Sutangji tiba-tiba teringat dengan kejadian di dalam kamar Waning tengah malam waktu itu.
“Kenapa gadis bodoh itu malah tidak senang dengan hasil ujian? Apa jangan-jangan alasan dia seperti itu karena dia hamil?” Sutangji tanpa sadar menghitung berapa lama jeda sejak dia tidur bersama Waning waktu itu. Sutangji melotot setelah menghitungnya lalu bergegas menunggangi kuda miliknya dan langsung menuju ke kediaman keluarga Hu! Ketika tiba di sana Sutangji langsung melompat turun dari atas kuda dan masuk ke dalam gerbang pintu depan kediaman. Pelayan kediaman keluarga Hu sangat terkejut melihat Sutangji menerobos masuk ke dalam tanpa mengetuk pintu. Pikirnya keluarga Hu sudah melakukan kesalahan sampai-sampai Sutangji menerobos ke dalam begitu saja. “Jenderal Agung Su?” sapa pelayan kediaman. “Di mana Nona Pertama?” “Nona sedang di klinik, Jenderal, apa ada yang bisa saya bantu?” tanyanya. Sutangji tidak mKetika membuka matanya Dania melihat dirinya berada di dalam ruangan dengan jeruji besi di sekitarnya. Beberapa penjaga tampak serius mengawasinya. Kenapa aku terbangun di sini? Tempat apa ini? Aku rasa sebelumnya aku belum pernah datang ke sini. Kenapa mereka mengurungku di dalam sini? Apa kesalahan yang sudah aku lakukan? Apa mereka utusan Raja Yu? Apa ini ulah Guwenki? Ti-tidak! Tidak mungkin! Bahkan aku sama sekali tidak menyadarinya saat mereka memindahkan tubuhku. Dania pergi mendekati pagar pembatas yang mengurung dirinya lalu berteriak pada penjaga. “Hei kalian! Apa yang sudah kalian lakukan padaku?! Aku sibuk sekarang, aku memiliki tugas penting di Wilayah Kota Utara! Lepaskan aku dari sini!” teriaknya pada penjaga. Salah satu penjaga di sana langsung melotot pada Dania. “Diamlah! Kamu mau mati sekarang? Sebentar lagi ajal akan menjemputmu lebih baik hemat saja tenagamu!” Dania menatap seragam baja yang dikenakan oleh penj
Sutangji sudah bersiap untuk mengangkat tubuh Dania membawanya ke dalam kamar, Dania segera memukul bahunya. “Tidak perlu! Aku tidak akan tidur di dalam kamarku malam ini.” Sutangji menurunkan tubuh Dania kembali lalu menatap kedua matanya kemudian beralih ke arah enam kuali besar. “Apa ini adalah ramuan terakhir untuk mengatasi wabah?” tanyanya. “Ya, jika semuanya beerjalan lancar tidak lama lagi semua orang bisa kembali ke Ibu Kota Selatan.” Dania menjawab lalu menghela napas panjang seolah-olah ada beban di atas dadanya dan tidak bisa diceeritakan pada siapa-siapa. Sutangji pikir Dania memikirkan masalah lamaran dari Putra Mahkota. Saat Guwenki tidak mengindahkan penolakan Dania, Sutangji melihat ekspresi wajah Dania yang seolah-olah mengatakan bahwa Guwenki sama sekali tidak tahu diri dan tidak tahu malu. “Masalah Putra Mahkota aku pikir aku bisa membahasnya dengan Raja Yu, kami masih keluarga jauh, melihat keahlianmu yang men
