Share

2. Selina yang shocked

Suasana kembali hening. Ustaz Bashor dan Ummi Sarah saling terdiam bagai manekin. Hanya terdengar denting jarum jam di ruang tamu yang merangkak ke angka dua siang. Ustaz Bashor sangat menyesal dengan kedatangan sahabatnya itu. Lebih menyesal lagi karena dia terpaksa menceritakan kondisi Selina yang bukan anak kandungnya pada mereka. Namun nasi kadung menjadi bubur. Sesegera mungkin dia harus menceritakan nasab Selina padanya langsung.

“Abah, bagaimana ini? Ummi takut kabar ini menyebar. Bagaimana kalau Selina gak bisa dapat jodoh? Kalaupun dapat jodoh Ummi takut keluarganya merendahkan marwahnya sebagai wanita jika mereka tahu ibu kandungnya seorang … ,” lirih Ummi Sarah sembari terisak.

“Tenanglah, Ummi, jangan takut apalagi khawatir. Kita tidak sedang berada di daerah konflik di mana kita takut akan bom yang tiba-tiba akan jatuh menimpa rumah kita. Kita hanya diuji soal anak …” papar Ustaz Bashor berusaha menenangkan sang istri. Padahal jauh dalam lubuk hatinya, saat ini hatinya terasa tercabik-cabik karena merasa terhina. Selina memang bukan anak kandungnya, tapi baginya Selina sudah seperti putri kesayangannya.  Bahkan dia lebih menyayangi Selina ketimbang anak-anaknya dari Ummi Sarah. Jika seseorang menghina Selina maka sudah pasti menghina dirinya.

Ummi Sarah pun beranjak dari ruang tamu hendak berjalan menuju dapur. Tiba-tiba terkejut ketika melihat Selina sudah berada di lantai di ruang keluarga. Sontak dia menjerit.

“Abah, Abah!” pekik Ummi Sarah memanggil Ustaz Bashor. Dia langsung duduk dan menepuk-nepuk pipi Selina agar terbangun. Sepertinya Selina pingsan karena shocked setelah mendengar kabar buruk yang dia dengar.

“Selina bangun! Bangun, Nak!” seru Ummi Sarah tampak panik.

Ustaz Bashor langsung membetulkan sarungnya dan berlari menuju Ummi Sarah.

“Astagfirullah, Ummi! Kenapa Selina?” seru Ustaz Bashor tak kalah panik melihat Selina dalam kondisi tak sadarkan diri. Dia pun langsung mengambil minyak kolonyo dari kotak P3K berusaha membangunkan Selina. Namun Selina masih tak mau bangun.

“Kita bawa ke dokter Abah!” kata Ummi Sarah.

“Ah, iya benar, kita bawa saja ke dokter,” sahut Ustaz Bashor. Dia langsung meraih kunci mobil dan langsung mengeluarkan mobil aphard putih miliknya. 

“Ada apa Ustaz?” tanya ART yang berada di halaman rumah.

“Selina pingsan,” sahut Ustaz Bashor.

“Astagfirullah,” seru ART sembari mengusap dada. Dia langsung berlari menuju rumah Ustaz Bashor dan melihat Selina. Dibantu ART, Selina dibopong ke dalam mobil yang sudah dipanaskan terlebih dahulu mesinnya.

“Ceu Sari, tunggu di rumah, ya, bilangin sama Adam, Ummi dan Abah ke klinik dulu, Selina pingsan,” titah Ummi Sarah pada Ceu Sari yang tak lain ART di rumahnya.

“Mangga, Ummi, kin diwartoskeun,” (Iya, Ummi, nanti dibilangin),” jawab Ceu Sari.

Hanya beberapa menit mereka pun sampai di klinik umum yang terletak tak jauh dari pesantren. Selina pun dibopong oleh perawat yang ada di sana. Selina langsung diperiksa oleh dokter di sana. Ustaz Bashor dan Ummi Sarah menunggu di ruang tunggu.

