Beranda / Pendekar / TULANG SUCI NAGA ABADI / BAB 5 : LEDAKAN ENERGI DAO

Share

BAB 5 : LEDAKAN ENERGI DAO

Penulis: Faisalicious
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-23 16:23:33

“Kau yakin anak-anak itu siap?”

Suara Nenek Hua terdengar pelan, tapi tajam, saat ia menyusun gulungan daun pahit ke dalam mangkuk tembaga. Asap tipis mengepul, membawa aroma yang menusuk hingga ke paru-paru.

Kakek Mozi, berdiri di bawah pohon plum tua, tak langsung menjawab. Ia hanya menatap bocah yang duduk bersila di ujung pelataran altar batu. Xu Ming, diam, mata terpejam, napas lambat tapi berat, seperti menahan sesuatu di dalam tubuhnya.

“Tidak ada yang pernah benar-benar siap, Hua,” kata Mozi akhirnya. “Tapi jika bahkan tulang-tulang muda Desa Batu kita tak mampu menanggung kerikil pertama di kaki mereka ini, kita yang tua ini hanya bisa berdoa…”

Nenek Hua mendengus pelan. “Kau bicara seperti dewa, Pak Tua. Aku hanya ingin semua anak-anak ini menerobos dengan lancar. Termasuk Xu Ming... Aku sudah menganggapnya seperti cucuku sendiri. Aku hanya ingin dia menggenggam erat keinginannya, apa pun yang terjadi nanti.”

Keduanya mengangguk sepakat, lalu berjalan pelan menuju altar batu di depan Kolam Yin-Yang, bersiap untuk melakukan upacara pendewasaan. Altar Desa Batu telah dipenuhi warga. Sepuluh anak berdiri berjajar di tepi kolam, wajah-wajah mereka campur aduk antara tegang dan tak sabar. Di antara mereka, Xu Ming berdiri tegap, tak goyah, meskipun udara pagi itu membawa tekanan spiritual yang menusuk hingga ke sumsum.

“Kalian sudah siap?” Suara Kakek Mozi bergetar pelan saat memandang mereka. Angin pagi menyapu bau dupa dan darah esensi monster surgawi taraf lima dari Lembah Huoyan, hasil kerja keras tim pemburu yang hampir menewaskan mereka semua.

“Tuang setetes ke kolam,” ujar Kakek Mozi. “Satu saja cukup untuk membuka gerbang meridian.”

Nenek Hua melangkah ke sisi kolam. Ia membawa botol kecil berisi darah esensi monster surgawi taraf lima, cairan hitam kemerahan yang berpendar seperti lava padam. Hasil perburuan berdarah yang tak semua pemburu kembali darinya.

Saat tetes pertama menyentuh air, kolam bergetar ringan. Warna putih susu berubah menjadi pusaran yin dan yang berkilauan emas. Aura spiritual mengental. Beberapa warga sampai mundur selangkah.

Mozi mengangkat tongkatnya, lalu berseru, “Anak-anak Desa Batu! Hari ini, kalian akan menyelam ke dalam diri kalian. Menyentuh kekosongan... dan dari sana, membentuk Dao pertama kalian.”

Satu per satu, anak-anak masuk ke kolam. Airnya dingin, namun penuh kekuatan. Kolam Yin-Yang tak pernah seindah pagi itu. Cahaya lembut menari di permukaan. Energi spiritual dari darah esensi mulai mengubah air menjadi kabut bercahaya.

Xu Ming melangkah terakhir. Lututnya tak bergetar sedikit pun. Ia menatap air kolam yang berwarna putih susu dengan kilauan emas samar. Air menyentuh mata kakinya. Dingin, tapi bukan dingin biasa. Dingin yang menembus daging dan langsung menghantam inti jiwa. Ketika tubuhnya tenggelam perlahan, dunia menjadi sunyi.

Di dalam kolam, masing-masing anak memasuki alam spiritual mereka sendiri. Beberapa menggigil seperti diselimuti salju. Yang lain terbakar seperti bara. Sisanya merasa seperti melayang di ruang tanpa waktu.

Namun dari tengah kolam, sebuah getaran aneh muncul. Xu Ming tak bergerak. Tapi air di sekelilingnya mulai berdenyut. Gelembung-gelembung merah keemasan muncul dari bawah tubuhnya, naik ke permukaan.

Nenek Hua berdiri tiba-tiba. “Itu… bukan dari darah esensi monster.”

