Home / Romansa / TOXIC RELATIONSHIP / 6. RENCANA JAWINAR

Share

6. RENCANA JAWINAR

last update Last Updated: 2021-06-12 16:50:27

Lama Gibran termangu di meja makan setelah mendengar ucapan Kanaya. Dia tidak menduga sama sekali kalau Shanum memiliki rasa kepadanya.

"Sudah, jangan dipikirin. Toh, kalau jodoh enggak bakalan ke mana, Uda. Lagian cocok, kok. Uni Shanum cantik alami, Uda juga tidak kalah gagah dan tampannya. Cocoklah kalian berdua itu." Kanaya menghapus sisa-sisa makanan di bibirnya dengan sehelai tisu. Dia menatap Gibran yang terlihat kebingungan.

"Masalahnya, Naya, Shanum itu masih mempunyai suami. Rasanya tidak mungkin kami bisa bersatu. Walau jujur kukatakan, aku menyukainya. Dia itu ... bisa membuatku merasa penting." Wajah Gibran memerah. Terlihat malu setelah menyatakan hal tersebut.

"Hahaha. Ampun, deh. Uda kayak anak ABG saja. Ya, kalau tidak memungkinkan untuk mendapatkan dia, berarti ada peluang bagiku untuk mengisi ruang hatimu."

Seketika senyum di bibir Gibran menghilang. Wajahnya kembali pucat.

"Hahaha,  Ya Tuhan, wajah Uda pucat sekali. Kuylah, Uda, kita balik. Aku mesti ke kantor hari ini. Banyak laporan yang harus aku buat." Kanaya berdiri dan berinisiiatif hendak membayar. Namun, Gibran menahan langkahnya.

"Jangan bikin malu aku, Naya." Gibran mengeluarkan dompetnya. Dia bergegas menuju kasir untuk membayar apa yang telah mereka makan.

"Uda, ingat pesanku ini. Uni Shanum ada rasa sama Uda. Entah Uda yang akan memberi kesempatan, atau Uni Shanum yang akan berterus terang ke Uda tentang perasaannya." Sebelum berpisah, Kanaya berbisik ke telinga Gibran. Selanjutnya Gibran membawa mobilnya kembali ke rumah. Dia lupa dengan pesanannya untuk Shanum.

Rumahnya berada di kawasan Malana Ponco. Sebuah rumah bergaya minimalis, dengan halaman yang tidak terlalu luas. Dengan tergesa-gesa Gibran memasuki rumahnya, lalu menuju kamar pribadinya.

Di dalam kamar dia mengempaskan tubuhnya. Pikirannya benar-benar kacau. Apa yang dikatakan Kanaya mengiang kembali di telinganya.

'Uni Shanum cemburu, Uda.'

'Benarkah Shanum menyukaiku? Aku tidak melihat sedikit pun tanda-tanda kalau dia memiliki rasa untukku. Ya Tuhan, kenapa aku jadi berharap Shanum berpisah dengan Syamil. Aku hanya ingin MENYELAMATKANNYA dari kejatuhan yang menyakitkan.'

Hati Gibran mendua. Ada dua pilihan yang berkecamuk di dalam hatinya. Pilihan pertama mendoakan yang terbaik agar Shanum dan Syamil bisa kembali bersama-sama membangun rumah tangga yang mulai retak. Pilihan kedua, dia perlahan-lahan masuk ke dalam pikiran Shanum, memberi perhatian lebih ke perempuan itu, sehingga Shanum merasa terjerat, lalu jatuh ke dalam pelukannya.

Gibran memukul kepalanya karena gusar. Selama ini dia berusaha sok bijak, sok paham, dan sok memberi wejangan ke Shanum, padahal hati kecilnya menginginkan Shanum menjadi kekasih hatinya.

Perlahan-lahan Gibran turun dari ranjang. Dia mendekati meja belajar di sudut kamarnya. Di atas meja ada satu set komputer. Segera dia nyalakan komputer tersebut. Dia aktifkan aplikasi CCTV yang terhubung dengan camera CCTV di tokonya. Di saat itulah dia melihat Shanum sedang sibuk menginput sesuatu di laptop. Berkali-kali Gibran memperbesar layar monitornya. Menatap wajah cantik Shanum yang terlihat serius.

