Beranda / Fantasi / Tabib Cantik Milik Pangeran / 111. Petunjuk dari sayap utara

Share

111. Petunjuk dari sayap utara

Penulis: Donat Mblondo
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-27 22:42:24

Angin malam berembus pelan di taman dalam istana. Di antara bunga-bunga peony yang belum mekar sempurna dan pohon plum yang menggugurkan daunnya satu-satu, seorang pria berdiri membelakangi cahaya lentera. Punggungnya tegap, tapi dari tarikan napasnya, jelas ada ketegangan yang belum reda sejak pagi.

Rai menoleh saat mendengar langkah ringan di balik gerumbul.

“Sua?” suaranya rendah, tapi hangat. “Kau datang.”

Sua mengangguk kecil, lalu menuruni anak tangga batu menuju area tersembunyi taman itu, tempat mereka biasa bertemu diam-diam tanpa menarik perhatian para pelayan istana. Ia menatap sekeliling, memastikan tak ada siapa pun sebelum akhirnya berdiri di hadapan Rai.

“Aku menemukan sesuatu,” katanya pelan, serius.

Rai menatap wajahnya yang sebagian tertutup bayangan, lalu berkata, “Katakan.”

Sua menghela napas dalam. “Ramuan pagi ini… tercemar. Daun ginkgo yang biasanya kupakai berubah warna. Teksturnya lengket. Dan... aromanya terlalu tajam untuk dibiarkan begitu saja.”

Rai mengeru
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Tabib Cantik Milik Pangeran   111. Petunjuk dari sayap utara

    Angin malam berembus pelan di taman dalam istana. Di antara bunga-bunga peony yang belum mekar sempurna dan pohon plum yang menggugurkan daunnya satu-satu, seorang pria berdiri membelakangi cahaya lentera. Punggungnya tegap, tapi dari tarikan napasnya, jelas ada ketegangan yang belum reda sejak pagi.Rai menoleh saat mendengar langkah ringan di balik gerumbul.“Sua?” suaranya rendah, tapi hangat. “Kau datang.”Sua mengangguk kecil, lalu menuruni anak tangga batu menuju area tersembunyi taman itu, tempat mereka biasa bertemu diam-diam tanpa menarik perhatian para pelayan istana. Ia menatap sekeliling, memastikan tak ada siapa pun sebelum akhirnya berdiri di hadapan Rai.“Aku menemukan sesuatu,” katanya pelan, serius.Rai menatap wajahnya yang sebagian tertutup bayangan, lalu berkata, “Katakan.”Sua menghela napas dalam. “Ramuan pagi ini… tercemar. Daun ginkgo yang biasanya kupakai berubah warna. Teksturnya lengket. Dan... aromanya terlalu tajam untuk dibiarkan begitu saja.”Rai mengeru

  • Tabib Cantik Milik Pangeran   112. Aroma aneh

    Sua memandangi punggung Rai yang perlahan menjauh, langkahnya tegap meski sorot matanya tampak gelap seperti langit yang menahan badai. Ia belum pernah melihat Rai semuram ini sejak hari pertama mereka bertemu di perbatasan.Sua menarik napas, mencoba menghilangkan kekacauan yang mengendap di dadanya. Tapi setiap kali ia memejamkan mata, yang muncul hanyalah wajah itu—wajah yang terlalu mirip dengan seseorang yang seharusnya telah terkubur dalam ingatannya: Bian Yu.---Setelah sampai di ruang medis, Sua duduk di ruang medis, jari-jarinya lincah mencampur daun mulan kering dan akar qinshe ke dalam cawan kecil. Ramuan ini bukan untuk luka luar. Tapi untuk menstabilkan aliran darah panas yang kerap membuncah dalam tubuh Rai sejak malam transformasi terakhir.Luka lamanya telah hilang, tapi jejak kekuatan itu masih hidup—mendidih di balik kulitnya.Pikirannya melayang. Ia tak bisa mengabaikan perasaan ganjil di hatinya. Perasaan... seolah masa lalunya yang kelam dan menyakitkan sedang me