“Abah, apa mungkin Selina pingsan gara-gara shocked?” tanya Ummi Sarah penuh penasaran.

“Shocked? Kenapa bisa shocked?” sahut Ustaz Bashor spontan.

“Abah, gimana sih, gak ngerti juga ya. Kenapa Selina ada di ruang keluarga? Berarti dia pulang mengajar lewat belakang dan langsung mendengar percakapan kita, jadi dia shocked karena sudah tahu kalau dia bukan anak kita,” cerocos Ummi Sarah dengan suara gemetar.

“Iya, Abah tahu, mungkin emang Selina pulang lewat belakang, tapi belum tentu dia mendengar percakapan kita. Mudah-mudahan tidak …” papar Ustaz Bashor menggantung. Lalu dia seketika mengusap wajahnya dan beristigfar.

“Astagfirullah, Ummi, kamu benar. Kayaknya Selina tahu jika keluarga Aqsa datang maka dia pulang lebih awal. Bukankah adiknya Aqsa itu temannya Selina? Pasti dia sudah memberitahu Selina lebih dulu,” tukas Ustaz Bashor.

“Tuh, ‘kan Abah! Gimana sekarang? Selina pasti pingsan karena shocked, kaget. Ya Allah, gak kebayang jadi Selina. Perasaannya saat ini pasti hancur sehancurnya,” 

Ummi Sarah tak mampu menahan air matanya.

“Ummi, jangan nangis! Nanti dikira orang ada apa,” nasehat Ustaz Bashor. Dia sendiri juga ikut menitikan air mata. Namun karena dia seorang lelaki maka dia harus berusaha kuat di depan sang istri.

Dokter pun keluar dan langsung disambut mereka.

“Bagaimana anak kami, dok?” tanya Ustaz Bashor.

“Selina kayaknya shocked Ustaz. Dia mengalami dehidrasi sehingga asupan oksigen ke otak berkurang. Banyak sih penyebab lainnya, dan menurut hemat saya Selina kayak baru dapat kabar buruk. Namun soal kabar buruk itu dia tidak cerita. Dia baru saja sadar,” papar dokter Areeta, dokter yang sudah berkarib lama dengan keluarga Ustaz Bashor.

“Alhamdulillah, sudah sadar …” ucap Ustaz Bashor dan Ummi Sarah serempak.

Ustaz Bashor dan Ummi Sarah pun saling pandang. Mereka masuk ke dalam ruangan untuk melihat Selina.

“Selin, bagaimana kamu sekarang? Udah baikan?,” tanya Ummi Sarah dengan lembut. Ustaz Bashor bahkan tak mampu berkata-kata dan menatap anaknya yang yang menundukan wajahnya.

“Selin …” ucap Ummi Sarah lagi sembari menyentuh tangan Selina. Namun Selina langsung menepis tangan Umminya. Sebelumnya tak pernah dia bersikap kasar itu pada sang ibu. Namun hari ini Selina si gadis periang tampak murung. Dia pun lebih memilih diam. Bahkan ketika sang kakak Adam datang pun menjenguk dia masih diam. 

“Dek, bagaimana kabarmu sekarang?” tanya Adam yang baru masuk ke ruangan di mana Selina berada. Selina tampak pucat dengan kedua bola matanya yang sembab. Namun bibirnya seolah diberi perekat, sulit untuk berkata-kata. Sontak Adam pun menyentuh kening Selina tanpa canggung.

“Kamu gak demam, Dek,” cicit Adam Husain. Dia pun menoleh pada kedua orangtuanya yang tengah duduk dan menatapnya aneh.

“Biarkan Selina istirahat dulu, ayo kita keluar,” ucap Ummi Sarah pada putranya. Mereka pun semua keluar ruangan dan membiarkan Selina waktu sendiri. Mereka pun duduk di bangku depan ruangan itu.

“Ummi, Abah, Selina sakit apa?” tanya Adam dengan raut bingung.

“Adam, Ummi tidak tahu sakit apa yang diderita Selina. Hanya saja tadi Ummi lihat Selina pingsan di ruang keluarga,” sahut Ummi Sarah.