Mozi mengangkat tangan memberi isyarat diam. “Jangan ganggu.”

Lalu, ledakan pertama terjadi. Air mendidih, dan satu anak terhempas keluar dari kolam, tubuhnya terengah.

“Dia gagal?!” jerit ibunya dari barisan warga.

“Tidak,” kata Mozi yang langsung bangkit untuk menolong bocah tersebut. “Dia terlalu cepat. Meridiannya hanya terbuka satu. Tapi cukup. Dia akan bisa berkultivasi.”

Satu per satu, anak-anak lain muncul kembali. Napas mereka berat, namun mata mereka bersinar. Warga desa bersorak karena anak-anak mereka kembali sebagai calon ksatria. Semua anak sudah melakukan terobosan menjadi ksatria Taraf Satu, tersisa Xu Ming seorang, yang masih berada di tengah kolam tanpa ada tanda-tanda terobosan sedikit pun.

Namun air kolam yang semula tenang tiba-tiba mulai bergolak liar. Buih-buih merah muncul dari pusaran, mengandung panas seperti logam yang meleleh.

“Patriark!” seru Nenek Hua, wajahnya tegang.

Pak Tua itu menggertakkan gigi. “Itu… penolakan Dao!”

Langit menggelap. Awan berputar. Guntur menggema tanpa kilat.

Mozi melangkah ke tepi kolam. “Apakah darah esensi monster itu menolak mengaliri meridiannya?”

“Apakah Xu Ming akan gagal menerobos?” tanya Han Su, yang kini berdiri di sisi Mozi. Tadi ia sempat bersuka cita karena putranya berhasil menembus Taraf Satu.

“Dia mungkin saja tak hanya gagal,” jawab Mozi pelan. “Meridiannya bisa hancur. Atau lebih buruk... dia tak akan bisa berkultivasi.”

Di dalam air, Xu Ming merasakan tulangnya berguncang. Darahnya mendidih. Meridian di tubuhnya memaksa terbuka, namun Dao yang masuk terlalu padat. Terlalu murni. Ia menggigit bibir hingga berdarah. Tapi ia tidak berhenti.

“Gak… bisa… berhenti…” Xu Ming mengerang kesakitan.

Namun dalam penderitaan itu, tulang punggungnya bergetar hebat. Tiba-tiba, noda keemasan menjalar dari titik di antara jantung dan lambungnya, membasahi seluruh tulang belakang. Getaran keras seperti kayu tua diremukkan menggemuruh dari dalam tubuhnya.

Air kolam meledak ke atas, seperti ditinju dari bawah. Seketika itu juga, semburan air menyentuh langit. Kabut emas menyelimuti Xu Ming sendirian. Ia berdiri di tengah kolam kosong yang mendidih seperti kawah dewa.

Pilar cahaya perak keemasan menembus langit. Dari tengah pusaran itu, tubuh Xu Ming terlihat melayang. Tidak bergerak, tapi seluruh tubuhnya mendesis oleh uap Dao.

“Lautan jiwanya… terbuka!” teriak Nenek Hua, nyaris menjatuhkan botol darah esensi.

“Tidak…” Mozi menatap lebih dalam. “Dia... dia melompati tahap penstabilan jiwa. Dia... menyerap Dao mentah-mentah.”

“Dia... dia sedang... menembus Soul Tempering Dao - Taraf Kedua!!” jerit Hua, suaranya serak oleh takjub, matanya terbelalak.

“Tidak mungkin! Aku tidak salah melihat bukan?! Itu mustahil untuk melakukan dua terobosan dalam sekali waktu!” teriak Mozi.

Tubuh Xu Ming kini bersinar dalam dua warna: emas dan biru. Api dari tulangnya membakar setiap penghalang di jalur meridiannya. Delapan meridian utama terbuka sekaligus. Tapi bukan hanya itu, jiwanya bergetar, dan dari tubuhnya keluar pusaran emas. Tanda bahwa Lautan Jiwa mulai terbentuk. Darahnya sendiri menjadi sungai Dao. Ia tidak hanya menerobos Taraf Satu... ia sedang memaksa masuk ke Taraf Dua.

Semua orang berdiri. Detik berikutnya, seekor naga cahaya berwarna keemasan melayang di langit. Ia berputar sekali di atas kepala Xu Ming, lalu menghilang ke balik awan.

