Georgina tampil luar biasa dengan gaun pesta warna biru gemerlap yang menempel di tubuhnya. Bahu dan punggungnya terlihat, dan payudaranya mengintip untuk memberikan kesan seksi dan mempesona.
Georgina mencium Zion sebelum dia pergi. “Mama tidak akan lama. Kamu bersama nanny di rumah, oke?”
Zion melingkarkan tangan mungilnya di leher Gina dan mengangguk. “Boleh es krim?” anak berusia dua tahun itu meminta izin sebelum ibunya pergi.
“Boleh, tapi tidak banyak.”
“Oke, Mama.” Zion mencium pipi Georgina. Zion adalah kekuatan bagi Georgina untuk bertahan sampai sekarang. Gina rela bekerja keras dan mengumpulkan banyak uang demi masa depan Zion. Dia tidak mau bergantung kepada siapa pun, itu sebabnya dia ingin mengembangkan butiknya agar dikenal lebih banyak orang.
Georgina turun menggunakan lift ketika Gabriel sudah menunggunya di depan. Georgina tersenyum ketika Gabriel membuka pintu mobil untuknya. “Kamu tampak luar biasa, Gina. Kamu sangat cantik,” puji Gabriel sebelum Georgina duduk di mobilnya.
“Apa ini sebuah rayuan?” balas Gina sambil tersenyum. Dia masuk ke mobil dan duduk di samping kursi pengemudi.
Mobil Gabriel meluncur menuju sebuah villa mewah. Seorang pebisnis sukses sedang mengadakan pesta di sana. Gabriel buru-buru turun untuk membukakan pintu mobil bagi Georgina.
“Bisakah kita bergandengan tangan saat masuk ke dalam? aku ingin memamerkan pasanganku pada semua orang yang ada di sini,” tanyca Gabriel dengan humor. Meskipun dia menyukai Gina tetapi dia tidak pernah memaksa keinginannya karena dia tahu watak keras wanita itu. Gabriel harus bersabar lebih banyak untuk bisa meluluhkan hati Georgina.
“Tentu saja. Aku sudah sepakat untuk menjadi pasanganmu malam ini. Aku harap aku tidak mempermalukanmu di sini.” Gina memasukkan tangannya ke lengan kiri Gabriel.
“Itu tidak akan terjadi. Kamu sangat cantik dan aku yakin banyak pria yang akan terpesona padamu.”
“Benarkah? mari kita buktikan!”
Mereka berjalan masuk dengan binar kebahagiaan di wajah mereka. Ketika ingin masuk, Gabriel menunjukkan undangan kepada penjaga pintu dan mereka segera masuk.
Georgina tidak mengenal siapa pun di sana. Dia hanya ingin menemui Hagai Brown, itu sebabnya dia mau mendampingi Gabriel. Dia berharap Hagai Brown mau mempertimbangkan desain gaun yang telah dia buat dengan kerja keras. Jika Hagai Brown menerima desainnya, maka itu adalah kesempatan yang sangat besar untuk Gina.
“Aku pikir kau akan datang sendirian,” ucap pemilik pesta kepada Gabriel. Usianya sekitar hampir empat puluh tetapi masih lajang. Sekarang dia ingin merayakan kesuksesan bisnis barunya.
“Aku tidak akan mempermalukan diriku sendiri dengan datang sendirian,” balas Gabriel dengan candaan. Gabriel memperkenalkan Georgina kepada pemilik pesta. “Untuk sekarang dia belum resmi menjadi pasanganku, tapi aku pastikan dia akan menjadi ibu dari anak-anakku,” tambah Gabriel dengan tawa.
Tristan mengulurkan tangan kepada Georgina sambil menyebutkan namanya. “Aku harap kau akan sabar menghadapi Gabriel. Selera humornya begitu payah,” ucap Tristan dan Georgina terkekeh karena kata-katanya.
“Aku rasa aku sudah terbiasa menghadapi kekonyolannya. Dia adalah pria yang baik,” balas Gina.
