Sera menyalakan TV yang selama lebih dari satu bulan itu tidak pernah menyala. Selama tinggal di apartemen itu, ini baru pertama kalinya Sera menonton TV. Ia sedang sangat bosan. Hari ini ia memang tidak ada kegiatan ke mana-mana. Sera juga sedang tidak berminat mencoba resep baru. Membersihkan apartemen pun sudah ia lakukan tadi meski apartemennya tidak begitu kotor. Sera terlalu sering membersihkannya.
Yang pertama keluar saat TV menyala adalah sebuah tayangan drama korea yang sudah pernah ia tonton. Sera langsung mengganti channel. Mencari-cari acara TV yang sekiranya menarik. Namun, tidak ada satu pun yang membuatnya berminat. Sera sudah berniat untuk mematikan TV saat sebuah tayangan yang membahas tentang bisnis menghentikan gerakan jari Sera memencet remote.
Dalam tayangan itu, ada Ardhi Prasetyo di sana.Di sebuah acara TV yang khusus mengundang pengusaha-pengusaha sukses. Laki-laki itu saat ini sedang diwawancarai oleh presenter yang cukup terkenal di Indonesia.
Sera tersenyum sekilas meski tahu kalau Ardhi saat ini sedang marah kepadanya. Namun, rasa lega di dada membuat Sera mengabaikan itu sejenak. Sera akan urus nanti untuk menenangkan Ardhi. Rasanya, Sera akan baik-baik saja setelah ini karena ia menaruh sedikit harap kalau Ardhi memang pulang karena dirinya. Karena mengkhawatirkan dirinya.Sera ingin menyakini itu.Kalau Ardhi tidak benar-benar khawatir, laki-laki itu mungkin sudah akan pergi lagi, bukan malah masuk ke dalam kamar dan tidak keluar-keluar.Setelah cukup lama termenung, wanita itu memilih untuk menyusul Ardhi masuk ke dalam kamar. Saat sampai di kamar, tidak didapati Ardhi di mana-mana lalu ia mendengar suara air mengalir dari arah kamar mandi.Ardhi sedang mandi, batin Sera. Sera dapat mengambil kesimpulan kalau Ardhi tidak akan ke mana-mana setelah ini.Ya, biasanya setelah mandi, Ardhi tidak akan ke mana-mana dan langsung istirahat. Setidaknya itu yang Ardhi lakukan selama
Makan malam yang tak disangka Sera akan berjalan dengan lancar−meski sempat diwarnai perseteruan kecil karena kesalahpahaman Sera−berakhir dengan tenang. Tidak ada tarik ulur urat yang tidak terselesaikan. Sera cukup bersyukur karena Ardhi lebih mudah diajak bicara meski tetap dengan nada-nada keras dan dingin saat berbicara dengannya.Setelah makan malam usai, Sera langsung mencuci piring dan membereskan kekacauan di dapur. Yang mengejutkan adalah … Ardhi ikut turun tangan membantu Sera. Laki-laki itu mendapat tugas mengeringkan piring sebelum diletakkan di rak. Benar-benar sebuah progress yang sangat menakjubkan. Sera akan menandai hari ini sebagai hari baik dalam pernikahan mereka berdua yang sudah berjalan satu bulan lebih.“Mau nonton TV?” tawar Ardhi setelah keduanya menyelesaikan kesibukan di dapur.Sera terkejut untuk yang ke sekian kalinya. Ia merasa kalau orang yang ada di hadapannya itu bukanlah Ardhi yang selama ini ia
Berbeda dengan suasana pagi suram yang Sera lalui selama dua minggu terakhir, pagi hari ini suasananya cukup berbeda. Tidak lagi suram, melainkan terasa damai dan cerah meski masih begitu pagi.Secerah suasana hati Sera pagi ini, yang terbangun dengan hati ringan. Ada Ardhi di sampingnya yang masih tertidur lelap. Sungguh, melihat Ardhi berada di sisinya, Sera merasa lega dan juga ada banyak rasa yang sulit diungkapkan. Sera bertanya-tanya, apakah kelegaan di hatinya itu akan berlangsung lama. Atau mungkin, Sera hanya boleh merasakan itu sebentar saja.Sera memandangi wajah Ardhi yang begitu damai dalam tidurnya dengan perasaan yang meletup-letup. Saat ini, rasanya seperti begitu mudah untuk menggapai laki-laki itu. Yang dulunya tak tergapai dan begitu jauh, kini amat sangat dekat. Sera bisa menyentuh lai-laki itu. Rambut, wajah, dan semua bagian tubuh laki-laki itu, Sera bisa menyentuhnya dengan mudah. Karena Ardhi yang telah memberi izin. Ya, mereka dekat secara raga
