Home / Romansa / TOXIC RELATIONSHIP / 4. GUA RAHASIA

Share

4. GUA RAHASIA

last update Last Updated: 2021-06-11 18:33:49

Syamil sedang duduk di bebatuan sembari tangannya bermain-main di dalam air yang mengalir tenang di sela-sela akar pohon.

Kicau burung terdengar riang, angin pun berbisik lirih. Sepi. Itulah yang Syamil rasakan. Tidak ada lagi yang bisa dia lakukan selain menyendiri dan menghabiskan waktu di tempat sunyi seperti Lubuak Burai ini.

Namun, tidak ada satu pun yang benar-benar tahu apa yang Syamil lakukan di daerah itu. Semua orang menduga Syamil hanya stres dan depresi. Bukan rahasia lagi kalau dia kehilangan banyak hal dalam hidupnya.

Awal-awal dia dipecat dari pekerjaannya, semua orang menaruh simpati. Begitu juga ketika Shanum keguguran, semakin banyak orang yang menaruh iba. Namun, ketika Syamil mulai berteriak-teriak di Lubuak Burai, satu per satu gunjingan memenuhi langit Galogandang.

Dia yang selama ini dikenal ramah, suka bergaul, dan menjadi tempat bertanya bagi orang-orang, perlahan-lahan penduduk kampung mulai menjaga jarak. Mereka membiarkan Syamil tenggelam dalan dunianya sendiri.

Sehingga satu tahun pun berjalan tanpa ada yang mau peduli dengan Syamil. Mereka menganggap pria tersebut antara ada dan tiada. Tidak ada yang mau lagi menjadi sahabat atau temannya. Sehingga, Syamil kian terpuruk dalan derita yang tidak berkesudahan.

Orang banyak tidak lagi peduli dengan apa yang Syamil kerjakan di Lubuak Burai. Bagi mereka, sudah bagus Syamil pergi keluar dari kampung daripada di dalam negeri dan bikin onar. Walau sekali pun, Syamil tidak pernah melihatkan gejala-gejala gila ketika berada di perkampungan.

Syamil melirik jam di tangannya. Waktu menunjukkan pukul sepuluh siang. Dia segera berdiri dan bergerak cepat meninggalkan kawasan tersebut.

Kakinya kian mengayun melewati satu per satu kayu-kayu yang melintang menghalangi jalannya. Dia terus mendaki menuju lereng Bukik Batubasi.

Tidak sampai setengah jam, dia sampai di sebuah pohon beringin tua. Sulur-sulur pokok tersebut banyak menjuntai. Syamil menyibak pelan akar-akar tersebut. Kepalanya menoleh ke kiri dan ke kanan. Seakan-akan memantau situasi agar tidak ada orang yang melihat apa yang dia lakukan.

Ketika sampai di lempengan bukit yang tertutup pohon beringin, kembali Syamil menyibak kerumunan rumput ilalang. Begitu tersibak, sebuah pintu gua terpentang.

Syamil tanpa ragu masuk ke dalam lubang tersebut. Kerasnya bau menyan menyeruak, dibawa angin dingin menembus hidung.

Gua tersebut sangat gelap, tapi Syamil seolah tidak peduli dengan kegelapan tersebut, seakan-akan sudah terbiasa dengan keadaan tersebut.

Namun, semakin masuk ke dalam semakin terlihat ada seberkas cahaya obor. Syamil mempercepat langkahnya.

Begitu sampai di dekat cahaya obor, Syamil berhenti dan wajahnya menyeringai penuh misteri.

"Kau sudah bangun, Pak?" Syamil bergerak cepat menuju sesosok tubuh yang terikat di atas kursi. Mulutnya disumpal dengan sehelai kain. Wajahnya terlihat penuh lebam.

Sosok tersebut meronta-ronta. Matanya menyiratkan ketakutan. Dia berharap Syamil segera membebaskannya dan membiarkannya pergi dari tempat itu.