Mozi tertawa kecil, nyaris tak terdengar. “Cucumu memang bukan bocah biasa, Hua. Bayi kecil yang kau besarkan susah payah itu... dia akan menjadi orang hebat nantinya.”

Xu Ming melangkah ke tepi kolam. Ia membungkuk hormat.

“Kakek Patriark. Nenek Hua. Paman Han Su,” katanya dengan suara serak, namun dalam.

Semua menatapnya, dalam diam.

Bersambung...

Faisalicious

SISTEM KULTIVASI: 10 TARAF DAO QI Taraf 1 : Body Tempering Dao - Penempaan Tubuh Dao (Tahap awal pembentukan Dao seseorang di jalan kultivasi. Penempaan tulang, otot, dan darah menggunakan energi alam sehingga Dao murni masuk ke dalam 8 titik meridian tubuh. Penciptaan Teknik dao taraf pertama, ciri khas dao tiap individu yang terbentuk) Taraf 2 : Soul Tempering Dao - Penempaan Jiwa Dao (Pemurnian jiwa, penstabilan tubuh dan jiwa melalui Teknik pernapasan hingga energi dao membasuh fondasi jiwa cultivator 100 kali hingga membentuk lautan jiwa (sea of souls). Pada tahap ini fondasi jiwa stabil dan seseorang dengan bakat alkimia dapat menempuh jalan penyulingan obat, karena telah mampu menahan tekanan spiritual saat proses penyulingan pil.)

| 5
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
cococcrunch_
menarik thor
goodnovel comment avatar
Coco Ccrunch
Anjay nerobos
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
Makin menarik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • TULANG SUCI NAGA ABADI   BAB 120

    Suasana di aula produksi mendadak membeku. Tubuh Xu Ming ambruk begitu saja, jatuh dengan suara berat di lantai batu hitam yang masih hangat oleh suhu dari puluhan tungku yang menyala. Suara dentuman tubuhnya memantul keras di seluruh sudut ruangan, memotong setiap obrolan pelan, setiap desisan uap, dan setiap langkah para Dan Shi yang sebelumnya sibuk.Beberapa orang langsung berlari panik ke arahnya. “Xu Ming!”Teriakan itu datang hampir bersamaan dari berbagai penjuru aula. Beberapa Dan Shi senior yang paling dekat segera berlutut, memeriksa denyut nadi dan kondisi napasnya. Wajah-wajah mereka langsung berubah pucat."Nadinya lemah! Napasnya tidak stabil!"Sha Bu, yang sejak awal berdiri di pinggir ruangan bersama Lin Feng dan Liu Mei, langsung melesat secepat kilat. Tubuh besar pria itu menerobos kerumunan Dan Shi tanpa memperdulikan siapa pu

  • TULANG SUCI NAGA ABADI   BAB 119

    Sin Wok Yu menepuk bahunya pelan. “Benar. Kompresi Qi Anti-Racun adalah teknik produksi masal. Suatu metode yang biasanya hanya dipakai dalam perang besar.”Zhuge Liang berdiri tegak, menatap seluruh aula. “Dan ingat! Tidak ada satu pun dari kalian yang boleh menyebutkan apapun tentang ini pada siapa pun di luar aula ini.” Ia berhenti sejenak, lalu mengeraskan suaranya. “Jika Lembah Moyan sampai tahu sebelum kita selesai, kesempatan kita untuk membalikkan keadaan musnah.”Semua kepala mengangguk. Sumpah tak terucap tapi dipahami semua. Sin Wok Yu mengambil jarum peraknya, menatap formula di hadapannya lalu menatap Xu Ming. Senyum samar muncul di wajahnya yang lelah namun tegas.“Bersiaplah, anak muda.”Gemeretak suara logam, desisan tungku pembakaran, dan aroma kuat dari herbal yang direbus memenuhi setiap sudut

  • TULANG SUCI NAGA ABADI   BAB 118

    Suasana di ruang penyulingan mendadak terasa lebih berat setelah Sin Wok Yu selesai mengumumkan komposisi racun utama. Tak ada yang bicara. Hanya suara napas berat dan langkah kaki pengawal yang terdengar samar dari luar koridor. Xu Ming menunduk, tangannya yang menggenggam botol racun masih sedikit bergetar. Keringat dingin mengalir di pelipisnya. Tatapannya sesekali melirik Sin Wok Yu, menanti arahan selanjutnya, seolah satu kalimat saja dari lelaki tua itu akan menentukan arah hidup seluruh kota.Zhuge Liang berdiri di dekat ambang pintu. Tubuhnya kokoh seperti biasa, namun bayangan gelap di bawah matanya mengungkapkan segalanya. Bahu lebarnya sedikit turun, seolah dua tahun beban penderitaan kota ini benar-benar melekat di punggungnya sendiri. Sin Wok Yu memejamkan mata beberapa saat, menarik napas panjang, lalu membuka suara dengan nada rendah dan berat.“Zhuge Liang.” Panggilan tanpa gelar, tanpa basa-basi.Zhu

