Home / Fantasi / Tabib Cantik Milik Pangeran / 187. Kerajaan Dunia Yancheng

Share

187. Kerajaan Dunia Yancheng

Author: Donat Mblondo
last update Huling Na-update: 2025-08-05 08:11:30

Tahun 2025.

Dunia tak lagi dipisah oleh bendera dan parlemen. Setelah pandemi global, krisis pangan, dan keruntuhan sistem internasional, umat manusia berhenti memilih dan mulai tunduk.

Kini, seluruh kekuasaan terkonsentrasi pada satu titik tunggal: Kerajaan Dunia Yancheng, dipimpin oleh Yang Mulia Raja Yan Shiming — sosok yang lebih sering disebut sebagai algoritma hidup daripada pemimpin.

Ia membangun dunia baru dari reruntuhan dunia lama, berpusat di Yancheng — kota benteng berteknologi tinggi yang berdiri di atas dataran tinggi timur Asia, terisolasi dari massa publik. Kota ini dilapisi baja-kaca, dijaga drone otonom, dan dikendalikan oleh sistem pengawasan sentral bernama SIVA. Tidak ada pendapat umum. Tidak ada hak jawab. Hanya efisiensi, data, dan kendali total.

Raja Yan dikenal sebagai pemimpin yang tak pernah tersenyum. Seorang mantan direktur AI global dengan latar belakang ilmu sistem, ia naik takhta bukan lewat darah, tapi lewat perhitungan. Putranya, Yan Zhenyu, satu-satu
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Tabib Cantik Milik Pangeran   187. Kerajaan Dunia Yancheng

    Tahun 2025.Dunia tak lagi dipisah oleh bendera dan parlemen. Setelah pandemi global, krisis pangan, dan keruntuhan sistem internasional, umat manusia berhenti memilih dan mulai tunduk.Kini, seluruh kekuasaan terkonsentrasi pada satu titik tunggal: Kerajaan Dunia Yancheng, dipimpin oleh Yang Mulia Raja Yan Shiming — sosok yang lebih sering disebut sebagai algoritma hidup daripada pemimpin.Ia membangun dunia baru dari reruntuhan dunia lama, berpusat di Yancheng — kota benteng berteknologi tinggi yang berdiri di atas dataran tinggi timur Asia, terisolasi dari massa publik. Kota ini dilapisi baja-kaca, dijaga drone otonom, dan dikendalikan oleh sistem pengawasan sentral bernama SIVA. Tidak ada pendapat umum. Tidak ada hak jawab. Hanya efisiensi, data, dan kendali total.Raja Yan dikenal sebagai pemimpin yang tak pernah tersenyum. Seorang mantan direktur AI global dengan latar belakang ilmu sistem, ia naik takhta bukan lewat darah, tapi lewat perhitungan. Putranya, Yan Zhenyu, satu-satu

  • Tabib Cantik Milik Pangeran   186. Terbangun di abad ke-20

    Suara monoton mesin detak jantung memantul dari dinding putih. Bau antiseptik menyengat hidungnya, menusuk lebih dalam dari luka mana pun. Cahaya lampu di atas kepala membuat matanya menyipit.Sua Luqi terbangun.Napasnya pendek. Dada kirinya terasa berat, seperti ditimpa besi panas yang sudah lama tertanam di sana. Rasa nyeri menjalar di sisi tulang rusuk, tepat di tempat peluru pernah bersarang. Ia merintih kecil, menggerakkan tangan yang dipenuhi kabel infus dan sensor medis.Tubuhnya masih lemah. Tapi pikirannya langsung bertanya: di mana ini? Siapa yang tahu dia masih hidup?Sebelum ia sempat berkata apa-apa, suara yang begitu familiar — meski terdengar seperti dari mimpi — menyambutnya."Ajaib...! Kamu benar-benar sadar!"Sua memutar kepalanya. Di sisi ranjang, sosok tua dengan rambut perak tipis dan sorot mata tajam kini berdiri dari kursi rotan yang telah lama didiaminya. Kakeknya. Jin Lu.Pria itu — mantan ketua Lembaga Medis Tradisional yang dikenal luas karena prinsipnya ya

