Share

Perasaan Mira

Author: Sari Yu
last update Last Updated: 2021-04-05 23:09:35

“Apa kamu gila? Tidak mungkin aku meninggalkanmu di sini,” ucap Leo.

“Aku tidak ingin Bapakku merugi,” jawab Mira.

“Nyawamu lebih penting dari motor, barang-barang atau apapun yang ada di dunia ini!” teriak Leo.

“Aku berharap orang tuaku tidak mengetahui kejadian ini, kalau mereka tahu, mereka akan khawatir padaku, seumur hidup.” Mata Mira berkaca-kaca.

“Baiklah kalau itu maumu. Begini saja, kamu dan barang-barang ini masuk ke dalam mobil. Motormu akan kututup dengan terpal yang ada di bagasi mobilku. Nanti, aku minta salah satu pekerjaku untuk mengurusnya. Bagaimana?”

“Baiklah, itu ide yang bagus.”

Mira dan Leo memasukkan barang-barang keperluan toko Bapak, ke dalam mobil. Setelah itu, lelaki gagah itu melajukan mobilnya dengan cepat ke rumah Mira.

Setelah sampai di depan rumah, Mira mengamati langit di atasnya dan tanah di depannya. “Tidak hujan sama sekali di sini.”

Kemudian, Mira terdiam sebentar di dalam mobil. Dia sama sekali tidak mengingat akan menghubungi Noval waktu itu. Gadis manis itu masih merasakan trauma kejadian yang hampir merenggut kehormatannya. Ketakutan mulai merasukinya. Dia melihat wajahnya di cermin dalam mobil, ditata bajunya yang berantakan yang telah rusak beberapa kancingnya, dibuat pikirannya setenang mungkin, bahkan menyusun beberapa kata-kata yang kemungkinan merupakan jawaban dari pertanyaan yang mungkin orang tuanya berikan. 

Mira akhirnya membuka pintu mobil, dilangkahkan kakinya dengan pelan menuju ke rumah. Setelah sampai di depan pintu ruang tamu, gadis manis itu terperanjat oleh suara tanya. “Ya Tuhan, kenapa bisa basah kuyup begitu?” kata Ibu.

Belum sempat Mira menjawab, Ibu sudah berjalan melewatinya dan menuju ke luar rumah sambil melihat ke kiri dan kekanan. “Loh ... motormu mana Mir?”

Leo keluar dari mobil dan berjalan ke arah Ibu. “Ada Leo rupanya.” Kemudian Ibu mengernyitkan dahi setelah melihat Leo lebih dekat. “Leo juga basah kuyub. Kalian berdua baru-“

“Ini tidak seperti yang ibu pikirkan. Kami berdua tadi kehujanan, Bu,” jawab Mira cepat.

“Kehujanan di dalam mobil?” tanya ibu dengan wajah curiga.

Mira memberikan senyuman miring ke ibunya sambil melepaskan nafas dengan cepat. “Ibu ... tadi itu-“

Bruk!

Tiba-tiba tubuh Leo tersungkur di lantai. Segera, Mira lari menghampirinya, diletakkan kepala Leo di pangkuannya. Diamati wajah Leo dengan teliti. “Tompel di wajahnya berubah menjadi merah kehitaman. Ada apa denganmu Leo?” gumam Mira. Dipegang wajah Leo dengan salah satu tangannya. “Panas.” Kemudian tangannya mengarah ke dahi lelaki gagah itu. “Benar-benar panas. Kapan kamu sakit Leo? Mengapa aku tidak menyadarinya? Apa yang harus aku lakukan?” 

Bapak yang baru keluar dari rumah, terkejut melihat keadaan Leo. Beberapa saat kemudian, Bapak, Ibu dan Mira saling membantu untuk membawa tubuh lelaki gagah itu, yang belum sadarkan diri ke dalam kamar Mira. Bapak mengganti bajunya dengan baju kering yang ditemukan Mira di dalam mobil. Sepanjang malam, Bapak, Ibu dan Mira bergantian menjaga dan mengompres kepalanya. 

Tiba saatnya bagi Mira untuk menjaga lelaki gagah itu, disentuh lengannya, ternyata masih hangat walau di dahinya selalu dikompres.

Mira mengamati wajah Leo lekat-lekat. Dia baru menyadari, ternyata lelaki gagah itu memiliki bentuk wajah yang sempurna walaupun ditutupi tompel di seluruh wajahnya. Dia membungkukkan badan, semakin mendekati wajahnya hingga batas ujung hidung keduanya hanya berjarak dua senti, dibayangkan seakan-akan lelaki gagah itu tidak memiliki tompel. 

