Dua tahun berlalu,
“Mama,” panggil Zion sambil membawa langkah kecilnya untuk menghampiri Georgina yang sedang menyiapkan makanan untuknya.
“Iya, sayang. Mama sedang menyiapkan makanan untukmu.”
Zion memeluk kaki Gina ketika pengasuhnya datang menghampirinya. Ketika pengasuh itu ingin menggendong Zion, Gina melarangnya.
“Biarkan saja, nanny,” ucap Georgina. Ketika makanan Zion sudah siap, dia membungkuk untuk mengambil putranya. “Kamu sangat lapar?” tanyanya sambil mencium pipi gembul Zion.
“La-pal,” sahut Zion dan Gina semakin menciumi wajahnya karena tingkahnya begitu menggemaskan.
“Baiklah. Sekarang waktunya kita makan.” Gina mendudukkan Zion di kursi bayi, lalu dia mendapatkan makanannya. Zion sudah terbiasa makan sendiri. Menurut Gina, dia akan mempelajari sesuatu ketika melakukannya.
Zion tak sengaja menjatuhkan potongan daging di piringnya, dan Gina tersenyum sambil mengusap kepalanya. “Tidak apa-apa, sayang. Kamu tidak sengaja melakukannya jadi mama akan memberikan daging yang baru.” Gina mengambil daging yang lain, meletakkannya di piring Zion. Dia tidak akan marah karena Gina tahu putranya sedang mempelajari sesuatu sekarang. Jika dia marah, mungkin saja Zion akan berpikir jika daging lebih berharga daripada dirinya.
“Kenyang,” ucap Zion setelah menghabiskan makanannya. Georgina memang sudah hafal porsi makanan putranya dan Zion akan menghabiskannya tanpa harus dipaksa.
“Mama masih makan sekarang. Bisakah kamu menunggu sampai mama selesai?”
Zion tidak menjawab, tetapi dia menarik sendok di tangan Gina. “Mama masih lapar, sayang. Mau minum jus?” Gina menawarkan. Dia sedang mengajarkan tentang arti menunggu kepada putranya.
“Mau,” jawab Zion.
Georgina menuangkan jus apel ke gelas khusus milik Zion. Dia memberikannya kepada putra tampannya, dan Zion menyesap minuman itu melalui sedotan. “Enak,” ucap Zion sambil mengecap sisa minuman yang menempel di lidahnya.
***
Georgina tiba di depan sebuah butik mewah. Dia membangun usaha ini dua tahun yang lalu. Itu adalah hadiah ulang tahunnya yang kedua puluh delapan dari Darren. Tentu saja dia tidak sendirian. Ketika dia turun dari mobil, seorang wanita yang sedang menggendong Zion juga meninggalkan kursi penumpang.
“Mama,” panggil Zion sambil mengulurkan kedua tangan mungilnya. Dia ingin berpindah dari gendongan pengasuhnya ke tangan Georgina.
“Kemarilah!”
Gina meletakkan tasnya di atas mobilnya, mengambil Zion dari Brenda. “Bren, tolong bawa tasku ke dalam,” titah Gina ketika dia tidak bisa membawa tasnya ketika menggendong Zion.
“Baik, Nona.”
Mereka masuk, seorang pria tampan yang sedang menyesap kopinya langsung teralihkan karena kehadiran mereka.
“Putraku sudah datang,” ucap pria itu. Georgina berdecak lidah, namun dia tidak bisa melarang Gabriel untuk mengatakan hal itu. Gabriel akan tetap mengatakannya meskipun dia sudah melarangnya sebanyak ribuan kali.
Zion mengulurkan tangannya, tidak sabar untuk digendong pria itu. “Putramu saja tahu kalau hanya aku yang pantas untuk menjadi papanya.” Gabriel menggoda Georgina.
Gina memutar bola matanya, dia menganggap sikap Gabriel sangat kekanak-kanakan. “Ini masih pagi, Gab. Kenapa kau sudah datang ke sini?”
