Wu Yu melayang ke atas dahan pohon raksasa yang menjulang setinggi lima zhang. Batang pohonnya begitu besar hingga butuh sepuluh orang dewasa untuk memeluknya. Ia bersandar pada kulit kayu yang kasar, memandangi jalan tanah di bawah sambil memikirkan tujuan selanjutnya.Kabut tipis masih menyelubungi tubuhnya. Jejak spiritual iblis yang mengalir dalam darahnya kini semakin pekat.Dari kejauhan, derap kaki kuda menggema. Wu Yu menyipitkan mata. Sebuah rombongan berkuda melintas dari arah timur. Mereka bergerak dalam formasi rapi, tombak berkilat di bawah sinar matahari sore.Dua puluh prajurit berkuda, masing-masing mengenakan baju zirah hitam dengan lambang bulan sabit perak di dada. Kekaisaran Bulan Perak. Wu Yu mengenali seragam itu dengan mudah.Tapi ada yang aneh. Udara di sekeliling rombongan itu terasa dingin, berbeda dari energi spiritual biasa. Wu Yu mencium bau yang familiar. Energi iblis.Senyum tipis muncul di wajahnya. "Menarik," gumamnya pelan.Ia tidak menyangka jika pen
Mencari Wu Yu seperti memburu bayangan di tengah kabut. Lin Gong dan Jian Cheng telah menelusuri lembah, hutan, dan dusun terpencil selama lebih dari lima hari. Namun, dunia tetap diam, seolah enggan menunjukkan arah.Wu Yu tak pernah muncul di tempat kacau. Ia memilih dengan teliti, desa damai, penuh senyum, tempat anak-anak bernyanyi dan petani menabur benih. Di sanalah kehancuran dimulai. Ia menghindari wilayah yang dikuasai iblis, seakan tak tertarik pada kekuasaan atau perebutan wilayah. Yang ia incar hanyalah... harapan.Jian Cheng mengamati peta spiritual yang ia bentuk dengan teknik bayangan langit. “Dia meninggalkan celah energi iblis yang sangat tipis, hampir seperti kabut malam.”Lin Gong berdiri tak jauh darinya, jubah putihnya sudah ternoda debu perjalanan. “Dia bukan sembarangan bergerak. Ini bukan kehendaknya sendiri. Ada pola... seolah seseorang menggiringnya.”Jian Cheng mengangguk. “Raja Iblis.”Langit malam itu diliputi awan kelabu, tanpa bintang. Di kejauhan, sua
Wu Yu mengangkat tangannya. Asap hitam menyelubungi jari-jarinya, menari seperti nyala lilin terbalik. Dari tubuh mayat-mayat hangus di sekitarnya, garis tipis energi mengalir menuju dirinya. Suara lirih jeritan, seperti gema dari dunia bawah, mengisi udara.“Sedikit lagi,” gumamnya. “Sedikit lagi, dan dunia ini akan runtuh.”Setiap kali ia membunuh, bukan hanya jiwa korban yang hancur, tetapi juga ruang itu sendiri yang retak. Aura iblisnya tumbuh, semakin padat, semakin kuat. Bersama setiap tetes penderitaan, kekuatan spiritual yang mengalir dalam dirinya meningkat. Dan jauh di tempat lain, di ruang meditasi yang terjaga kabut ungu di alam luar, Liang Zheng tersenyum tipis.Ia duduk bersila di tengah formasi sihir. Ratusan lilin hitam mengelilinginya, menyala tanpa bahan bakar. Jiwa Wu Yu, yang telah ia ikat dan bimbing, menjadi perpanjangan tangan dari ambisinya.“Teruslah menyebar ketakutan, Wu Yu,” bisiknya. “Jadikan setiap ratapan mereka sebagai fondasi kekekalan kita.”***Ti
Kilatan cahaya ungu gelap muncul di langit biru yang cerah. Dari retakan kecil yang terbuka di udara, sesosok tubuh muncul, melayang turun tanpa suara. Itu adalah boneka Wu Yu, manifestasi jiwa iblis yang dikendalikan dari kejauhan oleh Liang Zheng.Tanah di bawahnya adalah dunia manusia. Cahaya mentari menyilaukan, berbeda jauh dari kelam dan suramnya Dunia Iblis. Wu Yu menyipitkan mata, pupilnya sempat berkedut sebelum menyesuaikan dengan lingkungan yang asing ini.“Hm... cahaya matahari,” gumamnya datar. “Menjijikkan, tapi... menyenangkan.”Kakinya menyentuh tanah. Di hadapannya terbentang sebuah perkampungan kecil yang tenang. Aroma sup daging, kayu yang terbakar, dan suara anak-anak tertawa terdengar dari kejauhan. Kedamaian seperti itu membuat sisi iblis dalam dirinya bergejolak."Damai?" gumamnya lirih. "Hanya ilusi."Langkahnya pelan namun mantap. Ia menyusuri jalan tanah yang membelah desa. Penduduk yang ia lewati menatapnya heran, pakaiannya asing, wajahnya pucat, dan aura y
Gulungan itu berisi teknik pengendalian jiwa tingkat tinggi yang pernah dikuasai oleh Dewa Langit Surgawi. Teknik yang bahkan di kalangan iblis pun dianggap tabu karena sifatnya yang sangat kejam dan berbahaya.Liang Zheng meletakkan gulungan itu di atas meja ritual, membuka isinya dengan hati-hati. Huruf-huruf kuno bersinar redup di bawah cahaya lilin, seolah hidup dan bergerak sendiri."Segel Pengendali Jiwa Tingkat Dewa..." ia membaca dengan suara pelan. "Teknik yang mampu mengendalikan jiwa makhluk hidup sepenuhnya, bahkan setelah kematian."Ia mulai menggerakkan tangannya, membentuk pola spiritual yang rumit di udara. Energi gelap mengalir dari ujung jarinya, membentuk formasi lingkaran besar yang mengelilingi sosok Wu Yu."Dengan darah tubuh giok dan kekuatan Lonceng Pengubah Takdir, boneka ini memiliki potensi yang jauh melampaui ekspektasiku," gumamnya sambil terus menggerakkan tangannya dengan presisi tinggi.Formasi spiritual yang terbentuk semakin kompleks. Garis-garis ener