“Wow ... matanya lebar, hidungnya mancung, dagunya terbelah dua, dan bibirnya merah, membuatku-“ Mira tidak sadar menempelkan bibirnya ke bibir indah Leo, dikecupnya pelan. Namun akhirnya, dia tersadar, segera ditutup bibirnya dengan kedua tangan, ditegakkan tubuhnya, matanya terbelalak kaget dengan tingkahnya sendiri.

“Apa yang baru saja aku lakukan.” Gadis manis itu mengamati Leo yang ternyata belum sadarkan diri.

“Syukurlah, dia masih belum sadar.” Mira mengelus dadanya, lega. Saat memegang dadanya, dia baru menyadari sesuatu yang aneh pada dirinya.

“Mengapa dadaku berdetak kencang seperti ini? Apakah aku menyukainya?” Mira memandang wajah Leo dalam-dalam sambil memegang dadanya.

“Tidak mungkin? apa aku mulai mencintainya?” tanya Mira kepada dirinya sendiri merasa tidak percaya. Kemudian, Ibu datang menghilangkan lamunannya.

“Istirahat dulu! Ibu yang menjaga Leo sekarang,” kata ibu.

“Baik, Bu.” Mira langsung berdiri menuju ke ruang tamu untuk tidur di sana. Tiba-tiba dia teringat dengan Noval. Gadis manis itu segera mengirim pesan lewat telepon, meminta Noval untuk tidak menghubunginya lagi dan memintanya untuk menerima kenyataan kalau dia dan Leo sudah dijodohkan.

Noval menerima pesan Mira dengan penuh kemarahan, hingga membanting telepon selulernya. Dia berusaha menahan emosi, berjalan ke sana ke sini tidak tentu arah, memegang pelipisnya merasakan penat di kepala. “Semua sudah kulakukan untukmu, dan begini balasanmu!” teriak Noval sambil memukul meja makan di hadapannya. 

“Awas kalian berdua, akan aku balas nanti!” teriak Noval. Matanya melotot, tangannya bergetar mengepal penuh dengan urat kemarahan yang terpendam.

***

Keesokan harinya, Mira membawa sebaskom air hangat dan handuk kecil untuk mengompres kepala Leo yang masih hangat. Mira duduk di sebelahnya. Saat Mira memeras handuk kecil di dalam baskom, mata lelaki gagah itu perlahan-lahan terbuka, gadis manis itu menyadarinya, dia bahagia sekali. Bibirnya tersenyum sangat lebar. “Kamu sudah sadar Leo. Apa yang kamu rasakan di tubuhmu, sekarang?” tanya Mira.

“Aku merasa ... bahagia bisa memandangmu ketika bangun,” jawab Leo, bibirnya melebar perlahan menghasilkan senyuman.

Wajah Mira memerah karena rasa malu bercampur dengan marah, ujung bibirnya sedikit maju. “Kamu ‘kan lagi sakit, masih saja menggodaku.” Gadis manis itu memukul lengan Leo pelan.

“Aduh sakit,” goda Leo sambil mengelus lengannya.

Mira menyunggingkan senyuman sekali lagi. Kali ini benar-benar tulus dari biasanya. Dia mengambil handuk yang telah diperasnya, tapi handuk itu terjatuh, Leo ingin membantunya, namun gadis manis itu berusaha agar tidak keduluan, alhasil, mereka berdua terjatuh dilantai. Tubuh Leo menindih punggung Mira. Saat mereka dalam posisi seperti itu, masuklah Bapak dan Ibu.

“Astaga, Mira!” teriak ibu sambil menutup mulutnya karena terperanjat melihat posisi mereka berdua. Bapak hanya diam dengan mulut yang sedikit terbuka, mereka berdua sama-sama kagetnya.

Mira dan Leo berusaha berdiri memperbaiki posisinya. “Bu, Pak, ini tidak seperti yang kalian pikirkan, tadi itu-“

Leo terduduk tiba-tiba, tubuhnya masih belum kuat berdiri. 

“Mira, kita harus memulangkan Leo, agar bisa segera diperiksakan ke dokter. Kamu bisa ‘kan mengantarkan Leo ke rumahnya? Pakai saja motor Bapak!” pinta Bapak.

“Baiklah Pak,” jawab Mira singkat.

Mira mengantarkan Leo ke rumahnya dengan menggunakan motor, kedua tangan lelaki gagah itu diletakkan di pinggangnya agar tidak terjatuh. Leo tersenyum bahagia dalam sakitnya. 

