“Han Su... HAN SU! Kemarilah! Dan lihatlah ini! Keponakanmu ini sangatlah jenius! Kau lihat pil ini!”
Teriakan keras itu membuat para burung di pohon-pohon bambu berterbangan. Han Su, yang sedang berdiri di tengah lapangan latihan sambil mengawasi putranya dan beberapa anak muda lain yang berlatih Teknik Dao Taraf Pertama, langsung menoleh dengan dahi mengernyit.
Ia menyipitkan mata, menatap ke arah dua sosok yang berlari turun dari arah pondok Nenek Hua. Salah satunya tentu saja Pak Tua Mo dengan tongkat kayunya, dan yang satunya lagi Xu Ming yang tampak sedikit kewalahan diseret-seret oleh semangat tua yang luar biasa pagi itu.
“Eh? Kau tidak seperti biasanya, Pak Tua,” gumam Han Su, setengah heran, setengah menggoda. Suaranya makin lantang. “Kenapa heboh sekali teriak-teriak pagi-pagi begini? Apa kau baru saja bertemu seorang wanita muda yang ingin menikahimu, hah?”
Plak! Tanpa pikir panjang, tongkat bambu Pak Tua Mo
Zan Ruchi mendecak pelan. “Keras kepala! Kalau begitu... aku turuti permintaanmu.”Shi Su mengangkat pedang pusakanya, Crisantium Timur. Bilah panjang itu bersinar putih perak, dan pada saat itu, bunga-bunga krisan bermekaran di udara. Dingin. Cantik. Tapi penuh murka. Seperti hujan musim dingin yang membekukan langit dan bumi.“Seni Pembakaran Esensi : Gugurnya Bunga Crisantium!”Tubuh Shi Su menyatu dengan pedangnya. Esensi hidupnya membentuk pedang raksasa sepanjang ratusan meter, bersinar seperti matahari terakhir sebelum kiamat. Dengan satu loncatan Cahaya ia menerobos langit, menebas jalur lurus ke arah Zan Ruchi, mengoyak udara, tanah, dan kehendak siapa pun yang menghalanginya.“Ikuti aku!”Suara Xu Ming menggema di antara puing dan debu yang masih belum reda. Napasnya memburu, wajahnya penuh lumpur dan noda darah, tapi matanya masih menyala dengan tekad yang dibentuk dari kehancuran dan kehilang
“Tetua sekalian! Ikuti aku mengaktifkan formasi penjaga gunung!”Suara shi su meledak seperti guntur dari pusat bumi. Tidak ada keraguan, tidak ada waktu untuk diskusi. Hanya satu langkah tersisa bagi mereka bertarung. Keempat tetua puncak Shi Su, Liu Lian, Xuan Yi, Dan San Mo serempak mengangkat tangan mereka ke langit. Dari tubuh mereka, proyeksi dao meledak keluar.Satu demi satu, empat pilar suci menjulang ke angkasa. Proyeksi itu bergetar, lalu menyatu di atas langit sekte. Dalam sekejap, formasi raksasa terbentuk di udara. Pilar-pilar tersebut berputar perlahan, membentuk lingkaran pelindung setinggi sepuluh kali gunung cang man, menciptakan sebuah kubah spiritual yang menyelimuti seluruh sekte.Udara bergetar hebat. “Formasi penjaga gunung... Telah diaktifkan!”Cahaya keemasan menyembur dari empat penjuru sekte, dan seketika, semua murid yang masih ada di dalam formasi merasakan tekanan perlindungan yang hangat tapi juga men