“Wah, aku tidak menyangka kalau kamu akan memberikan jawaban seperti ini. Selain cantik, ternyata kamu juga sangat bijak,” balas Tristan dengan tawa.
Gabriel menarik tangan Tristan yang masih mengikat telapak tangan Georgina. “Jangan menggoda pasanganku kalau kau masih ingin selamat.” Lagi dan lagi Gabriel bercanda, membuat mereka bertiga tertawa bersama.
“Bukankah kau ingin bertemu dengan Hagai Brown?” Tristan bertanya dan Gabriel menganggukkan kepalanya. Ekspresi antusias tampak di wajah Gabriel ketika dia mengalihkan pandangannya dari Tristan ke Georgina.
“Gina adalah fashion designer favoritku. Aku ingin merekomendasikannya kepada Hagai Brown,” ucap Gabriel. Binar ketulusan di matanya membuat Georgina merasa bersyukur memiliki teman sebaik dirinya.
“Baiklah, aku akan mempertemukan kalian. Kebetulan Hagai Brown duduk bersama dengan tamu VIP lainnya. Mari ikut aku!”
Georgina dan Gabriel berjalan di samping Tristan ketika mereka mendekati sebuah meja panjang yang ditempati oleh beberapa orang. Jantung Georgina berdegup kencang ketika dia melihat Hagai Brown sedang mengobrol dengan tamu yang lainnya.
Gugup begitu besar membuat Gina mencengkram lengan Gabriel. Dia harus maju demi masa depannya. Gabriel menoleh dan dia mengusap tangan Gina. “Aku sudah pernah bertemu dengan Hagai Brown. Dia adalah pria yang baik.” Gabriel menenangkan Georgina dan itu sedikit berhasil meskipun Gina masih menahan debaran jantung di dadanya.
“Hagai, aku ingin memperkenalkan seseorang padamu,” ucap Tristan ketika mereka sudah berada di dekat meja panjang itu.
Hagai Brown adalah pria berusia hampir enam puluh tahun. Dia memiliki butik terkenal dan dia sering mengadakan peragaan busana. Itu adalah ajang di mana dia juga memperkenalkan para fashion designer yang berbakat. Itu adalah ciri khas Hagai yang membuat Georgina bangga. Hagai tidak pernah takut posisinya akan tersingkir karena kehadiran para perancang busana muda.
Kata-kata Tristan mengambil perhatian Hagai. Dia meletakkan gelasnya di atas meja dan mempersilakan mereka duduk di sampingnya.
Ketika Georgina duduk, jantungnya seperti melompat dari dadanya dan dia tidak bisa bernapas sekarang. Salah seorang yang duduk bersama mereka adalah Joel Raymond.
Joel juga terkejut melihat Georgina. Dia tidak menyangka akan melihat wanita itu setelah berpisah selama tiga tahun. Joel tidak ingin merusak suasana sehingga dia hanya diam saja. Dia akan mengajak Georgina berbicara jika ada kesempatan baik untuk mereka berdua.
“Siapa namamu, Nak?” Hagai begitu ramah ketika bertanya kepada Georgina. Senyumannya lembut membuat rasa gugup Gina hilang sebagian.
“Georgina, Tuan.”
“Nama yang indah.” Hagai melirik asisten pribadinya, pria yang duduk di samping kanannya pun mengeluarkan sebuah kartu dari saku jasnya.
Menerima kartu dari asisten pribadinya, Hagai memberikan kertas kecil itu kepada Georgina. “Aku pikir kita masih bertemu di lain waktu. Kekasihmu sudah menghubungiku sebelumnya dan dia mengirimkan gambar gaun buatanmu. Itu sangat cantik.”
“Kekasih?” Georgina bertanya dalam hati saat matanya tertuju kepada Gabriel. Hagai Brown pasti salah paham pada hubungan mereka.
Tidak ingin mempermalukan Gabriel di depan umum, Georgina hanya bisa menerima perkataan Hagai. Mungkin dia bisa menjelaskannya di lain waktu.
Georgina melirik ke arah Joel, jantungnya semakin berdebar ketika pria itu masih menatapnya dengan kening berkerut dalam. “Apa yang dia pikirkan sekarang? Aku harap dia tidak berbicara denganku. Aku belum siap untuk bertemu dengannya,” ucap Gina dalam hati.