  • TULANG SUCI NAGA ABADI   BAB 117

    Udara dalam ruang isolasi masih dipenuhi aroma alkohol, herbal, dan bau amis dari racun hitam yang baru saja dikumpulkan. Sin Wok Yu menutup matanya sejenak, tangannya yang kurus masih menggenggam pergelangan pasien, memastikan denyut nadinya stabil. Zhuge Liang melangkah maju mendekati Xu Ming dan Sin Wok Yu, wajahnya sedikit lebih segar meski lelah masih kentara di sudut matanya.“Pak Tua, dengan semua cairan yang sudah kita kumpulkan... apa langkah selanjutnya?” tanya Zhuge Liang, suaranya berat namun penuh harap.Sin Wok Yu perlahan membuka mata, napasnya sedikit berat. “Kita harus memisahkan struktur kimiawi dan spiritual racun ini. Menyingkap lapisan-lapisannya satu per satu.”Kepala Tabib Kota yang sejak tadi berdiri di sudut, langsung menimpali dengan gugup, “T-Tapi... di ruang medis kami tak punya fasilitas sekompleks itu, Tetua.”Zhuge Liang berpikir sejenak, lalu mengangguk mantap. “Ikuti aku. Di dalam

  • TULANG SUCI NAGA ABADI   BAB 116

    Ruangan isolasi itu sunyi, namun tegang seperti tali busur yang ditarik sampai hampir putus. Udara di dalamnya terasa lebih berat dari penjara bawah tanah tadi. Aroma herbal yang dibakar sebagai penetral racun bercampur dengan bau besi, darah kering, danVsesuatu yang lain. Sesuatu yang busuk, lembab, dan membuat bulu kuduk berdiri.Sin Wok Yu duduk bersila di kursi rendah di sisi ruangan. Di sampingnya, seorang tabib kota berdiri dengan gugup, tangannya menggenggam kotak peralatan medis. Xu Ming, yang masih mengenakan pakaian perjalanan lusuh, berdiri tak jauh dari mereka, menatap dengan campuran rasa ingin tahu dan kecemasan.Di tengah ruangan target utama mereka terbaring. Seorang pria, atau lebih tepatnya sisa-sisa dari seorang manusia. Tubuhnya kurus kering, kulitnya menempel ketat di atas tulang-tulang yang menonjol. Kulitnya berwarna abu-abu kehitaman. Beberapa bagian sudah membusuk di sekitar siku dan lutut. Di wajahnya, hanya ada sepasang mata merah menyala, de

  • TULANG SUCI NAGA ABADI   BAB 115

    Xu Ming yang sedari tadi berdiri diam di sisi Sha Bu, sempat terkejut. Keningnya berkerut, alisnya terangkat. “Kenapa dia menatap ke arahku?” pikirnya heran.Sin Wok Yu, tanpa mengalihkan pandangan, perlahan mengelus jenggotnya yang tak terlalu panjang. Ada senyum tipis, nyaris tak terlihat di sudut bibirnya. Dengan nada datar namun dalam, ia berkata.“Dan kau, anak muda, bisakah kau membantuku dengan sesuatu?”Xu Ming spontan menunjuk dirinya sendiri. “Aku?!” Suaranya nyaris naik satu oktaf karena kaget.Sin Wok Yu mengangguk pelan lalu menggeleng sambil menarik sudut bibirnya seolah mengejek. “Lalu siapa lagi? Bukankah kau seorang... Dan Shi?” Mata tuanya menyipit, penuh penilaian tajam.“Sejak pertama kali aku melihatmu pada pertemuan pertama kita di hutan saat memasuki kota pembantaian sebelumnya, aku sudah merasakan aroma herbal yang samar, merembes keluar dari dantianmu.”Xu Ming membelalak. “Apa-apaan orang tua ini? Apa dia anjing pelacak atau sejenisnya? Bisa-bisanya dia menc

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status