Share

Ta'aruf Tanda Cinta (INDONESIA)
Ta'aruf Tanda Cinta (INDONESIA)
Penulis: Hanazawa Easzy

1. Pertemuan Pertama

"Saya terima nikah dan jodohnya ... "

Seorang pria dengan jas hitam yang melekat di tubuhnya, mengucap janji suci di atas altar. Dekorasi bunga artificial menghiasi panggung persegi panjang itu. Orang-orang tersenyum, ikut berbahagia akan karunia Allah ini.

Pengantin wanita duduk di samping pria yang mengucap akad tadi, mereka saling pandang dan kemudian mengulas senyum. Layaknya sepasang pengantin baru lainnya, mempelai wanita menyalami pria yang kini berstatus sebagai suaminya. Dan sebagai hadiahnya, dia mendapat kecupan di kening.

Manisnya....

Puk puk

"MEL?! AMELL!" Dua buah tepukan mendarat di puncak lengan Amel, salah satu tamu undangan yang hadir di tempat itu. "Kamu ngapain? Ngalamun?" tanya Meta, sahabat Amel.

Gadis yang dipanggil Amel itu segera menoleh ke sumber suara, untuk kemudian tersenyum.

"Ngalamun terus! Kamu pengen nikah ya?" celoteh wanita itu lagi, salah satu sahabat Amel. Wanita ini mengenakan jilbab lebar dengan gamis hijau toska menutupi tubuhnya.

Dan gadis yang dipanggil Amel tadi hanya tersenyum hambar, malas meladeni godaan yang sahabatnya lontarkan. Telinganya sudah kebal mendapat olok-olokan dari ibu satu anak ini.

"Cantik banget ya Nisa. Beruntung dia dapet suami ganteng," celoteh salah satu tamu undangan yang duduk di belakang Amel. Meta menoleh dan tersenyum kecut. Dia juga melirik Amel yang diam tak bereaksi sama sekali.

"Ya, rezekinya dia." Seseorang menjawabnya sedikit ketus. Amel memainkan ponselnya. Dari suaranya, Amel tahu jika yang tengah memperbincangkan Si Pengantin adalah ratu gosip di kelas. Semua orang tahu tabiat keduanya.

"Denger-denger mau bulan madu ke lombok, loh." Suara pertama menimpali, membuat Amel merasa semakin jengah di tempat ini.

"Wah, yang bener? Emang suaminya kerja di mana?"

'Hmm, 'kan? 'kan? 'kan?' Amel membatin. Ia memutar bola matanya, merasa jengah pada komentar beberapa wanita di dekatnya.

"Nggak usah didengerin, bikin sakit kuping," bisik Meta di telinga Amel. Dia yang paling mengerti perasaan jomlo satu ini. Dan dia tahu, Amel tidak nyaman dengan pembicaraan teman-temannya itu karena dari sekian banyak anak, hanya tinggal beberapa yang belum menikah. Amel salah satunya.

Teman-teman sekelasnya masih sama, suka bergosip seperti wanita-wanita lain pada umumnya. Mungkin memang sudah kodrat kaum hawa, tiada hari tanpa bergosip.

Lidah dan bibir mereka begitu piawai membicarakan keburukan orang lain. Bukan hanya keburukan, bahkan di saat bahagia seperti ini saja masih ada yang menambah bumbu penyedap dalam percakapannya. Pura-pura menyanjung tapi kemudian membicarakannya di belakang.

"Mel, hari ini kamu libur?" tanya Meta.

"Berangkat siang." Amel menjawab dengan wajah datar andalannya.

Meta mengangguk. Dia tahu rutinitas sahabatnya ini. Sebagai seorang perawat di salah satu rumah sakit, pastilah ada jadwal tertulis setiap bulannya. Berbeda dengannya yang murni ibu rumah tangga, pengangguran. Bisa dikatakan, tanpa kegiatan sama sekali.