“Shi Su... apakah kau tidak mengenali diriku?”Suaranya dalam, dingin, namun mengandung resonansi spiritual yang menembus lapisan perlindungan mental. Suara itu… seakan langsung berbicara ke dalam sumsum tulang belakang setiap kultivator.Shi Su membeku. Matanya membelalak. Suara itu... Mustahil... Proyeksi Dao di belakang sosok itu membesar lagi, bendera jiwa kini menyebarkan semburat hitam ke segala penjuru langit. Bayangan ratusan wajah jiwa bergantung dari ujung kainnya, semuanya menangis tanpa suara. Dan di tengah tekanan itu...Shi Su berbisik. “Sekte Pemurnian Jiwa ...Senior... Zan Ruchi?”Sekte Pemurnian Jiwa. Sekte tua yang usianya telah melintasi tiga zaman kekaisaran, berdiri sejak ribuan tahun lalu di barat daya benua Zhongyuan. Sekte ini menapaki jalan yang tidak lazim. Jalan Pemurnian Jiwa. Tidak seperti sekte-sekte yang mengejar penguatan tubuh atau keharmonisan Dao Langit, Sekte Pemurnian Jiwa memilih untuk m
Tiga hari telah berlalu. Balai pertemuan di depan aula utama yang membentang luas dna cukup untuk menampung ribuan murid, tempat diadakannya Kompetisi Daftar Kuat telah berubah menjadi lautan manusia. Bendera-bendera lambang masing-masing pilar berkibar dari ujung ke ujung, formasi pelindung raksasa memancarkan cahaya keemasan dari langit, dan tribun batu dibuka penuh hingga ke tingkat murid luar.Langit cerah. Tapi tekanan spiritual di udara... lebih berat dari badai. Ribuan murid berdiri tegak dalam formasi, mengenakan seragam kebesaran pilar mereka masing-masing. Pilar Pemurnian Pil. Pilar Teknik Dao. Pilar Penyegelan Monster. Pilar Formasi. Semuanya hadir. Dan di bagian paling depan, puluhan murid berdiri dalam barisan khusus. Para Murid Inti dari masing-masing pilarDi antara mereka, Xu Ming melangkah dengan langkah pelan, namun pasti. Seragam keemas an dengan lambang Pilar Teknik Dao berkibar lembut. Rambut hitamnya diikat tinggi, dan mata dinginnya menyapu pangg
Xu Ming memasuki tahap akhir proses memurnian perubahan kedua dalam ruang kesadaran spiritual di inti lautan jiwanya. Dalam ruang lautan jiwanya tiba-tiba, sebuah pedang besar bergetar. Aksara-aksara kuno yang tadi melayang mulai berkumpul ke dalamnya.Dalam kesadaran spiritualnya, Xu Ming melangkah maju. Tangannya menyentuh pedang itu. Dan saat ia menggenggamnya segala kemarahan, penderitaan, dan kekacauan qi yang mengaduk meridian tubuhnya... mendadak berhenti. Pedang itu bersinar, lalu perlahan menyatu ke dalam tubuhnya, menyebar ke meridian utama dan menyatu dengan inti Dao-nya. Sejenak, Xu Ming merasakan berat seribu jiwa yang pernah dibunuh... tapi juga rasa bersalah seperti berlumuran dosa yang tidak ada ujungnya.Pada saat yang sama, tiba-tiba, ruang kesadarannya terbelah. ZRRRRTTT!!! Sebuah dunia... muncul. Bukan ruang sunyi biasa. Tapi pantulan dari kekacauan spiritual yang mengerikan. Langit gelap darah, tanah retak dan menganga, dan di tengahnya sebuah meda
Xu Ming duduk bersila di tengah gua kultivasi, tubuhnya dibungkus aliran qi yang mengalir tenang namun berlapis tekanan berat. Di sekelilingnya, udara berdenyut seperti napas dari dimensi yang lebih dalam. Bing Bing melayang di sampingnya, rambut peraknya berkibar ringan dalam tekanan spiritual yang mulai meningkat.“Sekarang waktunya,” katanya pelan namun tegas. “Mencerna perubahan kedua dari Teknik Sepuluh Ribu Pedang Penghakiman...”Ia menatap mata Xu Ming lurus-lurus. “Perubahan ini disebut... Pemakaman Seribu Dosa Pedang.”Xu Ming menarik napas dalam. “Baiklah.”Bing Bing melayang mundur, lalu mengangkat satu tangan. Sebuah gulungan rune yang rusak dari hari sebelumnya melayang pelan dari altar batu. Cahaya biru dingin menyelubunginya.“Persiapkan dirim