  • Tabib Cantik Milik Pangeran   185. Pelepasan Jiwa

    Deg!Rai membeku. Matanya membulat. Di tengah dinginnya kulit Sua, di antara kehancuran yang menelan seluruh tempat suci itu, ia merasakan satu hal yang tak masuk akal — detak jantung.Bukan ilusi. Bukan bayangan.Detak itu nyata. Menggema di dadanya. Pelan, tapi kuat. Seperti palu kecil yang mengetuk dinding hatinya yang retak. Bukan detaknya sendiri — dan bukan pula detak dari tubuh Sua yang sudah tak bernyawa di pelukannya.Detak itu berasal dari tempat lain. Jauh. Seolah melintasi dimensi, menyusuri celah tak terlihat antara dunia ini dan sesuatu yang asing.“… Linjin?” bisiknya, nyaris tak percaya.Ia menempelkan telinganya ke dada Sua — tak ada denyut. Tubuh itu dingin. Nyaris membatu. Tapi tanda kepemilikan yang menghubungkan jiwanya dengan milik gadis itu masih membara samar, seperti sumbu api yang belum padam sepenuhnya.Dan di balik sisa bara itu... detak itu kembali terdengar.Deg.Seperti suara dari mimpi buruk yang belum selesai.Rai menarik napas tajam. Tangannya gemetar,

  • Tabib Cantik Milik Pangeran   184. Mengamuk

    Seketika, mata Rai mendelik. Tatapannya menyapu seluruh penjuru lorong dan berhenti pada barisan para tetua Klan Zhen yang berdiri di kejauhan, di balik bayangan kabut yang mulai menipis.Matanya tak lagi merah membara. Tapi juga bukan mata manusia biasa.Itu adalah mata seseorang yang baru saja kehilangan segalanya, yang tak lagi peduli hidup atau mati.Rahang Rai mengeras. Otot-otot tubuhnya menegang. Napasnya berat, seperti ditahan oleh bara panas yang tak kunjung padam. Tubuh Sua masih ada dalam dekapannya, tapi perlahan ia membaringkannya ke tanah. Tangannya gemetar saat menyentuh wajah itu untuk terakhir kalinya.Lalu ia berdiri.Satu langkah. Dua langkah.Akar-akar mati yang berserakan di sekelilingnya mulai menghitam, terbakar tanpa api. Kabut yang semula diam berubah liar, berputar seperti pusaran badai.Para tetua tersentak. Salah satu dari mereka, Zhen Ruoyin, mengangkat tangannya, mencoba menahan dengan lapisan pelindung napas batin. Tapi terlambat.Hawa membunuh milik Rai

  • Tabib Cantik Milik Pangeran   183. Meninggalkan Angkara

    Sua berlari menerobos kabut dan angin dingin, jubah Jenderal Thai Cung melambai seperti sayap burung yang lelah. Tanah di bawahnya sudah tak lagi terasa seperti batu atau tanah, tapi seperti aliran napas dingin bumi yang naik ke permukaan. Setiap langkah seperti menginjak bayangan.Napasnya tercekat. Dada kirinya terasa panas dan berat, seolah ada tali tak kasatmata yang menariknya menuju arah tertentu. Suara detak jantung Rai—atau entah apa yang tersisa dari jantung itu—terus berdetak dalam pikirannya, tak beraturan, tak stabil, seolah setiap dentum adalah jeritan tanpa suara.Dan akhirnya... ia melihatnya.Di tengah lingkaran tanah yang retak dan hitam, dikelilingi puluhan tombak akar runcing yang mencuat dari bawah tanah, berdiri sesosok makhluk.Rai Yuan.Atau lebih tepatnya... sosok setengah-serigala dengan tubuh luka parah, bulu hitam kelam, dan mata merah membara. Napasnya memburu, dan darah masih mengalir dari sisi rusuknya yang terkoyak.Formasi itu “Tombak Akar Penghancur Ra

  • Tabib Cantik Milik Pangeran   182. Formasi tombak penghancur raga

    Darah Shan Kerei masih menghangat di cakar. Tapi hawa tubuh Rai sudah mulai mendingin. Bukan karena kelelahan—tapi karena kesadaran.Apa yang telah kulakukan?Tubuh Shan Kerei tergeletak di belakangnya. Tangan kirinya masih meraih tabung racun yang gagal dilepaskan. Matanya terbuka, menatap ke arah langit-langit yang retak, seolah masih mencari alasan mengapa ajalnya datang dari seseorang yang dulu dianggap teman.Rai menarik napas. Napas serigala. Panjang, berat, dan bergetar.Dan untuk pertama kalinya sejak ia berubah... ia merasa takut.Bukan pada musuh.Tapi pada dirinya sendiri.Ia menunduk menatap tangannya—tidak, cakarnya. Masih ada daging yang menempel di ujungnya. Tulang jari yang semula manusia kini lebih mirip bilah belati. Dada dan bahunya membesar tak proporsional. Napasnya seperti dentum drum perang yang belum berhenti.Darahku... ini darah siapa?Shan Kerei?Atau... masih ada yang lain sebelum dia?Suaranya serak, tak keluar dari tenggorokan. Yang keluar hanya lolongan

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status