Saat di rumah Leo, Mira membopongnya masuk ke dalam rumah. Lelaki gagah itu sangat bahagia, tubuhnya dibuat seakan-akan sulit untuk berjalan membuat gadis manis itu semakin mendekapnya. Kemudian, didudukkannya lelaki gagah itu di kursi ruang tamu dengan perlahan. Tiba-tiba,

Plak!

Mira memegang pipinya yang memerah karena bekas tamparan.

“Saya salah apa? Saya hanya membawa Leo kembali ke rumah ini,” ucap Mira, suaranya bergetar.

Leo terkejut dengan yang mamanya lakukan kepada Mira. Dia berusaha berdiri sekuat tenaga, berjalan mendekati mamanya. “Kenapa, ma? Mira salah apa?” tanya Leo.

“Gara-gara kamu, anakku setiap hari tidak pernah ada di rumah. Dia selalu saja berusaha mengawasimu,” ucap Mama Leo penuh emosi, matanya memerah.

“Kemarin Leo sakit panas, aku sudah melarangnya untuk tidak dulu mendekati kamu, tapi sama sekali tidak di dengarnya. Lihat sekarang, tubuhnya semakin lemah.” Mama Leo kemudian melihat Leo dengan iba.

“Kalau terjadi sesuatu terhadap Leo, awas kamu Mira!” teriak Mama Leo sambil menunjuk wajah Mira dengan jari telunjuknya, Mira terdiam ketakutan.

Leo berupaya melindungi gadis manis itu. Dia menghadang mamanya dengan tubuhnya yang lemah. “Mama sudah, ini bukan salah Mira.”

Mama Leo masih tersulut emosi, Leo tidak dihiraukan. Dia menerobos tubuh anak satu-satunya itu, berusaha mendekati Mira. Gadis manis itu terdiam, menundukkan kepala karena merasa bersalah, pikirnya akan lebih baik kalau dia menerima hukuman saat itu juga, ditutup kedua matanya. 

Emosi mama Leo tidak bisa terbendung lagi, dia semakin mendekati Mira, kemudian

Bruk!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • TRUE LOVE BEAST HUSBAND   Akhir Yang Indah

    Wajah Mira menegang, terpaku dengan bercak merah itu. Namun, dia segera menyelesaikan memandikan bayinya. Takut kalau terlalu lama kena air, sang bayi bisa sakit karena masuk angin.Setelah selesai memakaikan baju, dia menggendong anaknya dengan wajah panik dan turun ke lantai dua menuju ke kamar Papa Leo. Kebetulan saat itu Mama Leo sedang ada arisan. “Pa, Mira minta tolong anterin ke dokter anak, ya?”“Lo, ada apa Mira? Apa cucu Papa sakit demam?”“Nanti aja jelasinnya ya, Pa,” jawab Mira dengan wajah panik dan cemas.Papa langsung menjawab, “Oke, oke. Ayo, Mir.”Mereka berdua kemudian berjalan cepat menuju ke mobil. Seorang sopir pribadi Papa Leo yang selalu siaga, telah berada di depan mobil dan ikut bergerak cepat mengantarkan majikannya. “Ke Dokter Anak terdekat, ya!” perintah Papa Leo.“Siap, Pak.”Akhirnya me

  • TRUE LOVE BEAST HUSBAND   Bercak Merah

    Papa dan Mama Leo tercengang menyaksikan kepergian anak semata wayangnya. Papa Leo sampai ikut melongo, bingung harus berbuat apa. “Kita harus ngomong apa ke Mira, Ma?” Mama menghela napas dengan kasar. “Mama sendiri pusing rasanya, Pa. Terus setelah ini gimana?” “Lebih baik kita bicara jujur saja, Ma. Anak itu, masih saja emosional apalagi menyangkut Mira,” jelas Papa Leo sambil menggandeng pundak Mama Leo menuju ke kamar Mira. Di salah satu kamar terbaik Rumah Sakit Bersalin itu, Mira mulai pulih keadaannya. Mungkin karena bantuan selang infus dan segala yang dimasukkan ke dalam selang itu, oleh Dokter Spesialis Kandungan dan juga bidannya. Sedangkan, sang bayi memang belum berada di sisinya karena masih dalam pengawasan. Mama dan Papa akhirnya masuk juga ke dalam ruangan itu. Mereka kemudian berdiri berbarengan di sebelah Mira. “Selamat, ya. Bayimu tampan sekali,” ucap Mama dengan senyuman bangga. “Makasih, Ma,” jawab Mi