  • Tabib Cantik Milik Pangeran   111. Kepulangan Bai Yuan

    Rai bersandar ke batang pohon tua yang kokoh, napasnya mulai tenang. Sua masih berada dalam dekapannya, kepalanya bersandar di dada pria itu, mendengarkan detak jantung yang perlahan kembali ke irama manusia. Suara malam mulai mereda, hanya suara jangkrik dan desau dedaunan yang masih terdengar samar-samar.Dalam keheningan itu, tidak ada yang berbicara. Tidak ada yang bertanya. Mereka hanya duduk berdua di bawah naungan pepohonan, ditemani sisa cahaya bulan merah yang kini mulai memudar.Rai menarik selendang dari sabuknya, robek di ujung, tapi masih cukup lebar, dan menyelimuti pundak Sua. Gadis itu sudah mengantuk, tapi menolak untuk pergi sebelum Rai benar-benar pulih.“Tidurlah sebentar,” bisik Rai, suaranya pelan, lembut seperti belaian angin malam.Sua mengangguk pelan, tidak membantah. Ia hanya menarik napas dalam, lalu membiarkan tubuhnya meringkuk sedikit di pangkuan Rai. Tangannya menggenggam sisi bajunya yang robek, dan meski dingin malam mulai menusuk kulit, ia tetap mera

  • Tabib Cantik Milik Pangeran   110. Reaksi tanda kepemilikan

    Tapi...Tak ada luka. Tak ada serangan. Sua membuka matanya perlahan.Rai membeku. Tubuhnya menggigil hebat, tapi tidak bergerak lebih jauh. Matanya menatap leher Sua… dan mengerjap.Di sana, tepat di bawah tulang selangka gadis itu, tanda itu, huruf ‘R’ bersinar terang. Merah lembut, seperti bara kecil dalam kegelapan.Rai tersentak mundur satu langkah. Napasnya kasar, taringnya masih tampak. Tapi sorot matanya… kini berubah. Seperti menyadari sesuatu yang sangat penting."Linjin...” ucapnya, suara parau penuh keterkejutan dan penyesalan.Sua memegangi dadanya yang berdebar keras, lalu menyentuh lehernya sendiri yang masih hangat. Tanda itu... masih menyala. Ia menatap Rai.“Maaf... membuatmu takut,” ujar Rai, nyaris tak terdengar.Sua menggeleng pelan, berusaha menenangkan napasnya. “Tidak. Aku... hanya kaget.”Keheningan jatuh di antara mereka. Angin malam berembus lambat, membawa suara ranting dan daun kering. Tapi tidak satu pun dari mereka bergerak.Lalu, perlahan... Sua melangk

  • Tabib Cantik Milik Pangeran   109. Perubahan

    Malam mulai turun dengan gelap yang tak wajar. Angin berdesir tajam, menyapu pepohonan tinggi yang berdesak-desakan di tepi Hutan Hitam Wengi. Langkah kaki Rai nyaris tak bersuara, hanya napasnya yang mulai memburu dan gemetar, menandai bahwa tubuhnya sedang bertarung melawan sesuatu dari dalam.Keringat dingin membasahi pelipisnya. Setiap helaan napas terasa berat. Setiap langkah menusuk seperti ribuan jarum. Tapi yang paling menyakitkan bukan rasa lelah biasa, melainkan nyeri panas yang menjalar dari luka lamanya, di bawah tulang dada kiri.Rai memegangi dada kirinya, menggertakkan gigi ketika rasa itu kembali mencengkeram lebih kuat. Luka yang dulu ia dapatkan dari Shan Kerei, yang awalnya hanya sekadar tusukan, kini seperti celah gelap yang membuka jalan bagi sesuatu yang liar dan purba untuk bangkit dari dalam tubuhnya.Tubuhnya mulai panas. Bukan demam biasa. Ini adalah panas dari dalam darahnya sendiri, panas yang hanya bisa lahir dari kekuatan yang tidak sepenuhnya manusiawi.

  • Tabib Cantik Milik Pangeran   108. Rai jadi aneh

    Rai tidak segera menjawab.Sorot matanya tetap terkunci pada wajah Sua, seolah berusaha menahan gejolak yang meluap dari dada. Tapi ketegangan yang semula tegang di wajahnya perlahan mencair. Sudut bibirnya terangkat sedikit, bukan senyum penuh, tapi sesuatu yang cukup untuk menyiratkan bahwa kata-kata gadis di hadapannya baru saja menusuk ke bagian terdalam hatinya.Lalu, dengan suara parau dan serak tertahan, ia bergumam, "kau sangat manis, Linjin.”Sua menelan ludah, wajahnya sudah merona sejak tadi, tapi kini berubah menjadi merah muda merata seperti kelopak bunga sakura yang baru mekar.“Kalau boleh…” lanjut Rai, kali ini dengan nada lebih pelan, tapi jelas. “Aku sangat ingin menggigitmu.”Seketika, mata Sua membelalak. “APA?!”Rai tertawa pelan. Suara tawanya rendah, dalam, dan entah kenapa terdengar lebih berbahaya dari biasanya, seperti lolongan senyap seekor serigala yang baru keluar dari bayang malam."Hanya sedikit. Tidak akan menyakitkan,” bisiknya, menyipitkan mata, jelas

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status