Selesai mengganti perban Sandi Ani terpaksa menunggu sampai Sandi terlelap barulah ia akan pergi dari kamar tuan mudanya. Namun apa yang menjadi ekspektasinya terhalang rasa kantuk yang amat berat. Ani tertidur di samping tempat tidur Sandi. Dasar tuan mudanya yang jahil ia memindahkan Ani yang sedang tidur nyenyak itu di atas ranjangnya tepat di sampingnya untuk tidur. "Begini lebih baik bukan? Ada wanita cantik yang menemaniku tidur aku akan lebih nyenyak!" seru Sandi. Sandi memejamkan matanya dan tidur pulas disamping Ani. Hingga keributan di pagi haripun terjadi dan Ani menjadi merasa bersalah sekaligus malu dengan apa yang terjadi padanya. Pagi itu di kediaman Brawijaya artis terkenal Velope yang merupakan wanita dimasa lalu Sandi datang menjenguk Sandi karena mendengar kabar bahwa kediamannya di serang banyak berandalan yang menyebabkan Sandi harus pingsan menghadapi mereka. "Bibi Lusi aku datang khusus untuk menjenguk Sandi di saat jadwal syutingku padat. Aku mohon bibi Lu
Sandi mengatakan dengan tegas kalau Ani bukan wanita rendahan seperti apa yang dikatakan oleh Velope. Ani wanita berpendidikan yang tegas dan tidak akan pernah menggoda lelaki demi kesenangan sesaat."Tutup mulutmu Velope. Setidaknya Ani tidak seperti dirimu yang tidak tahu malu sudah tidur dengan sahabatku masih saja punya muka untuk membuat keonaran di rumahku. Memangnya kamu pikir siapa dirimu?" gertak Sandi sambil menggeser kursi duduk di bangku meja makan."Sa-sandi apa maksudmu aku sama sekali tidak mengerti apa yang kamu maksud," jawab Velope terbata.Sandi menyeringai tipis dan meminta Jerri menjelaskan pada Velope dengan apa yang barusan ia katakan. Jerri membisikkan sesuatu pada nona Velope yang terkenal sebagai artis mahal itu. Bahkan ia memperlihatkan sebuah foto dirinya sedang berpelukan mesra dengan tuan muda Marin di dalam sebuah kamar hotel. Terlihat juga di dalam foto itu busana mereka berceceran di bawah ranjang."Kamu sudah tahu maksud tuan muda Sandi sekarang 'kan
Sandi mendekat ke arah tuan Toni yang duduk di tempat khusus pemilik perusahaan itu. Bangku yang seharusnya menjadi milik Sandi."Bagaimana dengan laporan keuangan yang kemarin aku tanyakan. Lalu penyerangan yang kamu lakukan semalam terhadapku. Apa bisa paman jelaskan?" tanya Sandi."Omong kosong apa yang kamu katakan. Mana mungkin aku mencelakai keponakanku sendiri!" jawab tuan Toni dengan nada tegas.Sandi menyeringai tipis lalu meraih kerah kemeja tuan Toni dan meninjunya sampai lemas. Tuan Toni berteriak memanggil Joy tapi tak kunjung datang. Ia ketakutan akan mati di tangan Sandi."Orang kepercayaanmu itu tidak akan pernah datang karena aku sudah melumpuhkan kakinya!" seru Sandi menakuti pamannya kareba ia juga akan melakukan hal yang sama kepada pamannya."Kau gila Sandi. Kamu bukan Sandi yang kamu kenal apakah kamu adalah orang lain yang menyamar?" tanya tuan Toni.Bugh! Sandi memukul tepat di perut tuan Toni sampai pria paruh baya itu berteriak kesakitan."Paman seorang yang
Jerri memberikan video tak senonoh yang dilakukan oleh tuan Toni berikut transaksi ilegal yang dilakukan beberapa pemegang saham tanpa sepengetahuan nyonya Lusi sebagai pemegang saham terbesar di perusahaan. Mereka mengeruk uang perusahaan bersama dengan tuan Toni pantas saja mereka membela Toni mati-matian dan terus memaksa nyonya Lusi menyerahkan saham kepada tuan Toni. "Apa kalian sudah mengerti apa yang aku maksud?" tanya Sandi yang kesal dengan mereka semua. "Ini pasti adalah video rekayasa kami tidak melakukan semua itu," jawab tuan Harlan. Sandi meminta semua wanita yang dilecehkan oleh Toni maupun dua pemegang saham lainnya masuk ke dalam ruang meeting. Bagian keuangan juga turut di hadirkan oleh Sandi. Mereka tidak akan lepas dari amukan Sandi kali ini. "Tuan ampuni kami. Jangan seret kami ke dalam permasalahan yang kami tidak tahu tuan. Kami hanya pekerja saja!" seru kepala keuangan yakni tuan Harun. "Kamu harus mempertanggung jawabkan perbuatanmu bukan?" tanya Sandi sa