“Kata dr Areeta sakit apa?” telisik Adam.

“Selina pingsan karena dehidrasi dan shocked,” sahut Ummi Sarah. Dia mendelik pada Ustaz Bashor, memberi kode agar suaminya segera menceritakan apa yang terjadi.

“Oh, syukurlah kalau tidak apa-apa, cuma dehidrasi mah. Tapi, kenapa bisa shocked?” tanya lagi Adam bingung.

“Ini baru dugaan Ummi, Adam, sepertinya adikmu sudah tahu kalau dia bukan anak kandung Ummi dan Abah …” 

“Ap-pa?” sahut Adam kaget. “Apa benar itu Abah?”

Ustaz Bashor hanya mengangguk pasrah dan membuang nafas kasar.

“Kalian sudah cerita?” desak Adam.

“Belum Adam, justru karena belum cerita makanya dia shocked. Dia mendengar percakapan kami dengan keluarga Aqsa …” jelas Ummi Sarah dengan mata yang kembali berembun.

“Maksudnya? Aku gak ngerti Ummi …” 

Adam menggenggam tangan ibunya.

“Sepertinya Selina diam-diam pulang dari sekolah lewat pintu belakang rumah ketika acara taaruf berlangsung. Soalnya ketika Ummi masuk ke ruang keluarga dia udah ada di sana dalam kondisi pingsan,” jelas Ummi Sarah.

“Astagfirullah, kok Ummi, Abah jadi kayak gini? Aku sudah bilang seharusnya Abah dan Ummi ceritakan yang sebenarnya pada Selina lebih awal. Bukan pas ada yang mau taaruf. Jadi begini ...”

Adam mendengus kesal.

“Abah sangat menyesal, Adam. Abah hanya tak mau kehilangan Selina …” tukas Ustaz Bashor dengan suara yang berat. Selama ini dia bisa kuat dalam menghadapi ujian apapun, tapi menghadapi kenyataan tentang Selina membuatnya rapuh. Baginya Selina istimewa.

“Bagaimana hasil taaruf?” tanya Adam kemudian.

Ummi Sarah menepuk bahu suaminya.

“Batal,” kata Ummi Sarah. “Mereka membatalkan proses taaruf,”

“Apa? Batal? Tapi, Aqsa sudah menyukai Selina sejak lama, masa iya membatalkan taaruf? Selina juga menyukai dirinya …” sergah Adam bernada tinggi.

“Adam, Ummi kira mereka keluarga yang bijak, tapi ternyata tidak,” singkat Ummi Sarah.

“Oh, ya, mereka tidak menerima Selina karena Selina bukan anak kandung kalian begitu?” seru Adam bernada geram. Dia memukul tembok dengan keras, merasa marah dengan keluarga Aqsa. Adam hanya tahu Selina bukan anak Abah dan Ummi-nya. Dia tidak tahu kebenaran soal ibu kandung Selina yang seorang wanita penghibur dan ayahnya tak jelas siapa. Adam merasa Aqsa telah mempermainkan perasaan adik tercintanya Selina.

“Aku kecewa sekali Abah! Aqsa terus meminta Selina untuknya, sekarang dia batalkan begitu saja taaruf? Aqsa sudah melukai hati Selina,” 

Adam berdiri dan berjalan menuju tempat parkiran.

“Mau kemana Adam?” pekik Ummi Sarah.

“Aku akan temui Aqsa …” sahut Adam meninggalkan mereka begitu saja. Karakter Adam yang keras kepala sulit dibujuk, dia sangat kesal dan marah saat adik kesayangannya ada yang menyakiti.

“Adam, tunggu!” 

Ummi Sarah mengejar putranya ke tempat parkiran tapi karena Adam berjalan sangat cepat, dia keburu pergi dengan menunggangi motor sportnya. Entah apa yang akan dilakukan oleh Adam yang terkenal temperamen pada Aqsa.

Bersambung,

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Camelia
selina yg malang
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status