"Ohhh, jangan tatap aku seperti itu, Pak! Itu hanya akan membuatku teringat masa lalu. Engkau yang sangat kuhormati, kuhargai, bahkan aku begitu loyal ke padamu, tapi engkau balas dengan menghancurkan hidupku dan keluargaku. Tidak! Aku tidak akan berbelas kasih terhadapmu, Pak. Sekarang, bagaimana rasanya tinggal di sini? Sudah lima belas hari kau menghilang. Namun, aku heran, kenapa tidak ada polisi yang mencarimu? Apakah keluargamu tidak peduli denganmu?" Syamil melipat tangan, sementara kaki kanannya dia injakkan ke paha lelaki yang terikat di atas kursi.

"Aku masih ingat, lho, Pak dengan apa yang kau katakan dulu. Engkau mau mempertahankanku asal aku mau berbagi Shanum denganmu. Oh, hahaha. Jika kuingat, ingin aku membunuhmu saat ini. Namun, maaf, Pak! Walau aku mati sekali pun demi menjaga Shanum, tidak masalah bagiku. Dia hidupku, dia permata hatiku. Yang namanya harta berharga, tentu tidak ada yang mau membaginya dengan siapa pun." Syamil menurunkan kakinya. Dia merogoh kantong celana. Mengeluarkan sebungkus rokok, mengambilnya sebatang, lalu menyulutnya dengan korek api.

Asap rokok yang memenuhi ruang mulut, Syamil hembuskan pelan ke wajah lelaki yang dia panggil 'Bapak'.

Tangannya membetot kuat kain yang menyumpal mulut lelaki yang terlihat lebih rua darinya itu. Pria tersebut mengembuskan udara kencang, lalu menghirupnya kembali.

"Tolong lepaskan aku, Syamil! Ini sudah tidak lucu lagi. Kau gila! Kau seharusnya dikirim ke rumah sakit jiwa!" Lelaki itu dengan berani meludahi wajah Syamil. Syamil yang tidak menduga akan dilepehkan air liur, tanpa belas kasih tangan kanannya melayang, menampar pipi tawanannya itu.

"Bapak lancang dan berani meludahiku! Tidak akan aku maafkan. Terima ini!" Syamil seperti kesetanan, dia menampar bolak-balik wajah lelaki tersebut, lalu di ujung kekesalannya, rokok yang masih menyala itu dia sumpalkan ke dalam mulut sanderanya itu.

Lelaki malang tersebut menjerit keras. Dia hendak memuntahkan rokok yang ada di dalam mulutnya. Namun, Syamil memegang rahangnya kuat. Lidahnya langsung terbakar oleh api rokok.

"Ampuni ... aku, Syamil. Jika kau ingin bekerja lagi, bekerjalah. Bahkan aku akan berikan gaji tinggi, asal kau mau BERDAMAI, membebaskanku dan membiarkanku pergi dari sini. Aku mohon. Kasihani aku, Syam. Anak-anakku masih kecil. Tolong, ampuni selembar nyawaku." Lelaki itu menangis meraung-raung. Bukan saja karena rasa sakit yang ada di lidahnya, tapi juga karena rasa khawatir yang menyesakkan dada.

"Tsss ...." Syamil menaruh telunjuknya di bibir lelaki tersebut. "Tidak usah berjanji, Pak Afdal. Tidak usah buang-buang air ludah, jika apa yang kau janjikan itu hanyalah isapan jempol belaka. Aku sudah tidak tertarik menjadi karyawanmu lagi. Aku hanya menginginkan kau menderita, Pak. Hahaha."

Syamil kembali menyalakan sebatang rokok. Lalu dengan paksa dia merobek baju yang dikenakan Pak Afdal. Pak Afdal ketakutan setengah mati. Do'a - do'a berlompatan di mulutnya. Berharap Syamil tidak melakukan perbuatan yang tidak senonoh ke padanya.

"Apa yang akan kau lakukan, Syam? Please, jangan aneh-aneh, Syam!"

