Home / Pendekar / TULANG SUCI NAGA ABADI / BAB 3 : PUTRI MALU SEMBILAN PERUBAHAN

Share

BAB 3 : PUTRI MALU SEMBILAN PERUBAHAN

Author: Faisalicious
last update Last Updated: 2025-04-23 16:22:13

13 Tahun telah berlalu sejak pembantaian bayi laki-laki di Kekaisaran Luoyan karena kabar mengenai Ramalan Bintang yang bertabrakan dengan Konstelasi Qian Long. Xu Ming tumbuh dan besar disebuah desa terpencil bernama Desa Kayu.

Desa Kayu terletak di wilayah barat daya dari ibu kota Kekaisaran Langit Emas, tersembunyi di antara jajaran pegunungan terpencil yang berbatasan dengan hutan purba dan lembah berbatu. Untuk mencapai desa ini dari ibu kota, diperlukan waktu setidaknya satu bulan penuh perjalanan menggunakan kereta kuda melalui jalur-jalur sempit dan terjal yang jarang dilalui. Secara geografis, desa ini dikelilingi oleh medan yang sulit diakses terdapat hutan bambu lebat, lereng berkabut, dan jurang dalam yang menjadikannya lokasi strategis untuk menghindari pengawasan kekaisaran. Lokasinya yang terpencil inilah yang memungkinkan Xu Ming bertahan hidup setelah dihanyutkan ke sungai oleh ibunya saat pengepungan rumah keluarganya di kaki Gunung Qing Shan.

Di pinggiran Lembah Huoyan, sekitar seratus mil dari Desa Kayu, tim pemburu sedang menjalankan misi.

“Ada getaran Dao kuat dari arah lembah barat!” seru Han Su, pemimpin Tim Pemburu Desa Kayu. Ia adalah pria paruh baya dengan tubuh kekar berbalut rompi kulit binatang buas. Wajahnya tegas, dagunya ditumbuhi jenggot kasar, dan matanya tajam seperti elang. Di punggungnya tergantung pedang lebar bersarung hitam, senjata khas pendekar yang telah mencapai Taraf 4 - Dao Vein Awakening.

Empat orang pemburu lainnya segera mengelilinginya. Liang Fei, pemburu termuda namun paling gesit, memiliki rambut kuda panjang dan senjata sabit ganda yang tergantung di pinggang. Qi Bao, bertubuh tambun tapi bermata tajam, adalah ahli jebakan dan pengintai. Lalu ada Lei Shan dan Duan Wu, saudara seperguruan dengan tombak panjang dan teknik gerakan cepat. Semuanya berada di puncak Taraf 3 - Dao Core Formation, dan tengah menanti waktu untuk menerobos ke taraf selanjutnya.

“Gemuruh itu... bukan tanah longsor,” kata Liang Fei, suaranya parau. “Itu seperti... suara dua raksasa bertarung.”

Langit mencelat merah keemasan. Awan membelah. Angin mendesing liar, dan dari arah lembah, dua sosok kolosal muncul.

Yang satu menyerupai singa perunggu bersisik, bertanduk dua dengan tubuh membara, menggetarkan tanah tiap kali ia menginjakkan kaki. Yang satu lagi adalah burung raksasa bersayap petir, matanya menyala biru, tubuhnya panjang dan ramping seperti naga.

“Demi langit...” bisik Liang Fei. “Itu... Kirin Api Tanah dan Garuda Petir Angin!”

Han Su menyipitkan mata, menahan napas. “Makhluk surgawi taraf lima... Mereka tidak seharusnya ada di sini.”

“Kenapa di Lembah Huoyan?” tanya Duan Wu dengan suara tegang.

Han Su menunjuk ke tengah pertarungan. “Lihat tanaman itu... Kelopaknya merah muda keemasan. Itu Putri Malu Sembilan Perubahan. Dan di tengahnya... Benih Api.”

Qi Bao menelan ludah. “Benih Api? Yang bisa memperkuat jiwa?”

“Benih itu menyimpan energi Dao langit dan bumi dalam bentuk paling murni,” jawab Han Su. “Jika ditelan, ia dapat menyempurnakan hati Dao... cukup untuk menembus taraf keenam.”

Langit bergemuruh. Garuda menyelam dan melepaskan Petir Seribu Tombak, menghantam tanah, menciptakan kawah hitam berasap. Kirin meraung dan membalas dengan Ledakan Inti Lava, menumpahkan magma merah ke tanah, membakar pepohonan dan batuan.