Pesta berlangsung dan Georgina mencoba untuk mengabaikan Joel. Meskipun dia merasa tidak nyaman dan ingin segera pergi dari sana namun dia tidak mungkin meninggalkan Gabriel.
“Mau wine? Aku akan mengambilnya untukmu,” tanya Gabriel ketika Georgina sedang menikmati para pasangan yang sedang berdansa.
“Bukan ide yang buruk. Segelas alkohol akan membantuku mendapatkan tidur nyenyak malam ini.”
Gabriel tersenyum ketika dia meninggalkan Georgina di kursinya. Fokus Georgina tertuju ke para pasangan yang sedang berdansa, dia tidak menyadari seseorang mendekatinya dari belakang.
“Aku tidak menyangka kita akan bertemu di sini,” ucap Joel. Suaranya membuat Georgina diam untuk sesaat, dan setelah menarik keberaniannya akhirnya Georgina berbalik badan.
“Oh, hai!” Gina berusaha untuk mengendalikan situasi. Dia tidak mau terlihat gugup di depan mantan tunangannya. “Aku juga tidak menyangka akan bertemu denganmu di sini,” tambah Gina. Matanya mencari keberadaan Gabriel. Dia berharap pria itu segera kembali dan dia akan mengajaknya pulang.
“Apa kabar, Gina? Selama tiga tahun kamu benar-benar menghilang dan setiap kali aku bertemu ibumu, dia selalu mengatakan kalau aku tidak perlu bertanya tentang kamu lagi.”
“Benarkah? aku pikir mama memiliki alasan kenapa dia mengatakan seperti itu.”
“Mungkin dia sangat membenciku,” balas Joel.
Georgina merasa lega ketika Gabriel kembali dengan dua gelas wine di tangannya. “Aku merasa kurang enak badan, Gab. Bisakah kita pulang sekarang?” Georgina tidak mau lebih lama bersama dengan Joel. Dia merasa tidak nyaman berada di dekat pria itu.
“Apa kamu baik-baik saja?” Gabriel mendekat dan memeriksa wajah Gina.
“Mungkin aku kelelahan. Aku hanya ingin pulang sekarang.”
“Baiklah. Ayo kita pulang!”
Gabriel mengembalikan gelas anggur di tangannya kepada pelayan, lalu dia menarik tangan Gina dari sana. Joel hanya bergeming ketika melihat kepergian mereka.
“Gina!”panggilan itu melambai di telinga Georgina ketika mereka hendak masuk ke dalam mobil. Georgina berbalik dan dia melihat Joel melangkah begitu cepat ke arah mereka.Tulang kaki Georgina goyah ketika Joel semakin dekat. Dia meremas tas di tangannya untuk memastikan pikirannya masih bisa diajak untuk bekerja sama.“Kamu mengenal dia?” Gabriel bertanya ketika dia melihat Joel dan dia mengembalikan tatapannya kepada Gina.“Di-dia hanya salah satu temanku sewaktu masih sekolah. Aku tidak menyangka akan bertemu dengan teman lama di sini,” jawab Gina. Dia sedang berusaha menyembunyikan semua emosi yang menembus dadanya sekarang.“Oh, dia teman lamamu. Apa kalian dekat?” Gabriel bertanya lagi. Dia melihat Joel dan tatapannya memindai penampilan pria itu.“Kami adalah---” Joel ingin menjawab tetapi Gina memotong kata-katanya.“Kami tidak dekat. Kami hanya satu sekolah dan tidak terlalu dekat. Ayo kita pergi dari sini!”Joel hanya bergeming ketika Georgina mengabaikannya. Bahkan