Mata Syamil berkilat mendengar ucapan Pak Afdal. " Aku tidak sebejat kau, Pak." Syamil menggeram marah. Ujung rokok yang masih menyala tersebut dia tempelkan ke kulit dada Pak Afdhal.

"Sakit! Ya Tuhan, ini sakit sekali, Syam! Tolong aku, Syam! Tolong hentikan semua kegilaan ini. Aku akan lakukan apa saja, asal kau mau melepaskanku, Syamiiil! Syamiiil! Aaaaaaa ...."

Untuk kesekian kalinya Pak Afdal berteriak ketika Syamil mengeluarkan korek, lalu tanpa banyak bicara dia langsung menyalakan api dan membakar janggut lebat yang tumbuh subur di dagu Pak Afdal.

Jeritan ketakutan Pak Afdal menggema di dalam ruangan gua yang sangat dingin. Lelaki itu benar-benar merasa diteror, diintimidasi, dan suatu saat bisa saja nyawanya melayang. Sungguh, dia tidak menyangka kalau Syamil--mantan karyawannya--memiliki dendam yang begitu besar terhadapnya.

"Aku tidak akan membunuhmu, Pak. Aku hanya ingin bersenang-senang denganmu di sini. Menyiksamu adalah kesenangan tersendiri bagiku. Bukankah begitu, Pak Afdal?"

Pak Afdal tidak menjawab. Matanya melotot marah.

Melihat Pak Afdal menatapnya berang, Syamil tanpa perasaan menendang dada lelaki itu kuat. Kursi yang diduduki Pak Afdal terjungkal kuat ke belakang. Kepala Pak Afdal sukses membentur batu gua. Lelaki itu merasa pusing, dunia seolah berputar, lalu semuanya gelap.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
De Edward
Jadi ini biang keroknya. Sayang shanum tak tahu fakta ini.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • TOXIC RELATIONSHIP   30. CEMAS

    Etek Jawinar semakin gelisah. Hujan di luar sana kian menggila. Anak perempuannya belum juga pulang, sementara kegelapan telah merajai hari.'Ernaaa! Ke mana kamu pergi, Nak? Ini sudah malam. Ya Allah, apa yang terjadi sebenarnya dengan anakku itu? Kenapa dia belum pulang juga. Hati ini sungguh tidak tenang.'Perempuan tua itu mondar-mandir di atas rumah. Pikirannya benar-benar buntu. Dia selalu kesal kalau Erna sudah menghilang seperti ini. Memang kebiasaan anaknya kalau ada masalah. Menghilang entah ke mana, lalu akan kembali beberapa jam kemudian. Namun, ini rasanya sudah terlalu lama Erna pergi. Etek Jawinar merasa ada yang tidak beres. Di dalam hati dia terus berdoa agar Erna cepat pulang.Bukan saja gelisah memikirkan Erna, pikiran Etek Jawinar juga tersita dengan Shanum yang jug

  • TOXIC RELATIONSHIP   29. MANGKAWEH

    Etek Jawinar tersentak dari mengenang masa lalunya yang suram. Sejak sirap ilmu pekasihnya lenyap, Rangkuti terkesan menjaga jarak dengannya. Perlahan tapi pasti, suaminya itu seperti tidak mengenalinya lagi.Berbagai cara dia tempuh agar Rangkuti bisa kembali ada dalam genggamannya. Namun, semua usahanya itu sia-sia. Sang kekasih hati sudah berganti rasa. Dia bahkan terkesan semakin kasar dan tidak segan-segan menjatuhkan tangan keras kepadanya.Melihat perubahan ayahnya itu, tentu saja Erna merasa heran. Semua kebigungannya tak kunjung mendapat jawaban. Etek Jawinar bungkam setiap kali Erna menanyakan hal itu.Sekarang, Erna juga terjebak dengan cinta yang bertepuk sebelah tangan. Hati Etek Jawinar kian remuk redam. Bagaimana caranya agar nasib Erna lebih baik darinya?

