkas. He Xian hanya dapat geleng-geleng kepala melihatnya. “Kau hanya membuang-buang waktu dan tenagamu saja.” “Toh, tidak ada