"Sepertinya aku akan memilih option ke dua. Bukankah cinta itu harus diperjuangkan?" Senyuman aneh muncul di wajah Gibran. Dia segera mematikan CCTV, lalu keluar dari kamar.

***

"Sungguh tidak amak duga, Erna, kalau si Shanum ternyata berselingkuh dengan bosnya."

Etek Jawinar sampai di rumah dengan nafas terengah-engah. Erna--anak gadisnya--menatap perempuan tua itu heran. "Apa pasal, ni, Mak? Baru pulang sudah membawa kabar buruk. Selingkuh bagaimana maksud Amak, nih? Eh, tapi duduklah Amak dulu. Erna ambilkan minum, ya? Terkejut sekali Amak aku lihat."

Sambil mengelus dada, Etek Jawinar melambaikan tangannya menyuruh Erna segera bersilekas. Tampak dia sangat haus. "Cepatlah, Erna. Amak haus sangat. Jantung ini serasa mau putus. Andai amak tidak lihat dengan mata kepala sendiri, tentu amak tidak akan sekaget ini."

Erna segera memberikan segelas air yang langsung disesap Etek Jawinar dengan cepat.

"Nah, sekarang ceritakanlah, Mak. Ada masalah apa dengan si Shanum?"

Etek Jawinar menatap Erna dengan tatapan berbinar-binar. "Kau tahu tidak, Erna? Amak punya senjata untuk membuat si Shanum keluar dari kampung ini."

Mendengar ucapan Etek Jawinar, Erna terkejut. Mulutnya ternganga, tidak percaya dengan pendengarannya. "Astaghfirullah, Mak. Apa maksud, Amak? "

Bukannya mendapat jawaban langsung,  paha Erna dipukul pelan oleh Etek Jawinar, "Kau benar-benar bodoh, pikun, atau bagaimana, Erna?"

Erna semakin heran dan bingung. "Kenapa pula Amak bertanya macam itu? Tentu sajalah anak Amak ini pintar. Sama-sama kuliah aku dengan si Shanum di Padang. Emang dasar rezeki aku saja yang kurang baik."

"Eyayai! Bukan itu maksud amak, Erna! Tidakkah kau sadar, semenjak si Shanum di kampung, penghasilan kita jadi berkurang. Dulu, semua sawah Amaknya kita yang urus. Dia tahu bersih saja. Begitu juga dengan hasil kebun, tahun ini tidak ada lagi jatah untuk kita. Semuanya sudah dikuasai oleh si Shanum. Amak tidak bisa lagi beli emas tahun ini."

Erna tercenung mendengar ucapan ibunya. Dia garuk-garuk kepala yang tiba-tiba saja terasa gatal. "Sudahlah, Mak. Itu 'kan hak dia. Sudah untung kita dibantu selama ini. Sudahlah. Amak jangan mikir aneh-aneh lagi. Mending kita makan, yuk, Mak?"

Wajah Etek Jawinar jelas menyiratkan kata tidak suka mendengar perkataan putrinya itu. Dia kembali menepuk paha Erna, kali ini sedikit lebih keras. "Kau benar-benar bodoh, Erna. Pantas saja kau tidak laku, miskin, dan menyusahkan saja. Coba kau lihat si Shanum, dia bekerja dengan orang kaya. Kalau dia cerai dengan si Syamil yang kurang waras itu, dia bisa hidup senang dengan juragannya itu. Bertambah-tambah hartanya. Sedangkan kau? Kau akan menjadi wanita lapuk dimakan usia. Tidak laku-laku! Andai saja kau mau amak carikan jodoh, sudah barang tentu senang hidupmu sekarang."

Panjangnya rentetan kalimat Etek Jawinar membuat Erna membekap kupingnya. Wajahnya kesal dan bibirnya manyun.

"Jadi apa yang akan Amak lakukan?"