Joel menarik kursi, dia mengambil tempat duduk di samping Zion ketika Gina masih memikirkan pertanyaannya. Meskipun Gina melarangnya, Joel tidak akan pergi dari sana.“Aku akan tinggal selama seminggu di sini. Aku tidak memiliki teman selain Tristan dan dia sangat sibuk dengan pekerjaannya. Aku membutuhkanmu untuk menemaniku selama tinggal di sini,” ucap Joel. Dia melihat Georgina sebentar dan mengembalikan pandangannya kepada Zion. Ada getaran yang terjadi di dadanya namun Joel tidak mengerti kenapa dia merasakan hal aneh seperti itu.“Aku tidak punya waktu untuk menemanimu. Mungkin kamu bisa membayar seorang pemandu jalan,” jawab Gina setelah dia berhasil mengisi pikirannya yang kosong. Georgina harus tetap waspada agar Joel tidak bertanya tentang siapa ayah putranya. Dia benar-benar belum siap untuk mengatakan kebenaran pada pria itu. Kejadian tiga tahun lalu masih membekas di hatinya dan itu menyakitkan.“Bukankah kita teman lama? Kamu mengatakan seperti itu kepada kekasi
Georgina tidak bisa fokus bekerja ketika putranya berada di tempat yang tidak aman menurutnya. Meninggalkan buku gambar yang ada di depannya, Gina keluar dari ruang kerjanya. Dengan buru-buru dan ditemani hati gelisah dia pergi ke ruang bermain. Tempat itu kosong, membuatnya semakin panik.Georgina hendak menghubungi Brenda, namun dia tersadarkan ketika ponselnya tertinggal di meja kerjanya. Dia kembali masuk ke ruangannya dan segera meraih alat komunikasi jarak jauh yang ada di mejanya.“Di mana kamu? kenapa ruang bermain Zion kosong?” Georgina memberikan pertanyaan tanpa menyapa Brenda. Dia panik, hanya itu yang dia rasakan sekarang.“Kami di taman bermain, Nona. Maafkan saya karena tidak memberi tahu Anda, tetapi Zion baik-baik saja di sini.”Marah, itu yang Gina rasakan sekarang. Dia menutup percakapan mereka secara sepihak dan dia bergegas ke taman bermain.Sesampainya di sana, Georgina mendesah ketika melihat putranya sedang berada di pangkuan Joel. Joel sedang duduk di
“Tunggu aku di coffee shop lantai satu! Aku akan menemuimu setelah aku menidurkan putraku.” Tidak punya pilihan lain, akhirnya Georgina mengalahkan egonya dan mau memenuhi permintaan Joel. Jika dia menolak, Joel tidak akan pernah menyerah. Lebih baik dia mengakhirinya lebih cepat.“Baiklah. Aku akan menunggumu di lantai satu.” Joel melihat Georgina sambil mendesahkan napas berat. “Aku akan pergi sekarang.” Joel keluar, menutup pintu, hilang dari pandangan Georgina.Setelah Joel meninggalkan rumahnya, Georgina segera ke kamar Zion. Putranya telah gosok gigi dan memakai piyama saat bermain dengan Brenda. “Mau tidur sekarang?” tanya Gina dan putranya mengangguk. Zion mendekati Georgina dan mengulurkan kedua tangannya yang kecil tetapi berisi.Georgina menggendong Zion, membawa anak itu ke ranjang. “Mama, siapa pria itu?” Zion bertanya ketika Gina membuka buku cerita anak.“Apakah yang kamu bicarakan sekarang adalah Joel Raymond?” tanya Gina dan Zion mengangguk dengan tatapan pena
Esok harinya, Georgina sudah siap untuk berangkat kerja. Putranya sudah tampan dan mereka akan meninggalkan apartemen. Namun, ketika membuka pintu, Georgina harus mendesahkan napas berat ketika melihat Joel di depan unit apartemennya. Serafina berpikir, pembicaraan mereka tadi malam akan membuat Joel menjauh namun sebaliknya pria itu semakin gencar untuk menemuinya.“Aku tidak punya kegiatan hari ini. Aku akan menjaga putramu selama kamu bekerja,” ucap Joel dan Gina hanya melihatnya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun dari mulutnya.Georgina menggendong Zion dan meminta Brenda membawa tas mereka. Ketika mereka berjalan ke lift, Joel bergegas mengikuti mereka dari belakang.Zion melingkarkan kedua tangannya di leher Georgina tetapi matanya tertuju kepada Joel. Joel menyadari hal itu dan dia tersenyum.“Apa kamu suka es krim? Kita akan membelinya nanti,” ucap Joel dan detik kemudian dia mendapatkan tatapan tajam dari Georgina.“Tentu saja kita akan membelinya setelah mendapatkan i