  • TRUE LOVE BEAST HUSBAND   Kecurigaan Leo

    “Sebentar-sebentar.” Mira mendekati suaminya dan merangkulnya dari belakang. “Kalau mau pingsan sekarang. Aku sudah siap.” “Beneran sudah siap? Oke, aku pingsan sekarang, ya?” Leo menjatuhkan tubuhnya di dekapan Mira sambil menutup mata. Itu pun dengan kekuatan separuh. Mira berusaha menahannya dengan sekuat tenaga. “Argh ... aku gak kuat!” teriaknya dengan manja. Leo terkekeh melihat ulah istrinya sambil mengembalikan posisinya untuk duduk kembali. “haha ... enggak pingsan lah. Ini ‘kan kabar bahagia, sayang.” Leo menarik tangan istrinya yang sedang melingkar di perutnya agar berada di dekapannya. “Selamat ya, sayang. Semoga sehat terus sampai waktu melahirkan nanti,” doa Leo sambil mengelus perut Mira. Istrinya mengamini sambil mengangguk dengan wajah tersenyum bahagia. Senyuman itu sama sekali tidak memudar sejak tadi. Sebulan yang lalu, Leo membimbing Mira untuk mau berhubungan badan lagi. Awalnya Mira sanga

  • TRUE LOVE BEAST HUSBAND   Mata-mata Noval

    “Siapa, Pak?” tanya bagian keamanan itu penasaran. “Benar ... saya yakin dari postur tubuhnya. Dia Noval. Mantan pacar istri saya.” “Apa Bapak punya fotonya. Agar kami bisa berjaga-jaga kalau dia datang lagi ke sini.” “Tidak. Saya tidak memilikinya. Baiklah, Pak. Terima kasih kerja samanya.” “Tentu, apa pun itu. Kalau bisa membantu.” Dahi Leo mulai berkerut samar. “Si sialan itu tidak kapok juga. Awas, kamu.” Sambil berlalu tangannya semakin mengepal karena menahan marah. Selama di Rumah Sakit Jiwa, Mira mengalami perkembangan yang baik. Dia sudah tidak depresi lagi. Sudah bisa menerima kenyataan kalau apa yang telah terjadi dengannya adalah sebuah takdir yang harus di sikapi dengan bijaksana. Sikap sabar dan kasih sayang suaminya juga yang telah membuatnya bisa menerima kenyataan dengan baik. Setelah tambahan di sana selama satu minggu. Akhirnya, “Mira, ada kabar bagus hari ini.” “Apa itu, Leo?”

  • TRUE LOVE BEAST HUSBAND   Masuk Rumah Sakit Jiwa

    Teriakan Leo membuat Noval terpaksa keluar dengan dahi mengernyit. “Tutup mulutmu. Kau bisa membuat semua orang berkumpul di sini.” “Benar dugaanku. Apa kamu yang telah menabrak istriku, hah?!” teriak Leo penuh luapan amarah sambil menggerak-gerakkan pagar rumah itu. Ibnu langsung membuka pagarnya. Dia dengan wajah dibuat seolah-olah tidak mengetahui apa-apa dan berusaha ramah. Mendekati Leo. “Ada apa denganmu, Pak. Kalau mau bertanya langsung ke dalam saja. Jangan di luar seperti ini.” Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh Leo. Dia langsung masuk ke dalam pagar rumah itu dan berjalan menuju ke Noval. Menarik kerah bajunya. Matanya membulat garang dan giginya gemeretak. Tangannya yang dari tadi mengepal menahan amarah akhirnya mengayun keras tepat di pipi kiri Noval. Dia meringis kesakitan dan duduk terjatuh ke lantai. Wanita cantik seksi dan Ibnu teman Noval, hanya bisa berdiri diam di sisinya. Leo memiliki postur tubuh lebih t

  • TRUE LOVE BEAST HUSBAND   Mira Depresi

    Suara teriakan Mira yang parau dan dalam mengagetkan seisi ruangan. Hatinya sangat perih. Tangannya yang gemetaran berada di atas perutnya. Dia menangis tersedu-sedu. “Anakku! Anakku!” teriaknya. Seolah tidak bisa menerima kenyataan kalau anak yang selama ini berada dalam perutnya sudah tidak ada lagi. Semua anggota keluarga mengerubungi Mira kembali. Mereka saling pandang dengan wajah penuh tanya tentang apa yang telah terjadi. Sejak keluar dari ruangan dokter itu, Leo tidak bercerita kepada siapa pun di sana. Kalau anak dalam kandungan Mira sudah tidak bisa tertolong. Dia takut mengagetkan mereka semua. Apalagi Ibu Mira yang syok melihat putrinya seperti itu. Bayangkan saja, apa yang akan terjadi jika mereka semua tahu yang sebenarnya. Menanggapi kecelakaan yang menimpa Mira saja, sudah membuat mereka syok, apalagi lebih dari itu. “Ada apa, Leo?” tanya Mama Leo penasaran. Namun teriakan Mira dan gerakan tangan di perutnya membuat para oran