“Bukankah benih itu bisa dimanfaatkan... oleh manusia?” tanya Qi Bao.

Han Su mengangguk. “Jika jatuh ke tangan penyuling pil... bisa dibuat menjadi pil taraf enam. Bahkan pil pencerah kehendak, atau pil penyatu jiwa Dao.”

Ledakan maha dahsyat mengguncang langit. Benih Api mekar, melepaskan cahaya tujuh warna. Garuda menukik cepat. Kirin melompat dengan raungan membara.

BOOOOM!!!

Api dan petir bertabrakan. Gelombang spiritual menghantam seluruh sisi lembah, mengguncang batu dan pepohonan. Tim pemburu terhempas ke tanah.

Saat debu dan kabut mulai surut, Benih Api tampak masih melayang. Kelopaknya separuh terbakar, tapi cahayanya tetap utuh.

“Dia belum memiliki tuannya,” ujar Han Su pelan.

Liang Fei bergumam, “Kalau kita yang dapat benih itu...”

Han Su tidak menjawab. Pandangannya kosong, menatap langit yang memerah.

“Kapten,” ucap Qi Bao tiba-tiba, “ini... mungkin terdengar gila, tapi bukankah ini... peluang?”

Han Su menoleh. “Apa maksudmu?”

“Ingatkah kalian perintah Pak Tua Mozi?” kata Qi Bao cepat. “Kita dikirim untuk mencari esensi darah monster taraf tiga demi upacara pendewasaan anak-anak desa.”

Liang Fei tersentak. “Benar! Esensi itu dibutuhkan agar kolam yin-yang dapat digunakan oleh anak anak menyerap Dao dan membentuk meridian.”

“Tapi lihatlah sekarang,” Qi Bao menunjuk medan pertempuran. “Salah satu dari mereka akan mati. Yang satu lagi terluka parah. Ini bukan hanya sisa... ini kesempatan untuk meraih segalanya. Darah esensi, bangkai monster, bulu, taring, sisik semua bisa digunakan. Pedang, armor, atau pil obat... semua alkemis akan membayar harga tinggi untuk barang-barang seperti itu.”

Lei Shan menimpali, matanya menyala, “Bahkan... Benih Api itu sendiri. Jika kita mendapatkannya, mungkin salah satu anak desa akan menjadi alkemis besar di masa depan.”

Han Su menatap mereka semua. Wajahnya keras, tapi sorot matanya berubah.

“Kita akan bertaruh segalanya,” katanya akhirnya. “Saat salah satu dari mereka tumbang, dan yang lainnya tak bisa berdiri... kita serbu. Kita rebut apa yang bisa direbut.”

Ia mengangkat pedangnya dan menunjuk ke arah lembah. “Bukan karena tamak. Tapi karena masa depan Desa Kayu... bisa ditentukan hari ini.”

Detik demi detik berlalu. Darah menggenang di lembah, menguap perlahan dalam panas yang menyengat. Garuda Petir Angin akhirnya roboh, tubuh megahnya menghantam tanah seperti gunung runtuh. Sayapnya tercabik, bulu-bulu petir tercerai-berai, dan dari mulutnya keluar semburan energi terakhir yang merontokkan puncak-puncak pohon di kejauhan. Ia tergeletak diam, dan dunia menjadi sunyi sejenak.

Di sisi lain, Kirin Api Tanah berdiri goyah. Tubuh raksasanya dipenuhi luka, darah magmanya menetes dari pori-pori retak seperti batu vulkanik pecah. Nafasnya kasar, matanya merah padam, namun tetap berdiri dengan sisa kehendak terakhirnya.

Han Su menatap medan, lalu mengangkat tangan tinggi dengan sorotan mata tajam seperti pedang.

“SEKARANG! SERANG!”

Tim pemburu langsung melesat bagai anak panah dilepaskan dari busur kekuatan. Liang Fei melompat lebih dahulu, sabit kembarnya berkilau di udara. Qi Bao menggenggam jimat segel dan mengaktifkan formasi pembungkus energi. Lei Shan dan Duan Wu berputar dari sisi kanan dan kiri, menyusun formasi pengepung segitiga.

Langkah kaki mereka mengguncang tanah. Aura mereka meledak satu per satu. Mereka bukan lagi sekadar pemburu, mereka adalah penjaga masa depan Desa Kayu.

Namun sebelum serangan mereka tiba, suara berat dan penuh dendam menggema dari dada Kirin yang masih menyala.