“Ckckck!” Gabriel geleng-geleng ketika lengannya menopang tubuh Zion. “Seharusnya kau tidak cemberut jika sudah tahu ini masih pagi. Sambutlah hari ini dengan senyuman agar rejekimu lancar,” balas Gabriel. Dia duduk dan meletakkan Zion di pangkuannya. “Aku datang ke sini untuk mengambil gaun pesanan mama. Dia akan mengomel dari pagi sampai malam jika aku belum mengambilnya.”
“Alasan!” jawab Georgina. Dia juga ikut duduk di depan Gabriel dan Zion, lalu meminta salah satu karyawannya untuk menyiapkan kopi. “Aku akan mengirim gaun ibumu siang ini, tapi kenapa kau harus datang sekarang?”
“Aku datang untuk menemui putraku,” jawab Gabriel dengan ekspresi santai. Dia seakan tidak memiliki beban ketika mengatakannya.
“Mau,” ucap Zion ketika jarinya hampir menjangkau gelas kopi Gabriel.
“No, boy! Kopi belum bisa masuk ke perutmu. Bagaimana kalau kamu makan cookies saja?” Gabriel menawarkan camilan yang ada di piring kecil, tepat di samping gelasnya.
“Mau cookies,” tangan Zion ingin meraih piring kecil di atas meja, dan Gabriel membantunya.
“Bilang apa, Zi?” tanya Gina. Dia harus mengajarkan tata krama kepada putranya sejak dini.
“Terima kasih, Papa.”
“Good boy!” Gabriel mengusap kepala Zion. Gina tidak bisa melarang kedekatan mereka karena Gabriel ada sejak bayinya masih berusia dua bulan. Ketika itu, Gabriel sedang mengantarkan kakaknya untuk memeriksakan keponakannya kepada dokter anak. Tak sengaja dia bertemu dengan Gina dan Zion di kursi antrean. Sejak itu mereka menjadi teman baik, bahkan Gabriel tahu tentang status Georgina sebagai single parent.
“Oh iya, Gi. Sebenarnya aku punya tujuan lain. Aku mendapatkan undangan bisnis dari teman lama. Aku membutuhkanmu sebagai pasanganku.”
“Tidak bisa!” Georgina buru-buru menolak sebelum Gabriel memberikan alasannya.
“Kamu yakin? Salah satu tamu yang diundang adalah Tuan Hagai.”
“Hagai Brown?” tanya Gina. Dia sangat mengidolakan orang tersebut. Hagai Brown adalah seorang fashion designer ternama, bahkan produk rancangannya akan mencapai nilai fantastis dan hanya kalangan atas yang bisa membelinya.
“Ya, Hagai Brown. Aku berencana akan memperkenalkan kamu dengannya. Bagaimana? Apa kau akan menolak ajakanku?”
“Tentu saja tidak! kapan acaranya?” tanya Gina tanpa berpikir lagi. Mungkin ini akan menjadi pertemuan pertama dan terakhirnya dengan Hagai Brown. Georgina tidak akan mengabaikan kesempatan langka yang menghampirinya.
Gabriel begitu senang ketika Gina mau untuk menjadi pasangannya. “Hari Sabtu. Aku akan menjemputmu jam lima sore,” jawab Gabriel. Binar kebahagiaan di matanya tak dapat disembunyikan. Dia benar-benar bahagia sekarang. Gabriel berencana akan mengajak Gina kencan setelah acara tersebut.
***
Asisten pribadi Joel masuk ke ruangan dan dia mengingatkan bosnya tentang undangan dari salah satu rekan bisnis. “Acaranya hari Sabtu, Tuan. Jika Anda ingin datang, saya akan memesan tiket untuk Anda,” ucap Raisa.