  • TOXIC RELATIONSHIP   28. SIRAP

    "Tenanglah kamu, Jawinar. Tidak satu jalan untuk membuat Rangkuti menyukaimu. Amak baru tahu kalau kamu diperlakukan seperti itu olehnya. Andai kamu tidak bercerita, tentu amak tidak paham apa masalah yang menimpamu itu." Rohana, ibunya Etek Jawinar membelai lembut kepala anak perempuannya itu lenbut. Dia memang tidak serumah dengan Etek Jawinar.Rohana dan Tamar--suaminya memiliki rumah di Guguak Jirek, daerah yang berada di kawasan Bukik Tubasi. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu di sana sambil berkebun dan bercocok tanam di sawah yang ada di daerah tersebut.Sementara Jawinar tinggal di Payobada, rumah yang dibangun khusus untuknya oleh orang tuanya.Rohana benar-benar tidak menduga kalau anak semata wayangnya diperlakukan begitu kejam oleh lelaki yang terlihat begit

  • TOXIC RELATIONSHIP   27. RANGKUTI

    "Untuk apa lagi kamu ke sini? Bukankah kamu sudah menalak si Shanum? Lelaki itu harus berpegang teguh pada pendirian. Kamu jatuhkan talak, tapi masih saja mengangkang ke rumah ini. Benar-benar memalukan!" Etek Jawinar sudah berdiri di belakangnya sambil melipat tangan. Syamil segera berbalik dan menatap perempuan tua itu dengan wajah tidak suka. "Apa pun yang aku lakukan itu bukan urusanmu. Mau aku talak, kek, kawin, kek, cerai, kek! Suka-suka akulah! Jadi, jangan buang-buang ludah di depanku karena aku tidak peduli dengan semua omongan sampah yang keluar dari mulut busukmu itu!" Syamil bergegas kembali ke motornya. Hatinya sangat jengkel dan tersinggung mendengar ucapan Etek Jawinar. "Kamu memangSumandola

  • TOXIC RELATIONSHIP   26. BUKTI

    Setelah Erna tidak berdaya, Syamil menjadi bingung sendiri. Dia tidak tahu harus melakukan apa. Dia lupa kalau Erna menghilang, orang tuanya pasti akan kebingungan. Etek Jawinar tentu akan mencari Erna di mana pun berada.Sekarang, Erna masih terikat dan dalam keadaan tidak sadarkan diri di kamarnya. Rasa takut mulai merayap di dinding hati Syamil. Dia keluar dan berdiri di langkan Rumah Gadang. Dari ketinggian langkan tersebut, Syamil melihat motor Erna masih terparkir di halaman. Secepat kilat dia berlari ke bawah. Matanya menoleh ke kiri dan ke kanan, mengawasi kalau-kalau ada orang yang melihat.Setelah dia rasa aman, segera dia dorong motor tersebut dan memasukkan kendaraan tersebut ke dalam kandang Rumah Gadang. Tidak akan ada yang tahu dan curiga, kalau Erna sekarang berada di dalam cengkeramannya.

  • TOXIC RELATIONSHIP   25. LUKA BATIN

    Shanum siuman dengan kepala yang masih terasa sakit. Matanya mengerjap, berusaha menyesuaikan dengan cahaya lampu yang menyala terang. Ketika dia hendak menggerakkan tangan, dia terkejut begitu menyadari kedua tangannya terikat. Dia coba gerakkan kaki, ternyata kakinya pun terikat. Lebih kaget lagi dia saat menyadari tubuhnya tidak tertutupi sehelai pun pakaian. Sementara AC terasa begitu dingin. Badan Shanum pun menggigil.Dia mulai mencoba mengingat-ingat apa yang telah terjadi. Sesaat kemudian, rasa takut memenuhi pikirannya. Dia sadar sekarang kalau air putih yang dia minum ternyata sudah bercampur dengan obat tidur.Shanum menangis, merasa kalau tubuhnya sudah dijamah oleh Gibran. Selaksa penyesalan muncul di hatinya. Dalam keadaan seperti itu, WAJAH Syamil membayang. Dia merasa sangat berdosa karena tergoda pria lain. Rasa bersala

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status