“Nona Hu, aku tahu kamu pasti sangat terkejut mendengarnya, tiba-tiba aku menawarkan padamu untuk menjadi selirku. Tapi meski begitu mengingat dirimu sudah lama jatuh hati padaku bahkan rela mengejar-ngejarku dalam beberapa waktu di masa lalu, aku akan mempertimbangkanmu untuk menjadi selir, kamu pasti sangat senang sampai-sampai tidak bisa menahan perasaan bahagia!” Dania tidak bisa menunjukkan kebencian dalam hatinya jadi dia hanya mengukir senyum kaku pada bibirnya lalu berdiri dari kursinya sambil memberikan hormat padanya. “Yang-mulia, Anda salah paham, saya selama ini memang menaruh perasaan kagum, tapi perasaan itu hanya sebatas itu dan saya sama sekali tidak berharap untuk diangkat menjadi selir.” “Kamu menolakku?!” tanyanya sambil menunjuk-nunjuk wajah Dania dengan tatapan mata tidak senang. Jika yang melamar Sutangji atau Chang An masih masuk akal, tapi Guwenki si bodoh? Apa yang membuat dia sangat percaya diri kalau aku tidak akan p
Dania kembali ke dalam ruangan utama, dia melihat para tamu masih berada di sana. Dania tidak ingin memedulikan mereka lagi dan langsung pergi menuju ke kamarnya yang ada di lantai atas. Guwenki sudah dipermalukan jadi langsung meninggalkan kediaman keluarga Ansel. Begitu juga dengan anggota keluar Gu lainnya. Chang An masih di sana dan bercakap-cakap dengan kedua orang tua Dania. Saat semua orang sedang sibuk, dia menatap sekitar dan menyelinap ke lantai atas untuk menemukan Dania. Chang An masuk ke dalam kamar Dania dan melihat Dania sedang duduk di tepi ranjang. “Kamu!” “Sssssttt! Jangan buat keributan kecuali kamu ingin kita dinikahkan besok!” Chang An tertawa lalu berjalan mendekatinya. “Apa kamu berencana kabur dengan Sutangji? Jangan macam-macam denganku!” tanyanya dengan tatapan mata penuh selidik lalu menyentuh dagu Dania dan mendekatkan bibirnya. Dania meremas seprei, dia merasa dunianya di zaman modern sama sekal
“Ya, sebelumnya aku memutuskan pertunangan dengan Guwenki. Tidak kusangka di balik persetujuannya beberapa hari lalu dia menyimpan niat jahat, dia tidak ingin nama baiknya hancur jadi dia sengaja memutus rem mobilku.” Jelasnya pada Sutangji. “Apa kamu punya bukti tentang dia yang sudah melakukannya?” Dania ingat dalam pikirannya tapi dia tidak bisa menggunakan ingatan itu sebagai bukti. “Tidak ada, tapi aku yakin dialah pelakunya!” wajah Dania terlihat frustasi. “Sudahlah tenangkan dirimu, makanlah, agar kondisimu lekas pulih.” Ujarnya sambil menyodorkan mangkuk ke arahnya. Dania menerimanya dan tanpa ragu langsung memakannya. Ketika menikmati makanannya, Dania teringat bagaimana dia bisa kembali ke zaman modern, dalam hatinya merasa lega sekali. Dania pikir semuanya sudah selesai dan dia hanya tinggal menunggu Sutangji menyelidiki semua masalah yang menyebabkan dirinya celaka. “Aku ingin pulang!” ujarnya tiba-tiba. “Pulang
Dania mengeluarkan kasa dan peralatan medis dari dalam tasnya. “Berikan telapak tanganmu, biarkan aku mengobatinya,” ujarnya. Chang An menunjukkan telapak tangannya pada Dania sambil mengukir senyumnya, luka di sana bisa sembuh dengan sendirinya. “Ba-bagimana mungkin?” tanyanya dengan heran. “Kamu lupa? Dulu kamulah yang membuat ramuan untukku, sejak itu benda tajam apa pun tidak mampu melukaiku. Luka ditubuhku akan sembuh dan pulih dengan sendirinya.” Jelasnya pada Dania. Dania ragu dengan jawaban Chang An, dia tidak yakin ada ramuan ampuh dan mampu membuat tubuh Chang An pulih dengan sendirinya. Melihat ekspresi Dania yang kini tidak yakin dengan jawabannya, Chang An langsung menyentuh kedua pipi Dania lalu bertanya, “Kamu tidak percaya padaku?” Dania menarik turun kedua tangan Chang An dari pipinya, dia merasa tidak penting menjawab pertanyaan itu. “Kamu ingin membawaku ke mana?” tanya Dania senga