Etek Jawinar tertawa lebar. Dia mengeluarkan ponsel dari dalam tas kecilnya. Mengusap layar benda tersebut lalu memperlihatkan sebuah foto ke Erna.

Untuk ke dua kalinya Erna ternganga. Terlihat di dalam foto, Shanum sedang memeluk erat seorang pria.

"Amak akan perlihatkan foto ini ke Syamil. Dia pasti akan marah besar, lalu menceraikan si Shanum. Kalau mereka cerai, Shanum tidak akan mungkin tinggal lebih lama di kampung kita, lalu dia akan kembali ke Pasaman. Dengan begitu, sawah dan ladangnya bisa kita kuasai kembali." Senyum culas menghiasi wajah tua Etek Jawinar. Sementara Erna tidak menduga kalau ibunya akan tega melakukan hal sejahat itu.

"Apa ini tidak berbahaya, Mak? Aku khawatir melakukan hal-hal seperti ini."

"Diam! Dan ikuti saja perintah amak. Semua ini amak lakukan demi kau, Erna. Kalau hidupmu senang, amak juga senang. Lagian, sampai kapan kita akan hidup melarat, ha?"

Erna bungkam seribu bahasa. Hati kecilnya merasa apa yang dilakukan Etek  Jawinar tidaklah benar. Namun, di sisi lain, dia merasa iri selama ini dengan Shanum. Shanum selalu menjadi pembanding bagi kehidupannya. Dia hanyalah bayang-bayang di keluarga besarnya. Sementara Shanum selalu mendapatkan perhatian penuh.

Luka itu sempat tertutupi setelah Shanum menikah dan menetap di Padang. Namun, setelah Syamil di-PHK, dan mereka kembali pulang ke kampung. Ketenangan Erna dan Etek Jawinar mulai terusik.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
De Edward
Berbahayaaaaa
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • TOXIC RELATIONSHIP   30. CEMAS

    Etek Jawinar semakin gelisah. Hujan di luar sana kian menggila. Anak perempuannya belum juga pulang, sementara kegelapan telah merajai hari.'Ernaaa! Ke mana kamu pergi, Nak? Ini sudah malam. Ya Allah, apa yang terjadi sebenarnya dengan anakku itu? Kenapa dia belum pulang juga. Hati ini sungguh tidak tenang.'Perempuan tua itu mondar-mandir di atas rumah. Pikirannya benar-benar buntu. Dia selalu kesal kalau Erna sudah menghilang seperti ini. Memang kebiasaan anaknya kalau ada masalah. Menghilang entah ke mana, lalu akan kembali beberapa jam kemudian. Namun, ini rasanya sudah terlalu lama Erna pergi. Etek Jawinar merasa ada yang tidak beres. Di dalam hati dia terus berdoa agar Erna cepat pulang.Bukan saja gelisah memikirkan Erna, pikiran Etek Jawinar juga tersita dengan Shanum yang jug

  • TOXIC RELATIONSHIP   29. MANGKAWEH

    Etek Jawinar tersentak dari mengenang masa lalunya yang suram. Sejak sirap ilmu pekasihnya lenyap, Rangkuti terkesan menjaga jarak dengannya. Perlahan tapi pasti, suaminya itu seperti tidak mengenalinya lagi.Berbagai cara dia tempuh agar Rangkuti bisa kembali ada dalam genggamannya. Namun, semua usahanya itu sia-sia. Sang kekasih hati sudah berganti rasa. Dia bahkan terkesan semakin kasar dan tidak segan-segan menjatuhkan tangan keras kepadanya.Melihat perubahan ayahnya itu, tentu saja Erna merasa heran. Semua kebigungannya tak kunjung mendapat jawaban. Etek Jawinar bungkam setiap kali Erna menanyakan hal itu.Sekarang, Erna juga terjebak dengan cinta yang bertepuk sebelah tangan. Hati Etek Jawinar kian remuk redam. Bagaimana caranya agar nasib Erna lebih baik darinya?