Nyonya Lusi menggebrak meja lalu mengutarakan apa yang terjadi saat itu. Harun dan Maulana memang mengancamnya menggunakan Sonia untuk meminta saham sebesar empat puluh persen miliknya. "Kamu jangan berbohong. Karena pesan singkat dan rekaman video kalian masih aku simpan. Akhirnya video ini berguna untuk mengungkap kejahatan kalian," ucap nyony Lusi yang sudah kesal."Benar paman seharusnya mengerti kalau yang namanya kesenangan yang diambil dari hak orang lain itu hanya sementara saja. Kalian akan menemui hari dimana kalian akan mempertanggung jawabkan semuanya," imbuh Sonia sambil tertawa jahat.Maulana dan Harlan senagai pemegang saham terlihat pucat wajahnya sepertinya mereka masih memikirkan cara untuk mengelabuhi Sandi. Mereka masih berpikir akan ada celah untuk membalikkan keadaan karena yang mereka hadapi adalah tikus kecil yang punya reputasi buruk."Kalian jangan bertindak seolah tersakiti memangnya selama lima tahun ini apa yang kalian lakukan untuk kemajuan perusahaan in
Nyonya Lusi merah wajahnya karena marang dua orang ini sudah membuatnya hampir gila selama lima tahun ini. Tapi masih punya muka meminta maaf karena tekanan dari putranya yang ingin menghancurkan hidup mereka balas dendam atas kematian tuan Brawijaya. "Kalian apa tidak punya muka. Kalian memang berjasa memajukan perusahaan ini. Tapi itu dulu saat suamiku masih hidup," ucap nyonya Lusi. "Setelah kematian papiku dan kakakku menghilang bahkan kalian berani secara terang-terangan menekan kami dan hampir melecehkanku. Kalian takut miskin dengan berkhianat kepada kami," ucap Sonia yang sedih saat mengingat kejadian malam itu. Laporan kuangan dan bukti-bukti pemerasan lainnya kepada nyonya Wijaya sudah terkumpul. Sandi juga sudah memberikan dua pilihan untuk mereka. Tinggal jawaban mereka saja memilih yang mana. Sandi masih berbaik hati untuk bersabar kali ini. Karena baginya masih banyak waktu untuk membalas semua dendam yang harus di tuntaskan jangan sampai orang-orang yang terlibat lai
Sandi menatap wajah Ani yang sepertinya memang kasihan pada kedua orang itu. Tapi Saat sandi melihat kedua orang yang disayanginya begitu bahagia seperti lepas beban yang selama ini ia pendam membuat Sandi tak bisa menerima nasehat Ani."Kemarilah Ani! Akan aku tunjukkan bagaimana caranya bersikap kepada seseorang yang telah membuat hidup keluarga kita merana!" seru Sandi sambil melambaikan tangannya."Tuan muda mau melakukan apa?" tanya Ani lagi.Sandi memegang tangan Ani dan membuat mereka semakin dekta. Lalu sandi menutup mata Ani dengan kain penutup sehingga tidak bisa melihat ke depan lagi."Jerri hentikan dulu mencambuknya," ucap Sandi."Tuan ampuni kami. Yang dikatakan nona Ani benae lebih baik tuan muda menyudahi siksaan ini!" seru Tuan Harlan.Sandi menghampiri tuan Harlan dan menendang tepat di bagian tubuh yang luka akibat cambuk. Sandi berjongkok dan bertanya sekali lagi pada tuan Harlan."Tuan apa kamu masih tetap tidak akan menandatangi surat pemindahan saham ini?" tanya
Sandi cemberut karena tidak bisa menggoda Ani lebih lama lagi. Ia kesal dengan Jerri yang mengganggu kesenangannya. Tapi apa hak Sandi buat marah toh Ani hanya sekretarisnya saja. "Kemarilah Jerri ini tidak seperti yang kamu bayangkan. Apa ada laporan yang menarik untukku hari ini?" tanya Sandi."Aku tidak menyiksa tuan Harun begitu berat karena sebelum aku menyiksanya dia sudah membeberkan apa yang dia tahu. Ini rekamannya," jawab Jerri menyerahkan sebuah alat perekam yang ia gunakan untuk merekam informasi yang ia dapatkan."Kerja bagus Jerri aku akan menambah bonusmu nanti," ucap Sandi.Sandi melihat jam di tangan tangannya sepertinya masih ada waktu untuk mengenal karyawannya. Ia meminta Ani dan Jerri menemaninya berkeliling perusahaan dan mengunjungi setiap divisi. Sepertinya rumor yang beredar tentang kembalinya Sandi sedikit membuat tidak nyaman para karyawan di perusahaan milik keluarga Brawijaya grup ini. Ani menegaskan kepada mereka kalau sebenarnya tidak ada apa-apa di pe