“Kamu pesan tiket pergi saja! Saya belum tahu akan kembali kapan. Sudah sangat lama saya tidak liburan, saya akan memanfaatkan kesempatan ini untuk beristirahat,” titah Joel. Hampir enam bulan dia tidak pernah cuti, bahkan dia tidak pernah mampir ke bar untuk minum. Kehidupannya benar-benar dikuasai oleh pekerjaan sejak dua tahun yang lalu. Dia merasa kesepian namun tidak memiliki keinginan untuk mencari kekasih.
“Baik, Tuan. Saya akan mengambil penerbangan Jumat sore agar Anda bisa istirahat di malam harinya.”
“Terima kasih, Rai.”
Raisa meninggalkan ruangan, dan detik kemudian ponsel Joel berbunyi. “Ada apa, Zach?” Joel bertanya kepada pria yang sempat menjadi saingannya tiga tahun yang lalu.
“Masih sibuk? aku ingin mengajakmu ke bar. Kau tahu, kan? istriku tidak akan mengizinkanku pergi tanpamu. Dia khawatir aku tidak bisa mengontrol minumanku.”
“Kalau tidak bisa mengontrol, kenapa kau harus ke bar? Di rumahmu sudah ada mini bar dan kau bisa bersenang-senang dengan Chesa di sana.”
“Chesa membawa anak-anakku liburan ke pantai. Aku kesepian di rumah.”
“Ch! Kau mencariku hanya saat kau kesepian saja. Pasti istrimu sedang bersenang-senang di sana. Seharusnya kau menyusul ke sana.”
Zachary yang sedang sibuk di kantor tiba-tiba memiliki ide. “Kau benar! Lebih baik aku menyusul mereka daripada aku ke bar. Terima kasih nasihatnya,” ucap Zach sebelum mengakhiri panggilannya secara sepihak.
“Chesa dan Zach sudah bahagia dengan kehidupannya sendiri. Seharusnya aku juga mendapatkan kebahagiaanku tapi kenapa aku merasa sangat kesepian sekarang. Aku seperti kehilangan sesuatu tapi aku tidak tahu itu apa,” ucap Joel setelah meletakkan ponselnya di atas meja.
Saya punya karya tamat juga, judulnya YOU ARE MY BRIDE
Georgina tampil luar biasa dengan gaun pesta warna biru gemerlap yang menempel di tubuhnya. Bahu dan punggungnya terlihat, dan payudaranya mengintip untuk memberikan kesan seksi dan mempesona.Georgina mencium Zion sebelum dia pergi. “Mama tidak akan lama. Kamu bersama nanny di rumah, oke?”Zion melingkarkan tangan mungilnya di leher Gina dan mengangguk. “Boleh es krim?” anak berusia dua tahun itu meminta izin sebelum ibunya pergi.“Boleh, tapi tidak banyak.”“Oke, Mama.” Zion mencium pipi Georgina. Zion adalah kekuatan bagi Georgina untuk bertahan sampai sekarang. Gina rela bekerja keras dan mengumpulkan banyak uang demi masa depan Zion. Dia tidak mau bergantung kepada siapa pun, itu sebabnya dia ingin mengembangkan butiknya agar dikenal lebih banyak orang.Georgina turun menggunakan lift ketika Gabriel sudah menunggunya di depan. Georgina tersenyum ketika Gabriel membuka pintu mobil untuknya. “Kamu tampak luar biasa, Gina. Kamu sangat cantik,” puji Gabriel sebelum Geor
“Gina!”panggilan itu melambai di telinga Georgina ketika mereka hendak masuk ke dalam mobil. Georgina berbalik dan dia melihat Joel melangkah begitu cepat ke arah mereka.Tulang kaki Georgina goyah ketika Joel semakin dekat. Dia meremas tas di tangannya untuk memastikan pikirannya masih bisa diajak untuk bekerja sama.“Kamu mengenal dia?” Gabriel bertanya ketika dia melihat Joel dan dia mengembalikan tatapannya kepada Gina.