“Kalian... manusia menjijikkan...” suara itu seperti gemuruh dari dasar jurang api, dalam dan menyakitkan.

Kirin mengangkat kepalanya perlahan. Cahaya merah darah memancar dari matanya yang menyala seperti bara abadi.

“Bahkan saat aku tak berdaya... kalian masih datang... seperti lalat mengerubungi bangkai...”

Ia terbatuk keras, menyemburkan darah magma yang langsung membakar tanah tempat jatuhnya.

“Tapi ingat ini, manusia...” katanya lagi, suaranya kini berubah menjadi geraman rendah yang penuh kebencian.

“Meskipun aku mati... aku akan membawa kalian... semua... KE NERAKA BERSAMAKU!”

Tubuhnya mulai bergetar hebat. Retakan-retakan bercahaya membelah tanah di sekitarnya, seolah dunia sendiri menolak kehendaknya untuk mati begitu saja. Dari tubuhnya, aura kebencian membumbung, bercampur kehendak Dao yang telah terbakar, menggulung ke langit dalam bentuk pusaran api besar.

Langit memerah. Awan terbelah. Tanah terangkat di sekitar kaki Kirin, membentuk medan api yang menggila. Darahnya berubah menjadi lava liar, dan setiap tetesnya menyebar seperti tombak panas ke segala arah.

Han Su memekik, suaranya menggelegar mengalahkan raungan angin.

“SEMUA ORANG! AKTIFKAN SEGEL PENJARA! SEKARANG!”

Bersambung…

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
cococcrunch_
gas terus thor
goodnovel comment avatar
Coco Ccrunch
Boleh juga Han Su ini
goodnovel comment avatar
faisalkhrisna
Keren banget Paman Han Su
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • TULANG SUCI NAGA ABADI   BAB 120

    Suasana di aula produksi mendadak membeku. Tubuh Xu Ming ambruk begitu saja, jatuh dengan suara berat di lantai batu hitam yang masih hangat oleh suhu dari puluhan tungku yang menyala. Suara dentuman tubuhnya memantul keras di seluruh sudut ruangan, memotong setiap obrolan pelan, setiap desisan uap, dan setiap langkah para Dan Shi yang sebelumnya sibuk.Beberapa orang langsung berlari panik ke arahnya. “Xu Ming!”Teriakan itu datang hampir bersamaan dari berbagai penjuru aula. Beberapa Dan Shi senior yang paling dekat segera berlutut, memeriksa denyut nadi dan kondisi napasnya. Wajah-wajah mereka langsung berubah pucat."Nadinya lemah! Napasnya tidak stabil!"Sha Bu, yang sejak awal berdiri di pinggir ruangan bersama Lin Feng dan Liu Mei, langsung melesat secepat kilat. Tubuh besar pria itu menerobos kerumunan Dan Shi tanpa memperdulikan siapa pu

  • TULANG SUCI NAGA ABADI   BAB 119

    Sin Wok Yu menepuk bahunya pelan. “Benar. Kompresi Qi Anti-Racun adalah teknik produksi masal. Suatu metode yang biasanya hanya dipakai dalam perang besar.”Zhuge Liang berdiri tegak, menatap seluruh aula. “Dan ingat! Tidak ada satu pun dari kalian yang boleh menyebutkan apapun tentang ini pada siapa pun di luar aula ini.” Ia berhenti sejenak, lalu mengeraskan suaranya. “Jika Lembah Moyan sampai tahu sebelum kita selesai, kesempatan kita untuk membalikkan keadaan musnah.”Semua kepala mengangguk. Sumpah tak terucap tapi dipahami semua. Sin Wok Yu mengambil jarum peraknya, menatap formula di hadapannya lalu menatap Xu Ming. Senyum samar muncul di wajahnya yang lelah namun tegas.“Bersiaplah, anak muda.”Gemeretak suara logam, desisan tungku pembakaran, dan aroma kuat dari herbal yang direbus memenuhi setiap sudut