  • TRUE LOVE BEAST HUSBAND   Kabar Buruk

    “Sebentar, ya Ayah Leo. Mami mau nanya sama dedek dulu.” “Hah, caranya gimana sayang?” “Pakai telepati.” Mata Mira terpejam seolah sedang berkonsentrasi dengan jabang bayi di perutnya. Mulutnya komat kamit tidak jelas. Leo kembali melongo melihat kelakuan aneh istrinya. “Bisa tidak, gak aneh-aneh seperti itu.” Mira tidak menggubris suaminya. Dia tetap memejamkan mata dan menggerakkan bibirnya “Mir, Mira?” panggil Leo mulai ketakutan. Tiba-tiba, “Waa ... !” teriak Mira mengagetkan Leo. Dia tertawa terpingkal-pingkal melihat keberhasilan mengerjai suaminya. Leo memegang dadanya. Hampir saja dia melompat karena terkejut. “Gak lucu, ah,” timpal Leo dengan wajah cemberut. Setelah merasa puas, Mira mendekati suaminya. Tangannya dilingkarkan ke leher Leo “Aku semakin sayang, sama kamu,” ucapnya sambil memandang mata suaminya. Leo tersenyum menanggapi ungkapan hati istrinya. Baru saja dia mau menjawabn

  • TRUE LOVE BEAST HUSBAND   Masa Mengidam Mira

    Namun, Leo tetap bergeming. Barulah level kepanikan Mira naik. Dia berteriak, “Tolong! Tolong! Kumohon tolong kami.” Tangisannya langsung pecah seiring dengan suara teriakannya. Segera semua penghuni di lantai satu dan dua berlarian menuju ke lantai tiga kamarnya. “Ada apa, Nyonya?” tanya salah satu pembantu yang telah dulu naik ke lantai tiga kamar Mira. “Apa yang terjadi, Mira?” tanya Bibi Jum dengan nada khawatir. “Mira, ada apa?” tanya Mama dengan wajah sangat khawatir. Dia kemudian mengalihkan pandangannya ke tubuh Leo yang tergeletak di lantai. “Astaga, ada apa dengan anakku, Mira. Cepat katakan!” teriaknya. Sama paniknya dengan Mira. Dia juga melakukan yang tadi dilakukan Mira, yaitu menggerak-gerakkan tubuh Leo agar segera tersadar. Papa Leo datang terakhir. Dia yang paling tenang di antara lainnya. “Jangan bergerombol, ya. Coba tenangkan diri kalian. Sekarang, semuanya menjauh dari Leo. Biar Papa yang menangani.” S

  • TRUE LOVE BEAST HUSBAND   Hasil Positif Mira

    “Coba Mira ke dokter, ya? Memastikan keadaan Mira,” ucap Bibi Jum tenang. “Apa ... Bibi Jum menganggap Mira ... gila?” tanya Mira kebingungan. “Bukan, bukan begitu Mira. Kamu salah paham. Sudah gini aja. Bibi nanti ngasih catatan buat dokternya. Nanti waktu Mira ke sana. Kasihkan saja, ya?” Mira masih kebingungan. Bahkan mulutnya masih termenganga saat itu. Namun, dia menganggukkan kepalanya cepat. “Yang penting lakukan saja, mengenai hasilnya dipikirkan nanti saja,” batinnya. Keesokan harinya, Mira pergi ke dokter. Dia pergi ke dokter umum karena terbiasa ke sana kalau sedang jatuh sakit. Tidak lupa dia juga membawa catatan yang diberikan oleh Bibi Jum. Dia tidak membuka dan membaca catatan itu sama sekali. Sebenarnya, dia sangat penasaran tapi karena ingat pesan Bibi Jum, maka dia tidak berani membacanya. “Tolong kasihkan langsung ke dokternya, ya! Tidak usah dibaca.” Itulah kata-kata Bibi Jum yang terngiang di kepala Mira. Saa

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status