  • TOXIC RELATIONSHIP   28. SIRAP

    "Tenanglah kamu, Jawinar. Tidak satu jalan untuk membuat Rangkuti menyukaimu. Amak baru tahu kalau kamu diperlakukan seperti itu olehnya. Andai kamu tidak bercerita, tentu amak tidak paham apa masalah yang menimpamu itu." Rohana, ibunya Etek Jawinar membelai lembut kepala anak perempuannya itu lenbut. Dia memang tidak serumah dengan Etek Jawinar.Rohana dan Tamar--suaminya memiliki rumah di Guguak Jirek, daerah yang berada di kawasan Bukik Tubasi. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu di sana sambil berkebun dan bercocok tanam di sawah yang ada di daerah tersebut.Sementara Jawinar tinggal di Payobada, rumah yang dibangun khusus untuknya oleh orang tuanya.Rohana benar-benar tidak menduga kalau anak semata wayangnya diperlakukan begitu kejam oleh lelaki yang terlihat begit

  • TOXIC RELATIONSHIP   27. RANGKUTI

    "Untuk apa lagi kamu ke sini? Bukankah kamu sudah menalak si Shanum? Lelaki itu harus berpegang teguh pada pendirian. Kamu jatuhkan talak, tapi masih saja mengangkang ke rumah ini. Benar-benar memalukan!" Etek Jawinar sudah berdiri di belakangnya sambil melipat tangan. Syamil segera berbalik dan menatap perempuan tua itu dengan wajah tidak suka. "Apa pun yang aku lakukan itu bukan urusanmu. Mau aku talak, kek, kawin, kek, cerai, kek! Suka-suka akulah! Jadi, jangan buang-buang ludah di depanku karena aku tidak peduli dengan semua omongan sampah yang keluar dari mulut busukmu itu!" Syamil bergegas kembali ke motornya. Hatinya sangat jengkel dan tersinggung mendengar ucapan Etek Jawinar. "Kamu memangSumandola

  • TOXIC RELATIONSHIP   26. BUKTI

    Setelah Erna tidak berdaya, Syamil menjadi bingung sendiri. Dia tidak tahu harus melakukan apa. Dia lupa kalau Erna menghilang, orang tuanya pasti akan kebingungan. Etek Jawinar tentu akan mencari Erna di mana pun berada.Sekarang, Erna masih terikat dan dalam keadaan tidak sadarkan diri di kamarnya. Rasa takut mulai merayap di dinding hati Syamil. Dia keluar dan berdiri di langkan Rumah Gadang. Dari ketinggian langkan tersebut, Syamil melihat motor Erna masih terparkir di halaman. Secepat kilat dia berlari ke bawah. Matanya menoleh ke kiri dan ke kanan, mengawasi kalau-kalau ada orang yang melihat.Setelah dia rasa aman, segera dia dorong motor tersebut dan memasukkan kendaraan tersebut ke dalam kandang Rumah Gadang. Tidak akan ada yang tahu dan curiga, kalau Erna sekarang berada di dalam cengkeramannya.

  • TOXIC RELATIONSHIP   25. LUKA BATIN

    Shanum siuman dengan kepala yang masih terasa sakit. Matanya mengerjap, berusaha menyesuaikan dengan cahaya lampu yang menyala terang. Ketika dia hendak menggerakkan tangan, dia terkejut begitu menyadari kedua tangannya terikat. Dia coba gerakkan kaki, ternyata kakinya pun terikat. Lebih kaget lagi dia saat menyadari tubuhnya tidak tertutupi sehelai pun pakaian. Sementara AC terasa begitu dingin. Badan Shanum pun menggigil.Dia mulai mencoba mengingat-ingat apa yang telah terjadi. Sesaat kemudian, rasa takut memenuhi pikirannya. Dia sadar sekarang kalau air putih yang dia minum ternyata sudah bercampur dengan obat tidur.Shanum menangis, merasa kalau tubuhnya sudah dijamah oleh Gibran. Selaksa penyesalan muncul di hatinya. Dalam keadaan seperti itu, WAJAH Syamil membayang. Dia merasa sangat berdosa karena tergoda pria lain. Rasa bersala

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status