  • TULANG SUCI NAGA ABADI   BAB 118

    Suasana di ruang penyulingan mendadak terasa lebih berat setelah Sin Wok Yu selesai mengumumkan komposisi racun utama. Tak ada yang bicara. Hanya suara napas berat dan langkah kaki pengawal yang terdengar samar dari luar koridor. Xu Ming menunduk, tangannya yang menggenggam botol racun masih sedikit bergetar. Keringat dingin mengalir di pelipisnya. Tatapannya sesekali melirik Sin Wok Yu, menanti arahan selanjutnya, seolah satu kalimat saja dari lelaki tua itu akan menentukan arah hidup seluruh kota.Zhuge Liang berdiri di dekat ambang pintu. Tubuhnya kokoh seperti biasa, namun bayangan gelap di bawah matanya mengungkapkan segalanya. Bahu lebarnya sedikit turun, seolah dua tahun beban penderitaan kota ini benar-benar melekat di punggungnya sendiri. Sin Wok Yu memejamkan mata beberapa saat, menarik napas panjang, lalu membuka suara dengan nada rendah dan berat.“Zhuge Liang.” Panggilan tanpa gelar, tanpa basa-basi.Zhu

  • TULANG SUCI NAGA ABADI   BAB 117

    Udara dalam ruang isolasi masih dipenuhi aroma alkohol, herbal, dan bau amis dari racun hitam yang baru saja dikumpulkan. Sin Wok Yu menutup matanya sejenak, tangannya yang kurus masih menggenggam pergelangan pasien, memastikan denyut nadinya stabil. Zhuge Liang melangkah maju mendekati Xu Ming dan Sin Wok Yu, wajahnya sedikit lebih segar meski lelah masih kentara di sudut matanya.“Pak Tua, dengan semua cairan yang sudah kita kumpulkan... apa langkah selanjutnya?” tanya Zhuge Liang, suaranya berat namun penuh harap.Sin Wok Yu perlahan membuka mata, napasnya sedikit berat. “Kita harus memisahkan struktur kimiawi dan spiritual racun ini. Menyingkap lapisan-lapisannya satu per satu.”Kepala Tabib Kota yang sejak tadi berdiri di sudut, langsung menimpali dengan gugup, “T-Tapi... di ruang medis kami tak punya fasilitas sekompleks itu, Tetua.”Zhuge Liang berpikir sejenak, lalu mengangguk mantap. “Ikuti aku. Di dalam

  • TULANG SUCI NAGA ABADI   BAB 116

    Ruangan isolasi itu sunyi, namun tegang seperti tali busur yang ditarik sampai hampir putus. Udara di dalamnya terasa lebih berat dari penjara bawah tanah tadi. Aroma herbal yang dibakar sebagai penetral racun bercampur dengan bau besi, darah kering, danVsesuatu yang lain. Sesuatu yang busuk, lembab, dan membuat bulu kuduk berdiri.Sin Wok Yu duduk bersila di kursi rendah di sisi ruangan. Di sampingnya, seorang tabib kota berdiri dengan gugup, tangannya menggenggam kotak peralatan medis. Xu Ming, yang masih mengenakan pakaian perjalanan lusuh, berdiri tak jauh dari mereka, menatap dengan campuran rasa ingin tahu dan kecemasan.Di tengah ruangan target utama mereka terbaring. Seorang pria, atau lebih tepatnya sisa-sisa dari seorang manusia. Tubuhnya kurus kering, kulitnya menempel ketat di atas tulang-tulang yang menonjol. Kulitnya berwarna abu-abu kehitaman. Beberapa bagian sudah membusuk di sekitar siku dan lutut. Di wajahnya, hanya ada sepasang mata merah menyala, de

  • TULANG SUCI NAGA ABADI   BAB 115

    Xu Ming yang sedari tadi berdiri diam di sisi Sha Bu, sempat terkejut. Keningnya berkerut, alisnya terangkat. “Kenapa dia menatap ke arahku?” pikirnya heran.Sin Wok Yu, tanpa mengalihkan pandangan, perlahan mengelus jenggotnya yang tak terlalu panjang. Ada senyum tipis, nyaris tak terlihat di sudut bibirnya. Dengan nada datar namun dalam, ia berkata.“Dan kau, anak muda, bisakah kau membantuku dengan sesuatu?”Xu Ming spontan menunjuk dirinya sendiri. “Aku?!” Suaranya nyaris naik satu oktaf karena kaget.Sin Wok Yu mengangguk pelan lalu menggeleng sambil menarik sudut bibirnya seolah mengejek. “Lalu siapa lagi? Bukankah kau seorang... Dan Shi?” Mata tuanya menyipit, penuh penilaian tajam.“Sejak pertama kali aku melihatmu pada pertemuan pertama kita di hutan saat memasuki kota pembantaian sebelumnya, aku sudah merasakan aroma herbal yang samar, merembes keluar dari dantianmu.”Xu Ming membelalak. “Apa-apaan orang tua ini? Apa dia anjing pelacak atau sejenisnya? Bisa-bisanya dia menc

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status