Sungguh, Ardhi tidak bermaksud membuat Sera semarah itu. Hari ini rencananya Ardhi hanya ingin menghabiskan waktu bersama Sera, karena ia merasa bersalah sudah menghilang tanpa kabar selama dua minggu terkahir.Kemarin, selama dua minggu ia tidak pulang ke apartemen, Ardhi memikirkan banyak hal di kepalanya. Setelah menganalisis perasaan aneh di hatinya saat berjauhan dengan Sera, Ardhi mengambil langkah baru yang sudah mantap. Pada akhirnya, ia hanya tidak ingin terus bersikap buruk kepada Sera, karena wanita itu hanyalah korban dari keegoisan dirinya. Ardhi kembali untuk memperbaiki sikap. Ia tidak ingin memenjarakan Sera seperti burung di dalam sangkar yang tidak mengenal dunia. Ia ingin Sera tetap bisa bebas meski sudah terikat dengannya.Ia bersungguh-sungguh ingin memperbaiki hubungannya dengan Sera.Selain itu, Ardhi juga ingin perlahan menjadi pasangan yang normal. Ya, terlalu muluk kalau Ardhi tiba-tiba berubah menjadi baik. Ia hanya ingin setidaknya bi
Sera menyesal. Begitu pintu tertutup dan Ardhi sudah tidak terlihat sosoknya di depan mata, Sera langsung tahu bahwa sudut hatinya yang terdalam meneriakkan penyesalan yang begitu nyata. Melihat kenyataan bahwa Ardhi sekali lagi memalingkan wajah darinya, rasanya begitu menyiksa batin.“Sebenarnya apa yang kamu inginkan, Sera?” Sera mendesah. “Ardhi sudah pergi sekarang. Ardhi pergi meninggalkan dirimu yang terlalu bodoh," sesalnya dengan nada gusar dalam suaranya.Pagi yang ia mulai dengan hati yang ringan itu ternyata tidak berlangsung lama. Hanya dalam sekejap, semua berubah suram dan mendung. Dan itu semua karena kesalahan Sera sendiri. Ia terlalu terbawa perasaan saat Ardhi memintanya untuk tinggal di apartemen. Yang ada di kepala Sera tadi, ia mengira kalau Ardhi akan kembali mengurungnya. Melarangnya melakukan ini itu di luar sana. Padahal, kalau diingat-ingat lagi ekspresi yang ada di wajah Ardhi tadi pagi sama sekali tidak menunjukkan itu.
Ardhi masuk ke dalam mobil dengan suasana hati yang begitu buruk. Perkataan Sera di apartemen masih membekas di otak dan itu membuat Ardhi mengetatkan rahang. Ia sudah susah payah menekan ego dan berusaha bangun hubungan yang baik dengan Sera. Namun, ia seperti tidak dihargai. Ardhi benar-benar tak menyangka kalau permintaan maafnya diabaikan begitu saja. Sera bahkan tidak mau mendengarkan penjelasan apa pun yang keluar dari bibirnya. “Selamat pagi, Bapak Ardhi,” sapa Adi seperti biasa.Ardhi tidak menjawab sapaan Adi dan menatap ke arah depan. Mood-nya benar-benar anjlok dan ia tidak yakin bisa bersikap biasa-biasa saja. Amat sangat sulit untuk mengendalikan emosinya saat ini.Adi yang paham kalau suasana hati atasannya sedang tidak baik itu langsung menjalankan mobil tanpa bersuara lagi.Perjalanan menuju kantor pusat yang berada di kawasan Sudirman itu diisi keheningan. Berbeda dengan hari-hari biasanya yang selalu sibuk terisi ol
Sera menatap layar televisi yang menampilkan tayangan drama korea dengan tatapan kosong. Drama favoritnya yang tengah diputar ulang di salah satu stasiun televisi itu sama sekali tidak menarik minat Sera. Kepalanya penuh dengan Ardhi, Ardhi, dan hanya Ardhi sejak kemarin. Sera sudah mengerahkan berbagai usaha untuk mengenyahkan bayangan laki-laki itu dari kepalanya, tetapi sayangnya ia gagal.Bayangan wajah Ardhi yang menatapnya dingin itu bersarang di kepala hingga rasanya Sera mau meledak. Semalam, Sera bahkan sampai tidak mampu tidur nyenyak. Setiap kali memejamkan mata, ia langsung berhadapan dengan punggung Ardhi yang berbalik memunggunginya. Rasanya seperti mimpi buruk yang terus menghantui.Batu akan mematikan televisi, layar besar itu menampilkan sosok Thalia Tarendra yang tengah mengiklankan sebuah produk minyak goreng yang cukup terkenal. Suara Thalia yang jenih, senyum manisnya yang memikat, wajah chinese-nya yang begitu cantik. Semua itu menjadi daya tarik
Sera Al-IdrisBisa kita bertemu? Ada yang mau saya bicarakan.Itu adalah pesan yang dikirimkan oleh Sera pagi tadi. Ardhi belum membalasnya karena bingung harus memberikan jawaban seperti apa. Padahal ia bisa dengan mudah menjawab 'tidak', tetapi tidak Ardhi lakukan. Ardhi bermaksud menjawab 'iya', tetapi ia merasa tidak siap bertemu dengan Sera.Ardhi masih marah dan amat sangat kecewa kepada Sera. Ia juga tidak yakin bisa menghadapi Sera setelah apa yang wanita itu ucapkan tiga hari yang lalu.Sera memintanya untuk memperlakukan wanita itu seperti biasanya. Di mana Ardhi bersikap acuh dan kejamArdhi sadar, ia juga bersalah di sini. Ia salah telah memperlakukan Sera dengan begitu kejamnya. Itulah mengapa ia akhirnya memutuskan untuk kembali ke apartemen, berusaha membangun hubungan yang lebih baik, dan memperlakukan Sera dengan selayaknya seorang istri. Ia tidak ingin lagi Sera menganggap dan melihat dirinya sebagai laki