Dalam kamar pribadinya, Liang Xue berdiri di hadapan jendela besar menghadap halaman istana. Setiap sudut istana ini menyimpan bayangan ayahnya, Dewa Langit Surgawi, yang menurut Liang Zheng telah gugur dalam ritual pemurnian tubuh giok.Ketukan pintu memecah lamunannya. Seorang prajurit iblis berpangkat tinggi memasuki ruangan dengan membungkuk hormat."Ratu Langit, Raja Liang Zheng memanggil anda ke ruang utama."Liang Xue mengangguk tanpa berkata apa-apa. Ia tahu pertemuan ini pasti berkaitan dengan keputusan yang telah ia buat semalam.***Di ruang utama istana, Liang Zheng duduk di singgasana yang dulunya milik kakaknya. Mahkota di kepalanya masih terasa asing, namun ekspresi wajahnya memancarkan kepercayaan diri seorang penguasa baru. Di sisi kanan singgananya, sosok Wu Yu berdiri kaku dengan mata kosong menatap ke depan."Xue'er," sapa Liang Zheng ketika Liang Xue memasuki ruangan. Nada suaranya terdengar hangat, tapi ada sesuatu yang membuat Liang Xue waspada. "Duduklah. Ada
Di kedalaman ruang penyembuhan rahasia, tubuh Xuan Li berbaring tenang di atas kolam spiritual yang memancarkan cahaya lembut. Air kolam itu bukan air biasa, melainkan esensi murni yang telah dikumpulkan selama ribuan tahun, mengandung kekuatan pemulihan yang mampu menyembuhkan luka terdalam pada jiwa dan roh.Tubuh gioknya yang retak perlahan menyerap esensi energi dari kolam spiritual. Tidak hanya itu, batu sumber yang menyala di atas pilar-pilar yang mengelilingi formasi juga memancarkan energi murni, mengalir dalam pola teratur menuju tubuhnya. Setiap helaan napasnya yang lemah menarik esensi itu masuk, menyatu dengan aliran darahnya yang mulai pulih.Retakan halus di kulitnya mulai menutup. Warna pucat yang sempat mengkhawatirkan berangsur-angsur digantikan oleh kilau lembut khas tubuh giok. Meski demikian, proses penyembuhan ini tidak akan berlangsung cepat. Luka pada jiwa membutuhkan waktu yang jauh lebih lama daripada luka pada tubuh.Di sudut ruang yang sama, Tabib Hantu Wu d
Jejak kesadaran yang terpatri pada artefak batu hitam, peninggalan dari Tabib Hantu Wu, bergetar. Panggilan halus namun tegas menyusup ke dalam kesadaran pemiliknya, seolah menjerit dari ujung dunia.Di tengah kesunyian Paviliun Gunung Sunyi, Tabib Hantu Wu membuka matanya. Sinar gelap memantul di bola matanya yang tajam. Ia telah merasakan sinyal itu... bahaya, kerusakan, dan kehancuran yang mengancam sesuatu yang ia anggap tak ternilai."Xuan Li..." gumamnya pelan, suara seperti desir angin dingin.Ia berdiri tanpa banyak bicara. Jubah hitam panjangnya melambai ringan saat ia melangkah keluar dari ruang meditasi. Lin Gong, yang tengah tertidur sambil memeluk kendi arak, langsung terbangun saat merasakan tekanan spiritual yang tiba-tiba muncul.“Guru?” tanya Lin Gong sambil mengucek matanya, kebingungan.“Jaga Paviliun Gunung Sunyi. Jangan biarkan siapa pun masuk, bahkan tetua langit sekalipun.”Jian Cheng, yang berdiri tak jauh, segera menunduk hormat. Ia bisa merasakan aura genting
Dewa Langit Surgawi memandangi kedua tangannya. Di ujung kuku jari tengahnya masih tersisa darah Xuan Li, merah tua dan pekat. Ia mengerutkan alis, lalu tanpa ragu menempelkan darah itu ke luka di lengannya. Seketika, luka itu tertutup, dan darah Xuan Li meresap masuk, menyatu dengan aliran darahnya sendiri.Tubuhnya bergidik. Rasa asing menyusup ke dalam daging dan tulangnya, namun tubuhnya tak menolak. Sebaliknya, darah itu terasa... cocok. Berpadu dengan tubuhnya dan memberi kekuatan baru.Ia melangkah mundur perlahan. Napasnya memburu. Tatapannya kosong, namun jauh di dalam pupil emasnya, berkecamuk sesuatu yang belum pernah ia rasakan selama ribuan tahun... penyesalan."Jika darah ini benar-benar dari garis utama... jika itu benar..."Ia menutup matanya. Tidak, para iblis memang haus kuasa, tetapi mereka tidak membunuh darah dagingnya sendiri. Bahkan yang paling kejam pun menjaga garis keturunan mereka seperti pusaka kuno.Langkahnya gontai, seolah kekuatan tak lagi penting. Lon