Georgina kembali ke butik di saat putranya sedang mencoret-coret kertas di atas meja. Melihat kedatangan dan senyumannya, Zion turun dari kursi dan berlari ke arah Gina. “Apakah paman sudah pulang ke negaranya?” tanya Zion ketika Georgina jongkok dan posisi mata sejajar. “Belum, sayang. Dia hanya pulang ke hotel. Apa kamu ingin bertemu dengannya lagi?” Georgina berdiri dan memegang tangan Zion. Mereka berjalan menuju kursi dan Gina membiarkan Zion duduk di pangkuannya.“Dia menemaniku bermain, Mama. Aku menyukainya.”Georgina mencium kepala Zion dan menghirup aroma rambut putranya. Dia tidak mengatakan apa-apa kepada Zion tetapi kepalanya sedang berpikir tentang hubungan Zion dan Joel. Mereka tidak tahu hubungan mereka yang sebenarnya tetapi secara alami mereka bisa saling menyukai meskipun baru saling mengenal.***Ponsel Joel berbunyi ketika dia sedang memeriksa beberapa email yang masuk. Peneleponnya adalah Harold, sang ayah.“Halo, Pa.” Joel menyapa ketika jari-jarinya
Joel berbaring di ranjangnya setelah berbicara beberapa menit dengan orangtuanya. Diane masih harus istirahat dan dia tidak mau berbicara terlalu banyak dengannya.Joel melihat langit-langit rumah sambil memikirkan Zion. “Apakah dia menyukai mainan yang aku belikan?” Joel berpikir dan bertanya pada dirinya sendiri.Tidak mendapatkan jawaban, akhirnya Joel memutuskan untuk duduk dan dia mengambil ponselnya dari atas nakas. Dia menghubungi Tristan dan beberapa detik kemudian dia mendengar suara pria itu.“Kau sudah mengirimkan mainannya, kan?” tanya Joel. Dia sangat berharap mobil mainan itu bisa mengambil sedikit kekecewaan di hati Zion dan Gina. Tiba-tiba Joel merasa menjadi pria paling buruk karena selalu merusak janjinya.Ketika Joel di ruang tunggu bandara, dia mengingat Zion. Wajah anak itu sangat mengganggu pikiran dan hatinya, akhirnya Joel menghubungi Tristan.“Aku mendadak pulang karena ibuku sakit. Tapi aku harus melakukan satu hal. Bisakah kau membantuku?” tanya Joel
Tiga hari tinggal di Rosetown, akhirnya Joel memutuskan untuk pulang ke Shadowfall. Cuti terlalu lama tidak baik untuk pekerjaannya meskipun dia adalah CEO sekaligus pemilik Raymond Company.Diane mendekat dan dia memeluk Joel. “Jaga kesehatan meskipun pekerjaanmu banyak. Mama tidak suka saat kamu lupa makan karena kesibukan,” pesan Diane sebelum putranya pergi.“Iya, Ma. Aku pasti akan menjaga kesehatan. Aku tidak boleh sakit karena aku memiliki tanggung jawab yang besar.”Harold mendekat dan dia memberikan pelukan singkat dan tepukan ringan di punggung Joel. “Jika kamu menemukan wanita yang tepat untukmu, jangan menyia-nyiakannya lagi. Kami ingin melihatmu menikah, Jo.”“Iya, Pa. Aku tidak akan melakukan kesalahan yang sama lagi.” Joel tidak yakin akan benar-benar jatuh cinta lagi. Dia kehilangan dua wanita di waktu bersamaan dan rasanya mustahil jika dia akan memiliki kesempatan itu lagi. Joel juga menyadari jika sikapnya terlalu kejam kepada Georgina.“Bagus! Papa yakin