“Di-dia hanya salah satu temanku sewaktu masih sekolah. Aku tidak menyangka akan bertemu dengan teman lama di sini,” jawab Gina. Dia sedang berusaha menyembunyikan semua emosi yang menembus dadanya sekarang.“Oh, dia teman lamamu. Apa kalian dekat?” Gabriel bertanya lagi. Dia melihat Joel dan tatapannya memindai penampilan pria itu.“Kami adalah---” Joel ingin menjawab tetapi Gina memotong kata-katanya.“Kami tidak dekat. Kami hanya satu sekolah dan tidak terlalu dekat. Ayo kita pergi dari sini!”Joel hanya bergeming ketika Georgina mengabaikannya. Bahkan
Joel menarik kursi, dia mengambil tempat duduk di samping Zion ketika Gina masih memikirkan pertanyaannya. Meskipun Gina melarangnya, Joel tidak akan pergi dari sana.“Aku akan tinggal selama seminggu di sini. Aku tidak memiliki teman selain Tristan dan dia sangat sibuk dengan pekerjaannya. Aku membutuhkanmu untuk menemaniku selama tinggal di sini,” ucap Joel. Dia melihat Georgina sebentar dan mengembalikan pandangannya kepada Zion. Ada getaran yang terjadi di dadanya namun Joel tidak mengerti kenapa dia merasakan hal aneh seperti itu.“Aku tidak punya waktu untuk menemanimu. Mungkin kamu bisa membayar seorang pemandu jalan,” jawab Gina setelah dia berhasil mengisi pikirannya yang kosong. Georgina harus tetap waspada agar Joel tidak bertanya tentang siapa ayah putranya. Dia benar-benar belum siap untuk mengatakan kebenaran pada pria itu. Kejadian tiga tahun lalu masih membekas di hatinya dan itu menyakitkan.“Bukankah kita teman lama? Kamu mengatakan seperti itu kepada kekasi
Georgina tidak bisa fokus bekerja ketika putranya berada di tempat yang tidak aman menurutnya. Meninggalkan buku gambar yang ada di depannya, Gina keluar dari ruang kerjanya. Dengan buru-buru dan ditemani hati gelisah dia pergi ke ruang bermain. Tempat itu kosong, membuatnya semakin panik.Georgina hendak menghubungi Brenda, namun dia tersadarkan ketika ponselnya tertinggal di meja kerjanya. Dia kembali masuk ke ruangannya dan segera meraih alat komunikasi jarak jauh yang ada di mejanya.“Di mana kamu? kenapa ruang bermain Zion kosong?” Georgina memberikan pertanyaan tanpa menyapa Brenda. Dia panik, hanya itu yang dia rasakan sekarang.“Kami di taman bermain, Nona. Maafkan saya karena tidak memberi tahu Anda, tetapi Zion baik-baik saja di sini.”Marah, itu yang Gina rasakan sekarang. Dia menutup percakapan mereka secara sepihak dan dia bergegas ke taman bermain.Sesampainya di sana, Georgina mendesah ketika melihat putranya sedang berada di pangkuan Joel. Joel sedang duduk di
“Tunggu aku di coffee shop lantai satu! Aku akan menemuimu setelah aku menidurkan putraku.” Tidak punya pilihan lain, akhirnya Georgina mengalahkan egonya dan mau memenuhi permintaan Joel. Jika dia menolak, Joel tidak akan pernah menyerah. Lebih baik dia mengakhirinya lebih cepat.“Baiklah. Aku akan menunggumu di lantai satu.” Joel melihat Georgina sambil mendesahkan napas berat. “Aku akan pergi sekarang.” Joel keluar, menutup pintu, hilang dari pandangan Georgina.Setelah Joel meninggalkan rumahnya, Georgina segera ke kamar Zion. Putranya telah gosok gigi dan memakai piyama saat bermain dengan Brenda. “Mau tidur sekarang?” tanya Gina dan putranya mengangguk. Zion mendekati Georgina dan mengulurkan kedua tangannya yang kecil tetapi berisi.Georgina menggendong Zion, membawa anak itu ke ranjang. “Mama, siapa pria itu?” Zion bertanya ketika Gina membuka buku cerita anak.“Apakah yang kamu bicarakan sekarang adalah Joel Raymond?” tanya Gina dan Zion mengangguk dengan tatapan pena