Acara pernikahan itu masih terus berlanjut. Berbagai prosesi dijalankan oleh kedua mempelai. Beberapa tamu undangan mulai menikmati hidangan yang ada, termasuk Meta. Tersisa Amel seorang diri di sini.

Gadis 25 tahun ini menatap arloji bulat di pergelangan tangannya, tepat jam dua belas siang. Satu jam sebelum dia berangkat kerja. Tidak ada waktu lagi, dia harus segera berpamitan dari acara mewah ini.

Sejurus kemudian, Amel sudah duduk di atas motor matic miliknya. Dia memakai masker, kacamata, dan helm di kepalanya. Kendaraan roda dua itu membawanya pergi dari gedung resepsi pernikahan ini menuju rumahnya di dekat alun-alun kota. Terhitung ini adalah tahun ketiganya bekerja di rumah sakit sebagai seorang perawat.

Jalanan tampak ramai, waktunya jam makan siang orang-orang kantoran. Amel mengendarai sepeda motornya dengan hati-hati.

CIIITT

BRUKK

Sepeda motor yang Amel naiki tersenggol sebuah mobil warna silver yang berhenti di perempatan lampu merah, sama sepertinya. Beberapa orang segera mendekat dan menolong gadis yang memakai gaun warna coklat susu ini.

"Mbak, nggak apa-apa?" tanya seorang pria yang keluar dari mobil silver ini.

"Ada yang luka?" tanya pengendara yang lainnya.

"Periksa ke rumah sakit, mbak. Takut ada luka serius." Suara lain memberi saran.

"Nggak apa-apa kok, Pak, Bu." Amel tersenyum canggung sambil menatap orang-orang di sekelilingnya. Dia meringis, menahan luka di siku dan sisi luar tangannya yang baret setelah beradu dengan aspal jalanan. Darah mulai keluar membasahi gaun yang dipakainya.

"Mbak, tangannya berdarah," ucap salah satu wanita yang ikut berkerumun di sekeliling Amel.

"Pak, tanggung jawab! Ini mbaknya luka." Seorang wanita yang pertama kali menolong Amel, tampak menuntut pertanggungjawaban pria pengemudi mobil itu. Dia terlihat seperti orang kantoran, terlihat dari jas dan sepatu mengilap yang dipakainya.

"Iya, saya tanggung jawab, Bu. Mbak, ayo ... " pria berkacamata hitam itu berusaha bertanggung jawab atas kesalahannya yang kurang hati-hati saat berkendara.

"Maaf, saya buru-buru. Saya nggak apa-apa kok." Amel melirik lampu lalu lintas yang kini berubah warna hijau, tanda kendaraan sudah boleh melanjutkan perjalanan.

TIN

TIINN!!

Bunyi klakson di belakang sana mulai terdengar saling bersahutan, membubarkan kerumunan di depannya. Satu dua motor nekat melaju, meninggalkan Amel yang kini sudah duduk di atas motornya.

"Mbak, saya antar..."

Amel menoleh sekilas, "Saya nggak apa-apa. Maaf saya buru-buru."

Detik berikutnya, gadis 154 cm itu telah melajukan kendaraan skuter matic miliknya, membuat pemilik mobil silver terpaksa masuk ke dalam kendaraannya sendiri. Sebelum lampu menyala merah, dia segera menekan pedal gas, belok kanan ke arah barat dimana tempat tujuannya berada.

Dua muda mudi ini tak tahu, pertemuan pertama yang tak disengaja ini akan membawa mereka pada pertemuan-pertemuan selanjutnya.

***

Hai readers semua, ini novel pertamaku di sini. Semoga kalian suka. Mohon maaf jika masih ada typo. Author nantikan kritik saran dari kalian. Sampai jumpa di episode berikutnya. See you,

Hanazawa Easzy

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Hanazawa Easzy
Hai kak Veni, maaf baru liat komentar kakak. Iya gitu
goodnovel comment avatar
Veni Sinaga
pertemuan pertamanya tak menimbulkan kesan yg terlalu buruk ya Thor, tenkyuu. Aku suka Thorr🤗
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status