Esok harinya, Georgina sudah siap untuk berangkat kerja. Putranya sudah tampan dan mereka akan meninggalkan apartemen. Namun, ketika membuka pintu, Georgina harus mendesahkan napas berat ketika melihat Joel di depan unit apartemennya. Serafina berpikir, pembicaraan mereka tadi malam akan membuat Joel menjauh namun sebaliknya pria itu semakin gencar untuk menemuinya.“Aku tidak punya kegiatan hari ini. Aku akan menjaga putramu selama kamu bekerja,” ucap Joel dan Gina hanya melihatnya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun dari mulutnya.Georgina menggendong Zion dan meminta Brenda membawa tas mereka. Ketika mereka berjalan ke lift, Joel bergegas mengikuti mereka dari belakang.Zion melingkarkan kedua tangannya di leher Georgina tetapi matanya tertuju kepada Joel. Joel menyadari hal itu dan dia tersenyum.“Apa kamu suka es krim? Kita akan membelinya nanti,” ucap Joel dan detik kemudian dia mendapatkan tatapan tajam dari Georgina.“Tentu saja kita akan membelinya setelah mendapatkan i
Georgina kembali ke butik di saat putranya sedang mencoret-coret kertas di atas meja. Melihat kedatangan dan senyumannya, Zion turun dari kursi dan berlari ke arah Gina. “Apakah paman sudah pulang ke negaranya?” tanya Zion ketika Georgina jongkok dan posisi mata sejajar. “Belum, sayang. Dia hanya pulang ke hotel. Apa kamu ingin bertemu dengannya lagi?” Georgina berdiri dan memegang tangan Zion. Mereka berjalan menuju kursi dan Gina membiarkan Zion duduk di pangkuannya.“Dia menemaniku bermain, Mama. Aku menyukainya.”Georgina mencium kepala Zion dan menghirup aroma rambut putranya. Dia tidak mengatakan apa-apa kepada Zion tetapi kepalanya sedang berpikir tentang hubungan Zion dan Joel. Mereka tidak tahu hubungan mereka yang sebenarnya tetapi secara alami mereka bisa saling menyukai meskipun baru saling mengenal.***Ponsel Joel berbunyi ketika dia sedang memeriksa beberapa email yang masuk. Peneleponnya adalah Harold, sang ayah.“Halo, Pa.” Joel menyapa ketika jari-jarinya
Joel berbaring di ranjangnya setelah berbicara beberapa menit dengan orangtuanya. Diane masih harus istirahat dan dia tidak mau berbicara terlalu banyak dengannya.Joel melihat langit-langit rumah sambil memikirkan Zion. “Apakah dia menyukai mainan yang aku belikan?” Joel berpikir dan bertanya pada dirinya sendiri.Tidak mendapatkan jawaban, akhirnya Joel memutuskan untuk duduk dan dia mengambil ponselnya dari atas nakas. Dia menghubungi Tristan dan beberapa detik kemudian dia mendengar suara pria itu.“Kau sudah mengirimkan mainannya, kan?” tanya Joel. Dia sangat berharap mobil mainan itu bisa mengambil sedikit kekecewaan di hati Zion dan Gina. Tiba-tiba Joel merasa menjadi pria paling buruk karena selalu merusak janjinya.Ketika Joel di ruang tunggu bandara, dia mengingat Zion. Wajah anak itu sangat mengganggu pikiran dan hatinya, akhirnya Joel menghubungi Tristan.“Aku mendadak pulang karena ibuku sakit. Tapi aku harus melakukan satu hal. Bisakah kau membantuku?” tanya Joel